Bagian 10

8.5K 1K 22
                                    

Waktu Nanda bilang ayahnya ingin bertemu dengannya, Alya kebingungan setengah mati. Mereka berencana makan siang di restoran samping kantor. Tentu saja dia gugup. Seorang pengusaha yang sudah punya cabang perusahaan di mana-mana, sampai ke luar negri, ingin bertemu dengannya. Tapi Nanda mengatakan, ayahnya tidak semengerikan apa yang Alya bayangkan. Meski begitu ya tetap saja Alya gugup.

Tapi perkataan Nanda itu benar. Ayah Nanda benar-benar ramah. Alya sampai lupa kalau yang diajak bicaranya itu seorang Presiden Direktur. Sikap hangatnya membuat Alya seperti berbicara dengan ayahnya sendiri.

"Wah, wah, Nanda dulu separah itu ya?? Ibunya belum pernah cerita soal yang itu," komentar Yanuar ketika Alya bercerita masa SMA Nanda dulu.

Nanda cemberut. Yanuar dan Alya tertawa melihat ekspresi Nanda seperti anak kecil yang tidak jadi dibelikan mainan.

"Sudahlah, Nanda! Ayah cuma bercanda. Yang penting sekarang kamu sudah seperti ini, kan?" kata Yanuar sambil menepuk-nepuk pundak Nanda.

Nanda tersenyum tidak ikhlas. "Iya, iya, deh."

"Ya ampun, Nanda. Gitu aja masa marah," sindir Alya.

Nanda menghela nafas. "Iya, iya. Eh, aku mau ke kamar kecil dulu ya."

Nanda beranjak pergi, meninggalkan Alya bersama ayah angkatnya berdua. Mendadak, jantung Alya jadi berdetak kencang. Dia kembali gugup. Dia hanya berdua saja dengan ayah Nanda. Rasanya sebentar lagi dia akan...DIINTEROGASI!

Tentu saja itu hanya pikiran aneh Alya.

"Alya, saya sangat berterima kasih. Saya tidak mengenal Nanda dulu, tapi mendengar perbandingan Nanda yang dulu dan sekarang, saya tahu kamu pasti orang yang paling penting bagi Nanda."

Alya yang dipuji seperti itu hanya bisa tersipu malu.

"Saya tidak masalah kalau Nanda memang memilih kamu. Tolong jaga Nanda seterusnya."

Alya menganggukkan kepala.

"Tapi, maaf kalau sekarang dia jarang bisa ditemui atau susah dihubungi. Dia sering sibuk akhir-akhir ini."

"Ah itu enggak apa-apa, Om. Saya tahu kalau Nanda memegang peranan penting di perusahaan," kata Alya buru-buru.

Yanuar tersenyum dan mengangguk. Mereka berbincang-bincang ringan sebentar sebelum akhirnya Nanda datang dari kamar mandi. Tepat setelah Nanda datang, Yanuar pamit. Bilangnya harus ada rapat. Sekarang tinggal Nanda dan Alya.

"Eh, kamu sengaja ya tadi ke kamar mandi?" tebak Alya.

Nanda nyengir.

"Papa udah bilang, nanti mau ngomong berdua sama kamu.  Yaudah aku ke kamar mandi," balas Nanda.

Alya menjitak Nanda pelan. "Dasar! Tapi ayahmu baik juga ya."

"Alhamdulillah kalau udah cocok sama calon mertua," kata Nanda dengan nada jahil.

Alya mendelik. Kemudian dia tertawa kecil. Yah, dia tidak akan menolak untuk perkataan Nanda barusan.

"Aldo gimana?" tanya Nanda.

Mendengar nama Aldo disebut, Alya langsung diam. Aldo menghilang. Beberapa hari lalu Alya datang ke fakultas Aldo, temannya bilang Aldo sudah pulang. Berulang kali Alya telepon, sebagian tidak dijawab, sisanya tidak aktif. Chat dan SMS Alya juga tidak balas. Alya belum sempat ke rumah Aldo, belum ada waktu.

"Aldo tiba-tiba ilang. Dia enggak bisa dihubungin. Aku jadi khawatir dia ada apa-apa."

Nanda hanya ber-oh. Dia memikirkan kejadian tempo hari. Ketika dia berbicara dengan Aldo. Jangan-jangan karena itu, Aldo akhirnya menghilang.

Tidak lama kemudian, datang seorang perempuan menghampiri meja mereka. Bukan pelayan. Tapi sekretaris Nanda yang tiba-tiba menyusul datang ke sini.

Nanda melengos, bahkan ketika dia sudah melihat Cyntya memasuki restoran.

"Pak, lima menit lagi ada rapat sama Pak Ridwan," kata Cyntya.

Alya memandang Cyntya sejenak. Kemudian segera menghabiskan jus melonnya. Alya sama sekali tidak terganggu dengan kehadiran Cyntya. Justu Cyntya yang sekilas memandangnya sinis.

"Iya. Suruh tunggu sebentar. Saya nganterin Alya pulang dulu," kata Nanda super dingin.

"Tapi, Pak, nanti bapak telat kayak kemarin lagi. Saya bingung harus jawab apa kalau ditanya," balas Cyntya ngotot.

"Eh enggak apa aku bisa pulang sendiri. Kamu rapat aja," kata Alya buru-buru.

"Tapi, Al..."

"Udahlah, Nan. Nanti bisa sambung lagi di telepon. Duluan ya," kata Alya.

Alya tersenyum tipis kepada Cyntya dan melambaikan tangan pada Nanda.

Nanda menghela nafas. Dia juga segera bangkit dan berjalan terlebih dulu meninggalkan Cyntya.

Nanda tidak ke ruangannya. Sambil menunggu jam rapat, Nanda menunggu di lobi. Lagi pula tadi dia lihat rekan kerjanya belum datang. Jadi apa salahnya untuk menyambutnya sekalian?

Tapi lima belas menit Nanda menunggu, rekan kerjanya tidak datang. Cyntya juga tadi mendadak hilang setelah dia tadi menjemputnya di restoran.

"Loh, Nanda?"

Nanda menoleh. Dia melihat Yanuar datang menghampirinya dengan tatapan heran. Ayah angkatnya baru saja selesai rapat.

"Kok udah di sini? Alya mana?"

"Alya udah pulang, Pa. Nanda kan ada rapat sama Pak Ridwan," jawab Nanda bingung. Kenapa ayahnya tiba-tiba tanya seperti itu?

"Loh, rapatnya diundur besok. Pak Ridwan enggak bisa hadir sekarang. Tadi papa udah bilang sama Cyntya, papa suruh nyampein ke kamu."

Nanda semakin kebingungan.

"Lima belas menit lalu waktu Nanda di restoran Cyntya bilang kalau rapatnya lima menit lagi."

"Papa enggak bilang gitu. Papa suruh Cyntya bilang kalau rapatnya diundur besok."

Nanda terdiam sejenak. Butuh sepersekian detik bagi Nanda menyadari situasi yang terjadi. Nanda berdecak. Dia langsung mengambil ponselnya dan menelepon Alya.

"Halo."

"Halo, Alya. Kamu di mana?"

"Aku udah di perjalanan pulang. Kenapa?"

"Kamu enggak apa-apa sendirian?"

"Hah? Enggak apa. Aku tadi juga berangkat sendirian."

Nanda menghela nafas.

"Yaudah, hati-hati ya."

Sambungan terputus. Nanda langsung beranjak pergi. Dia berniat ke ruangannya. Ketika lift sampai di lobi, Cyntya keluar dari dalam. Melihat wajah Nanda yang jengkel, Cyntya langsung panik.

"Pak, ternyata..."

"Sudah! Pergi kamu! Saya mau naik!" kata Nanda dengan nada marah.

Cyntya menyingkir dari jalan Nanda sambil memasang wajah bersalah. Nanda segera masuk lift dan naik ke lantai tempat kantornya berada. Nanda mengumpat. Dia benar-benar kesal setengah mati.

"Ini kenapa aku benci punya sekretaris perempuan!"

---

Huhuhu...maaf ya baru bisa update. Aku baru bisa nulis. Mumpung juga ini lagi ada waktu di KRL.

Jangan lupa vote dan komennya 😊😊😊



[2/2] KembaliWhere stories live. Discover now