Bagian 15

8K 919 22
                                    

"Cyntya?!"

Aldo memutar matanya. "Yaelah yang dibicarain dateng."

Alya menatap Aldo. "Kamu kenal dia?"

"Bukan kenal. Aku cuma tahu dia dikasih tahu Nanda. Tapi aku juga berharap enggak kenal dia setelah dengar ceritanya Nanda," jawab Aldo malas.

Cyntya mendekat. "Alya, bisa bicara bentar?"

"Enggak!" jawab Aldo ketus.

Cyntya melirik Aldo. "Saya tanya sama Alya, bukan sama Anda."

"Eh tapi gue tahu ya lo pasti mau menghasut Alya lagi, kan?"

Cyntya menghela nafas. "Justru sebaliknya. Saya mau minta maaf."

Alya kaget. Aldo mengangkat alis. "Enggak usah sok manis deh lo. Gue udah tahu sifat lo!"

Cyntya menatap Aldo kesal. "Anda ini kenapa sih? Saya bahkan enggak kenal Anda kenapa Anda marah-marah ke saya?"

"Soalnya gue..."

"Berhenti!"

Cyntya dan Aldo menoleh, menatap Alya. Alya menatap Cyntya.

"Oke, tapi aku cuma kasih waktu lima menit," kata Alya dingin.

"Itu sudah cukup," kata Cyntya.

"Alya..." Aldo berniat mencegah Alya tapi perkataannya di potong Alya.

"Enggak apa, Aldo. Aku sudah yakin sama semuanya, kalau dia menghasut aku lagi, aku enggak percaya," kata Alya.

Aldo menghela nafas panjang. Alya mengajak Cyntya untuk berbicara di meja depan kafe.

"Sebenarnya aku enggak ingin mengatakan padamu sekarang, tapi ternyata kebetulan aku ketemu kamu di sini. Jadi..."

"Langsung ke intinya," potong Alya.

Cyntya diam. Alya menatapnya datar. Nada bicaranya dingin dan tajam. Padahal waktu itu Alya tersenyum ramah menyapanya. Sekarang tidak ada lagi keramahan yang tersisa pada Alya untuknya.

"Oke."

Cyntya menarik nafas panjang dan menghembuskannya. Butuh semalaman untuk melatih berbicara ini, mengingat dia sama sekali tidak suka dengan kenyataan ini.

"Aku minta maaf."

Wajah Alya tetap datar. "Trus?"

Cyntya menggigit bibir bawahnya. Tentu ini tidak mudah. Alya pasti sudah menyadari kelicikannya dan Alya tidak akan memaafkan dirinya dengan mudah.

"Sungguh, aku seriusan minta maaf. Selama ini memang aku cemburu sama kamu, karena aku berharap Pak Nanda akan melihatku. Tapi aku tahu sekeras apa pun aku berusaha, Pak Nanda enggak akan memilihku," jelas Cyntya.

Cytnya terdiam sejenak.

"Awalnya aku pikir aku dapat mengejarmu, tapi kemudian aku sadar bahwa kamu sudah menang. Sekalipun aku berhasil melewatimu, kamu sudah berdiri di samping Pak Nanda dan berjalan bersamanya. Aku enggak akan pernah bisa berada di posisimu."

"Kamu tahu apa yang kamu lakukan selama ini itu bukan cinta, Cyntya," kata Alya.

"Kamu menginginkan Nanda karena dia adalah pengusaha muda yang sukses. Tapi kamu enggak tahu bagaimana penderitaannya dulu, sekeras apa dia berjuang, dan bagaimana akhirnya dia melewati semuanya," tambah Alya.

Cyntya mengangguk. "Aku tahu itu. Aku ingat suatu hari Pak Nanda membawa beberapa foto. Foto itu menampilkan seorang perempuan, Aku tanya padanya siapa perempuan itu, dan untuk pertama kalinya aku melihat Pak Nanda tersenyum tulus dan dia bilang, 'Dia perempuan yang sudah mengubah hidup saya menjadi seperti ini'. Saat itu aku pikir foto itu adalah mama atau kakaknya. Tapi kemudian aku sadar kalau perempuan itu kamu."

[2/2] KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang