"Apa?" aku menatapnya sedatar mungkin. "Aku ingin ke toko buku di mall. Kau tidak bisa menemaniku, bukan?"

James tidak merespons, jadi aku pergi meninggalkan kedai es krim, berjalan dengan langkah memburu menjauhi tempat itu. Sebenarnya aku berharap kalau James akan mengejarku, namun aku tahu itu mustahil. James bukan tipe pria seperti itu.

Setelah lima menit berjalan, aku berhenti di trotoar depan sebuah restoran. Aku memerhatikan kondisi jalan kota di sore hari yang ramai, lalu ponselku berdering. Di layarnya tertampil foto selfie Louis bersama Harry. Aku tidak memotret foto ini. Melainkan mereka selfie menggunakan ponselku tanpa sepengetahuanku (dua tahun lalu di basecamp).

Apa aku tenang saat menemukan foto ini di galeriku? Tidak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Apa aku tenang saat menemukan foto ini di galeriku? Tidak. Aku histeris.

"Hai, Louis," aku mendekatkan ponsel ke telinga kananku sambil kembali berjalan tanpa tujuan.

"Hai, Bee! Bagaimana kabarmu?"

Aku berniat mengatakan 'aku baik-baik saja', tetapi aku ingat ucapan Louis (juga Liam, Niall dan Harry) bahwa aku sama sekali tidak boleh berbohong kepada mereka. Jadi—"tidak terlalu baik."

"Apa yang terjadi?" kali ini aku mendengar suara Niall.

"Aku ... um," aku menunduk, "kurasa aku bertengkar dengan James."

"Apa aku perlu mendatanginya dan menonjoknya?"

"Dasar belagu. Kau bahkan takut saat memboncengi Beth dengan motor karena tahu James mengawasi kalian dari belakang."

Senyumanku muncul karena perdebatan Harry dan Liam. Mereka tahu bagaimana cara mood-ku baik dalam sekejap.

"Bahkan aku tidak tahu apa yang terjadi tadi," aku berkata dengan lesu.

"Well, bagaimana kalau kau menceritakannya langsung pada kami malam ini?" aku mendengar Liam. "Kami mengadakan pesta bagi kru band dan teman dekat kami di basecamp. Kau bisa mengajak temanmu."

Aku mengulum bibir bawahku. "Aku tidak mempunyai teman ..." menyedihkan.

"Huh? Bagaimana dengan tiga gadis yang di O2 waktu itu?"

"Mereka bukan dari London. Syahna bersekolah di Oxford, lalu Azza di Birmingham. Sedangkan Deandra waktu itu datang ke konser karena kebetulan sedang liburan disini. Dia dari Indonesia."

Selama beberapa detik pertama tak ada jawaban.

"Kalau begitu, datanglah kemari. Kita akan membicarakannya begitu kau tiba, oke?"

"Baiklah. Terima kasih banyak, Niall."

"It's fine, Bee. Berhati-hatilah."

Aku menarik ponselku dari telinga. Kebetulan sebuah taksi kosong melintas di depanku jadi aku langsung memberi isyarat tangan agar berhenti. Begitu aku masuk ke dalamnya dan taksi kembali melaju, aku memeriksa ponselku. Inbox-ku dibombardir oleh pesan dari James.

OBSESSIONWhere stories live. Discover now