19

1.3K 71 2
                                    

Aleytri Naufalyn

Aku sudah memutuskan semua hal ini. Entah ini baik ataupun enggak yang jelas aku pergi dan entahlah. Bisa jadi aku kembali atau tidak. Yang jelas, aku hanya ingin mereka paham. Bahwa aku menyayangi mereka, lebih dari mereka yang menyayangi aku. Tapi kenapa?. Kenapa mereka memilih aku yang merasakan ini semua? Kenapa harus aku? Kenapa bukan orang lain?

Ku tau, bang Reyga hanya mencoba belajar tegas kepadaku, agar aku tak selalu membantah perintahnya. Tapi mereka tau, aku bukanlah tipe perempuan yang kalo dibentak sama orang yang disayang bakalan diem aja. Enggak, aku gak seperti itu. Sebab itulah aku ada disini.

Mencari bahagia ku sendiri, yang kutahu, bahagia adalah milikku dan aku gak perlu meminta orang lain untuk memberikan itu padaku.

**

Leo Syahditya

Bagaimana mungkin aku melupakan seorang gadis konyol dan selalu ceria itu. Gadis yang dengan beraninya nyatain perasaannya ke aku. Dia sungguh berbeda. Tapi, aku terlalu pengecut, untuk mengungkapkan padanya. Jika aku jatuh cinta dengannya, tapi aku lebih memilih Indy, orang yang selalu ada untukku saat ini.

Aku memang terlalu bodoh. Aku tau dia menungguku, aku tau pacaran singkat 'kemarin' bukanlah keinginanku. Melainkan Salfa yang mendesakku. Dan akibatnya dia semakin hancur karena ku.

Entah mengapa, baru sekarang aku menyadari, ada hal yang telah lama hilang semenjak tamatku dari SMP. Ya, sosok secret admirer ku telah hilang. Dan bodohnya aku semakin menjauh darinya.

Kutarik laci meja kerjaku menampilkan selembar foto itu . Foto yang selama lima tahun ini kupegang. Dia begitu cantik dengan balutan batik ungu kesukaannya. Apakah dia juga memikirkan ku? Seperti aku memikirkannya? Entahlah, aku terlalu lelah jika memikirkannya.

Kuambil sebuah undangan yang tergeletak diatas meja kerjaku. Membaca dua nama yang sangat kukenali. Rissa dan Sandy. Sandy adalah sahabatku, sementara Rissa adalah sahabat gadis itu. Akankah dia datang? Akankah kami akan bertemu? Apakah akupun siap menemuinya dengan segala kemungkinan yang akan terjadi nantinya?

Kemarin, sewaktu Sandy dan Rissa mengantar undangannya, Sandy sempat bilang.

"Luka lama bakalan terbongkar lagi, lo harus jujur. Jangan buat orang lain selalu nunggu kepastian. Lo ingetkan, kata putus gak pernah ada dalam hubungan kalian. Tiba-tiba lo hilang layaknya pengecut yang lari dari masalah. Lalu lo dapet yang baru. Jujur aja, sampai kapanpun justru lo yang buat dia makin terpuruk" itulah kata-kata yang bisa kutangkap. Menamparku sekerasnya. Aku sadar, baru sekarang aku sadar, aku salah. Salah besar malahan.


****

Author

Lama Ale menunggu taksi yang sedang lewat di area bandara. Sampai sebuah mobil berhenti dihadapannya. Seseorang membuka kacanya.

"Aleytri!" panggilnya saat Ale masih saja menunduk memainkan ponselnya. Lantas, Ale mendongak menemukan wajah Rissa, teman semasa SMP nya.

"Rissa?"

"Iya ini gue, Rissa! Ahhh Al, gue kangen sama lo!" pekiknya girang sambil turun dari mobil dan memeluk Ale sekencang yang dia bisa.

"Gue juga kangen lo, Ris" balas Ale sambil tersenyum.

"Ayo, lo harus ikut gue. Banyak yang pengen gue ceritain ke lo!"

"Benarkah?"

"Yup! Let's go!" ajak Rissa lalu menyuruh supirnya mengangkat koper Ale.

"Tapi.. Tunggu." cegah Ale.

"Kenapa Al?" tanya Rissa heran.

"Kenapa udah hampir 15 menit taksi gak juga lewat disini?" tanyanya bingung sambil melihat keujung jalan.

"Ya ampun. Tamat sekolah masih gak bisa baca, neng?"

"Ha?"

"Itu baca" tunjuk Rissa, ke sebuah pamplet yang tergantung dengan baik didinding bangunan bandara.

"Oh shit! Pantesan aja" kutuk Ale lalu ditarik Rissa masuk kedalam mobilnya.

25 menit perjalanan menuju flat milik Rissa pun menjadi tujuan terakhir Ale, karena sedari tadi Rissa merengek, agar Ale mau tibggal diflat nya sambil menunggu acara pernikahan Rissa dan Sandy selesai, barulah Ale mencari flat atau rumah.

Setelah segala persiapan untuk tidur sudah Ale laksanakan, dia langsung menempati tempat tidur dan berniat menarik selimutnya namun dihentikan oleh Rissa.

"Lo mau tidur jam segini?" teriak Rissa, lalu menertawakan Ale. Sambil mengacak tempat tidur Ale, dengan semangat pula Rissa malah menghidupkan home teater.

"Lo mau kawin berubah jadi gila ya, ini bakalan jadi alasan pertama gue." Setelah ucapan Ale selesai, Rissa malah berhenti dengan kegiatan nyanyi-nyanyi gak jelasnya dan duduk disamping Ale.

"Alasan untuk apa" tanya Rissa kepo.

"Alasan untuk gak nikah. Ini bakalan gue jadiin alasan buat gak nikah."

"Aneh lo, sumpah." balas Rissa tak suka.

"Lo pernah mikir gak, kalo misalkan Sandy ninggalin lo, setelah dia dapetin apa yang dia mau. Trus lo jadi janda. Mikir gak?" tanya Ale.

"Lo kenapa sih, Al. Lo bisa cerita ke gue. Jangan malah nyalahin segala hal kayak gini."

Bukannya menjawab, Ale malah nangis dengan tiba-tiba, membuat Rissa langsung memeluknya dan hanya membiarkannya sampai benar-benar lega.

****

Cie yang flashback ke jaman smp ciee....

Btw gimana nih ceritanya? Keep vomments yaaa...

-kpm

Lost StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang