2. Belum Terbiasa

450 24 3
                                    


"Cerita ini tak lagi sama.
Meski hatimu selalu di sini." - Tak Lagi Sama, Noah.

🌾

DAVIN baru saja akan menemui Gia ketika sebuah kesadaran berhasil menyetaknya. Gia bukan siapa-siapanya lagi.

Biasanya, selama jam istirahat berlangsung, Davin akan mendatangi Gia untuk mengajak gadis itu pergi ke kantin, sekadar untuk makan atau hanya nongkrong saja. Pun mengingat banyak orang yang menganggap mereka bersahabat sejak kecil hingga menimbulkan sebuah kedekatan berarti, membuat Davin tak perlu mengklarifikasi hubungan spesialnya dengan Gia yang tidak diketahui teman-temannya. Jadi, selama hampir empat tahun berjalan, tak ada orang yang tahu mengenai hubungan mereka selain Kikan—sahabat Gia. Dan tentu saja Janu—sahabatnya sendiri.

"Makan, Nu," Janu menoleh pada Davin dengan kerutan di dahinya.

"Nggak nyamperin Gia?" tanya Janu.

"Putus. Dan sekarang gue laper," jawab Davin sekenanya, lalu menarik paksa Janu untuk pergi ke kantin tanpa ingin tahu reaksi apa yang akan dikeluarkan sahabatnya itu.

Siang ini, kantin tampak cukup ramai. Terlihat banyak bangku yang sudah ditempati. Janu mengikuti langkah Davin menuju salah satu tempat langganan mereka.

"Pecel dua ya, Bu," kata Davin pada satu-satunya penjual masakan tradisional di kantin sekolah ini. "Sama es tehnya juga dua."

"Iya, Mas."

Setelah membayar pesanannya dan membawa nampan berisikan dua porsi pecel berserta es teh, Davin memutar pandangannya untuk mencari bangku yang tersisa. Kali ini Janu berjalan lebih dulu, dan Davin mengikutinya.

"Lo nggak mau cerita sama gue?" tawar Janu setelah keduanya duduk berhadapan di salah satu bangku.

"Gia yang minta putus."

Dan Janu hanya manggut-manggut sembari menelan kunyahan pertamanya. "Tapi kenapa tiba-tiba?"

"Dia nggak kuat backstreet."

"Nggak ada alesan lain, gitu? Lo tahu 'kan itu alesan klise."

Gelengan Davin menjawab semuanya.

"Nggak kuat backstreet? Hah ... itu mustahil, man! Kalian bahkan udah empat tahun bareng, dan selama itu pula dia nggak ngeluh apa-apa, 'kan?" Janu berpendapat sebelum akhirnya menyerot es tehnya. "Dan tiba-tiba kemarin dia minta putus. Hm ... Gue rasa ada alesan lain kenapa dia bersikap kayak gitu."

"Apa?"

"Lo nggak curiga?"

"Kemarin gue sempet nyinggung tentang Rival, sih."

Kontan saja, Janu menggebrak meja dengan semangatnya. "Nah! Itu tuh si biang keroknya!"

"Jadi maksud lo Gia selingkuh sama Rival, gitu?"

"Tepat sekali! Dan lo nyadar nggak sih akhir-akhir ini Gia sering banget sama Rival. Bahkan Gia sering nunggu Rival buat latihan futsal," kata Janu berapi-api.

"Gue nggak tahu." Davin menggeleng lantas melanjutkan ucapannya. "Gue masih sayang sama dia, Nu."

Janu mencibir pelan. Lantas menyapu pandangan ke seluruh penjuru kantin. Di bangku yang terletak di tengah kantin, ada Gia dan Rival beserta teman-temannya sedang asik bercengkrama. Lalu di pojok kantin, ada Sabrina dan ketiga temannya yang juga tampak asik mengobrol hingga pekikan suara tawa gadis itu menghiasi penjuru kantin. Dan Janu tersenyum begitu saja melihatnya.

"Gue baru sadar kalau Sabrina itu menarik," ucapan Janu membuat Davin menoleh padanya.

"Terus?"

Terlalu Cinta [#WYSCWPD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang