Epilog

1.9K 142 27
                                    

Hidup bukan tentang apa yang kau ingat. Tapi tentang apa yang kau jalani dan kau hargai. Entah itu sesuatu atau perasaan. Itulah hidup.

“Helen!” pekik Nathan saat ponselnya sudah beralih pada gadis yang menjadi tunangan sekaligus rivalnya.

“Tuh kan bener! Kali ini mau nyangkal apalagi, huh?!”

Helen sibuk mengotak-atik isi ponsel itu. Tepatnya ke sebuah gim daring kesukaannya dulu. Iya, Frost Memory.

“Oke, aku nyerah!” balas Nathan yang kini sudah mendapat jitakkan dari gadis itu.

“Amit-amit nge-hode jadi cewek. Cowok macam apa kamu?!” teriak Helen membuat cowok itu malah ingin balik menyemprotnya.

“Situ juga sama,” tukas Nathan. “Bahkan Ren lebih sok cool dan sok kecowokan. Cewek macam apa kamu?!”

Helen tak habis pikir. Ia kira Nathan tak tahu kalau dirinya seorang hode di dunia game. Bahkan hampir dari 5 yang tahun lalu. Dan, sekarang Helen baru tahu kalau dugaan-dugaan miliknya benar. Nathan juga seorang hode. Terlebih lagi ia adalah cewek sinting itu. Nathalie! Kenapa ia baru mengetahui faktanya saat ini? Kenapa?!

Nathan seketika mengingat sesuatu. Namun...

“Dulu kamu pernah bilang kalau kamu suka sama Nathalie,” kata Nathan yang sudah mengunci kedua tangan Helen. Dan, membiarkan gadis itu dalam dekapan. “Jangan-jangan kamu―”

Sialan!

“Heh, mana ada!” pekik Helen.

“Ahaha, tinggal ngaku aja kok susah!” Nathan tergelak melihat ekspresi wajah gadis itu.

“Bukan suka! Cuma nyariin doang!” ujar Helen sambil berusaha melepaskan lengannya dari cekalan Nathan. Ah, cowok itu ternyata kuat sekali.

“Nathan, lepas!” pekik Helen.

“Nggak mau!”

“Batalin pernikahan bulan de―”

“Aku tau kamu nggak akan mau batalin semua itu. Ngapain juga nurut,” tukas Nathan santai sambil meniupi poni milik Helen.

Helen terdiam. Nathan tahu kelemahannya. Ya, gadis itu tak mungkin main-main dengan hal yang disebut pernikahan.

Big no!

Well, itu bukan hal yang lucu dan cocok untuk dijadikan candaan sebenarnya.

“Ampun?” goda Nathan sambil menaikkan kedua alisnya berulang-ulang.

“Mama! Siapa pun tolong!” pekik Helen.

Nathan hanya mengembuskan napasnya. Ih! Gadis itu lemotnya nggak ketulungan padahal sudah lulus kuliah dan hampir menikah. Mamanya juga, kan, sedang mengurus surat undangan, yang lain juga punya urusan masing-masing tentunya.

“Dodol, ih! Mana ada orang di rumah.”

Helen tiba-tiba menyeringai saat menyadari sesuatu. Dodol kan manis, haha. “Ih, Ren-chan terhura Kakak. Tapi ini bukan waktunya fan service.”

Sialan! Gadis ini jadi sangat idolable karena saat kuliah ia ditawari jadi freelance member di KiraStar.

“Jangan sok idol! Situ udah grad dan pensi. Bulan depan nikah.”

“Ren-chan juga nggak nyangka bisa nikah sama fan Ren-chan sendiri, Kakak.” Helen benar-benar minta dikutuk.

Wajah Nathan mulai memanas karena kejailan gadis itu yang sudah lewat batasnya. Tangannya sudah Nathan lepas.

“Terima―”

Cup

“Mingkem kan, lo.” Tawa Nathan pecah kala wajah gadis itu memerah seutuhnya. Itu sangat manis.

Pletak!

Jitakkan mendarat di kepala Nathan. Ah, ia sudah kebal dengan semua ini. Gadis itu...

Pletak!

“HELEN!”

Ya. Hanya sebatas ini yang perlu kita tahu pada mereka. Sisanya, biarkan mereka yang merajut. Bukankah benang itu sudah tersatukan meski suatu saat akan terurai lagi? Karena awalnya satu ya pada akhirnya tetap satu kesatuan.

Katakan mereka kekanakan. Bahkan tak masuk akal untuk golongan perempuan dan pria yang sudah cukup dewasa. Tapi, siapa peduli.

Selama cinta mengikat mereka. Tak akan ada yang bisa menghancurkan semua itu dengan mudah. Karena mereka akan dengan kuat mempertahankannya. Ya, pasti.

***

Love Life an Enemy Couple [END]Where stories live. Discover now