[10]Pacar

215 28 21
                                    

Part sebelumnya**

"Kau bilang kau berteman dengan Rizal kan? Biasanya sehabis tawuran apakah sikap Rizal akan berubah seperti itu?

"Tidak." Balasnya singkat.

"Mmm, tapi kenapa Rizal berubah tadi, dia menjadi bertambah kasar?" Tanyaku ragu.

"Itu semua karena dirimu!"

Percayalah Kau dengan mudah menghancurkan kepedihan dan rasa sakit yang ada hanya dengan sebuah kata CINTA

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Percayalah Kau dengan mudah menghancurkan kepedihan dan rasa sakit yang ada hanya dengan sebuah kata CINTA.

Percayalah Kau dengan mudah menghancurkan kepedihan dan rasa sakit yang ada hanya dengan sebuah kata CINTA

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Zefa Pov

"Ke-kenapa aku yang salah?" Tanyaku heran.

"Pikirkan sendiri." Azra kembali memasang headphonenya,

"Kalau orang lagi bicara dengerin!" Ucapku sebal, malah dibalas dengan tatapan polos dari Azra yang kuanggap imut.

"Bicaralah."

"Oh, kau sangat imut Azra." Aku mencubit gemas pipi Azra dan dia malah memasang tampang jutek.

Brakkk

Ku balikan badanku menujuh arah suara dan terkejut melihat kursiku telah jatuh setelah di senggol(di banting) dengan sengaja oleh Rizal.

"Jangan pacaran di sekolah!"

"Siapa yang pacaran?" Ucapku sebal.

Aku kembali memikirkan perkataan Azra tadi. Apa maksudnya itu semua karena diriku? Kurasa aku tak melakukan sesuatu yang salah terhadap Rizal. Kuperhatikan Rizal yang duduk di depanku sambil memakan bakso di temani Enda yang terus berceloteh.

Dan aku segera membalikan mukaku malu saat menyadari kalau Rizal menatap kearahku dan tersenyum. Hatiku dag-dig-dug tak karuan melihat senyum manis itu, oh tidak apa yang aku pikirkan. Saatku membalikan kepala kembali menatapnya segelas teh lemon dingin membasahi bajuku. Aku sadar bahwa ini merupakan ulah Rizal yang sengaja menyandung anak yang membawa minuman itu.

Tanpa menunggu lama aku langsung berlari ke kamar mandi untuk membersihkan diriku. Untungnya sekolah menyediakan baju seragam yang bisa di pinjam di saat seperti sekarang ini. Mataku berkaca-kaca saat menyadari bisa-bisanya aku berpikir bahwa senyuman Rizal tadi sangat manis.

My Bullies MENWhere stories live. Discover now