VS 37 | For Happiness

846 120 23
                                    

Portal warna biru dengan cahaya muncul saat Erza sedang tengkurap bertelanjang dada. Sesosok makhluk bersayap hadir di sana. Menyunggingkan senyumnya. Disusul dengan hilangnya portal itu.

"Lama tak jumpa?" kata sosok itu.

Erza yang menyadari keberadaan makhluk itu langsung terlonjak kaget. Bahkan ia belum merubah sosoknya saat ini.

"Kau seperti melihat ap―sial!" Ia sepertinya kaget saat melihat kristal milik Erza yang bentuknya sudah ... ugh! mengerikan. "Seorang Flash bisa terjatuh? Gadis macam apa, dia?" Sosok itu mengangkat sebelah alisnya.

"Glow," panggil Erza. "Bagaimana kau bisa ada di tempat, ini?" Erza memandang makhluk yang dipanggil Glow itu dengan tatapan heran. Apa maksudnya ada makhluk yang sama dengannya di tempat ini.

"Aturan dari pusat," kata Glow singkat namun membuat Erza langsung paham.

Ah, ternyata makhluk-makhluk dunia sana benar-benar memantau setiap kristal yang ada di tempat yang disebut bumi ini? Ia percaya sekarang.

"Dan kenapa harus Kau?" tanya Erza diiringi Glow yang menggedikkan bahunya.

"Entah," jawab Glow.

Change, batin Erza seketika berubah menjadi Flash.

Glow memejamkan matanya kala Erza berubah menjadi sosok yang memiliki fisik sama dengannya. Bukan, bukan wajah melainkan sayapnya. Bedanya ia seorang perempuan.

"Kau harus segera menyelesaikannya," kata Glow. "Sebelum semuanya terlambat."

Flash mengangguk lesu. "Kau tahu, andai bisa semudah itu." Ada keputusasaan di balik kata-katanya. "Kau tau kan kalau kenyataannya, makhluk seperti kita tak diizinkan untuk merasakan hal seperti itu?" tanya Flash dibalas anggukan dari Glow.

"Kalau itu terjadi kau bisa lenyap," ujar Glow, "harus secepatnya."

"Bahkan cara mengakhirinya aku tak tahu," kata Flash yang kini meniup lembut bulu sayapnya yang berjatuhan.

"Rasakan, ungkapkan, akhiri, lupakan, dan lenyapkan."

Flash tahu 5 cara yang barusan dikatakan Glow itu. Satu-satunya cara yang bisa ia lakukan. Tapi bagaimana bisa kalau menemui manusia itu saja sulit.

"Bukan sulit," kata Glow seolah tahu apa yang dipikiran Flash, "kau yang tak mau melepasnya."

Rahang Flash mendadak mengeras. Ia tak bisa memungkiri hal itu. Apa yang Glow katakan barusan benar. Tanpa sadar hatinya sendiri yang tak ingin lepas padahal sudah tahu akan ikatan sesungguhnya.

"Aku akan mengurus benang yang satu lagi," kata Glow tenang. "Kau harus mengurus dirimu sendiri."

Flash tanpa sadar menyunggingkan senyumannya. Glow, rival yang sekaligus sahabatnya itu telah menenangkan hatinya walau sedikit. Selalu seperti itu sejak dulu.

"Kuharap sebelum detik terakhir tahun ini," ujar Glow menegaskan. "Karena aku tak yakin kristalmu akan bertahan sampai tahun depan. Ingat! Kau bukan manusia."

Ya, ia bukanlah manusia. Ia harus mengikuti satu jalan. Mau tidak mau. Suka tidak suka. Karena kehendak-Nya seperti itu. Ikuti saja jalan yang sudah diaturnya.

Kalau ingin selamat dan ... menyelamatkan.

Kalau ia masih ingin melihat dunia ini. Ia harus selamat. Bukankah dengan begitu, setidaknya, ia masih bisa melihat manusia itu bahagia.

Ya, sekali lagi demi kebahagiannya.

"Nama yang bagus saat jadi manusia apa, ya?" tanya Glow yang mencairkan suasana saat ini.

Love Life an Enemy Couple [END]Where stories live. Discover now