16

3.8K 563 79
                                    

Tidak terasa sudah 3 hari ia dirawat di rumah sakit ini. Dan sudah 3 hari juga ia terus-terusan berbaring tak bangkit-bangkit dari kasur. Matanya berpaling dan melihat kearah jam dinding yang berada di sisi kanannya. Sekarang kondisi hanya dia seorang diri di ruangan ini. Sudah 2 jam yang lalu sosok Jimin pergi entah kemana setelah terus-terusan menampakkan batang hidungnya di hadapannya.

Ngomong-ngomong tentang terus-terusan berada di atas kasur. Bukankah Dokter Kim yang tampan itu sempat mengatakan agar dirinya sedikit demi sedikit melatih anggota tubuhnya agar bergerak? Apa dia perlu melakukannya sekarang? Hitung-hitung tak ada seorang pun sekarang disini.

Yoongi menurunkan selimut yang menutupi tubuhnya dan beranjak duduk. Ia menatap lantai sejenak. Sejujurnya saja ia merasa gugup. Sangat gugup. Sejak terbangun dari koma. Dia belum sama sekali mencoba untuk berjalan. Apa kakinya akan baik-baik saja?

"Tidak akan pernah tahu kalau belum dicoba." gumamnya dan mulai menggerakkan kakinya untuk turun dari kasur. Ia juga memilih untuk berpegangan pada meja nakas yang berada di samping kasur. Dia perlu pegangan terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk berjalan dan berdiri sendiri kan?

"Min Yoongi kau bisa. Kau bisa.. Kau bisa.." Yoongi terus-terusan mengucapkan kata-kata itu untuk meyakinkan dirinya sendiri. Namun saat ia mencoba berdiri dan melepaskan pegangannya pada meja. Ternyata bagi seseorang yang sudah beberapa hari tak berjalan, lumayan sulit untuk tidak oleng.

"Ehh?"

PRANG!

Saat keseimbangan tubuhnya sedikit terganggu. Tidak sengaja tangannya menyenggol gelas yang berada di atas meja dan terjatuh kemudian pecah. Yoongi terdiam melihat ulahnya. Dengan langkah yang masih linglung. Ia bergerak untuk membereskan kekacauan yang baru saja ia akibatkan. Namun mungkin keberuntungan yang tak memihak nya. Serpihan gelas yang pecah itu menyentuh kakinya. Dan tak lama dari itu pintu kamar rawatnya terbuka dan memunculkan sosok Jimin di sana. Untuk sesaat keduanya saling berpandangan. Namun itu tidaklah lama hingga pandangan Jimin jatuh kearah serpihan gelas kaca yang berserakan dan kaki Yoongi yang nampak berdarah.

"Apa yang terjadi?!" Jimin melempar asal kantung berisikan -entah apa itu- lalu bergerak mendekat kearah Yoongi. Ia berjongkok dan melihat kaki Yoongi lalu kembali berdiri. Tanpa aba-aba Jimin langsung mengangkat tubuh Yoongi dan segera mendudukkannya kembali ke atas kasur.

"Sebenarnya sedang apa kau?" Jimin bertanya sembari membersihkan serpihan gelas kaca yang berserakan. Yoongi tak menjawab dan tak membuka suara. Entah kenapa ia merasa malu.

Jimin menatap Yoongi cukup lama dan memperhatikannya. Namun pemuda manis tersebut masih tak mau bersuara. Setelah selesai dengan serpihan gelas yang berserakan. Ia beralih pada telepon yang berada di ruang rawat dan melakukan panggilan. "Pasien di kamar 93 mengalami luka di kaki. Bisa datangkan tenaga medis segera? Terima kasih."

Tak memerlukan waktu yang lama untuk 2 orang suster agar segera datang. Dan hanya membutuhkan 10 menit untuk menghadirkan perban di telapak kaki Yoongi.

"Untung saja ini bukan luka yang besar. Semuanya akan baik-baik saja." Terang suster tersebut sebelum pamit untuk keluar dari ruangan tersebut.

Kini tinggallah Jimin dan Yoongi berdua saja. "Kau belum menjawab ku. Kenapa kau bisa memecahkan gelas dan melukai diri sendiri seperti ini?" Tanya Jimin.

Yoongi masih tak mau membuka suaranya dan itu membuat Jimin sedikit tak sabar. "Min Yoongi.. Aku sedang berbicara padamu." Hembusan nafas berat terdengar dari mulut Yoongi. "Aku bosan." ucapnya pada akhirnya.

"Aku ingin berjalan-jalan sedikit. Mungkin saja kan aku bisa berjalan-jalan keluar? Aku sudah merasa sehat jadi itulah kenapa aku ingin berjalan." Yoongi terdengar bersalah dari nada suaranya. "Maaf. Aku membuat kekacauan."

AmnesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang