8

3.9K 636 49
                                    

2006

Yoongi melangkah keluar dari kediaman itu. Ia kembali menoleh kearah pintu yang baru saja tertutup. Jadi dia sekarang harus kemana? Pemuda manis itu juga menghela nafas resah. Ngomong-ngomong kemana Park Jimin? Lari kemana pria itu?

Yoongi melangkahkan kakinya. Ternyata dia baru mengetahui kalau ayah mertuanya itu sangatlah keras. Sejujurnya saja dalam ingatannya yang amat sangat terbatas ini. Dia tidak begitu yakin apa pernah dia berinteraksi dengan ayah mertuanya itu? Seingatnya dia hanya pernah melihat ayah mertuanya itu lewat foto. Itu saja karena ditunjukkan oleh Ibu mertuanya.

"Perhatikan jalanmu kalau tidak mau kepalamu itu membentur pagar rumahku."

"Mwo?"

BUGH

Baru saja Yoongi mengangkat kepalanya. Kepalanya sudah benar-benar membentur pagar. Ia mendongakkan kepala sambil mengelus-ngelus kepalanya. Dia terperangah.

"Park Jimin? Kau masih disini?" Tanya Yoongi. Dia kira karena pertengkaran hebat tadi. Pemuda itu pergi kabur entah kemana layaknya Drama. Ternyata masih ada di sekitar rumahnya sendiri.

"Aku menunggumu. Kenapa kau lama sekali keluar? Kau tidak benar-benar sakit perut kan? Jangan bilang kalau kau juga menggunakan toilet rumahku?"

"Mwoya!?" Seru Yoongi kesal.

Ia melirik Jimin melalui ekor matanya. Ada apa dengan pria ini? Kenapa dia malah bersikap seperti tak terjadi apa-apa?

"Sudut bibirmu berdarah. Kau tidak mau mengobatinya?" Ucap Yoongi.

Jimin menyentuh sudut bibirnya yang dikatakan oleh Yoongi. "Tidak perlu. Hanya luka kecil. Kau ini cerewet sekali." Ucapnya acuh seperti biasa. "Sudahlah. Ayo cepat." suruhnya.

Jimin segera beranjak dan membuat Yoongi mau tak mau mengikutinya. "Kita mau kemana?" tanya Yoongi yang sudah berjalan tepat di samping Jimin.

"Bisa jangan banyak bicara?" Ucap pemuda itu. Yoongi termangu. Sebenarnya apa yang sedang dirasakan oleh Jimin? Bagaimana kondisi hatinya saat ini? Dan apa yang sedang dia pikirkan? Kenapa pemuda ini begitu pintar menyembunyikan perasaannya?

"Eum.. Apa kau mau minum?" Tawar Yoongi.

Jimin menoleh kearah Yoongi. Melihat ekspresi Jimin padanya. Dengan cepat ia berbicara. "Jangan khawatir. Anggap saja aku sedang baik hati. Ini aku yang traktir. Kau tunggu saja di bangku yang ada di sana. Aku akan kembali dalam 10 menit. Oke?"

Yoongi segera beringsut dari sana.

Meninggalkan Jimin yang hanya memandanginya dengan ekspresi datar seperti biasanya. Setelah 10 menit. Yoongi benar-benar kembali dengan membawa dua Cup Cappuccino di tangannya. Ia menghampiri Jimin yang benar-benar menunggunya disana dan setelah duduk di bangku yang sama dengan Jimin. Ia langsung menyodorkan minuman itu pada Jimin.

"Ini untukmu."

Jimin meraih sodoran Yoongi.

"Terima kasih." Yoongi tersenyum membalas ucapan Jimin. Ia segera menyeruput minumannya dengan semangat. Tapi memang dasarnya Yoongi. Ia masih penasaran dengan Jimin.

"Eum.. Sepertinya kau memang sangat menyukai musik ya?" singgung Yoongi kembali.

Jimin melirik Yoongi yang berada di sampingnya sebentar.

"Apa kau begitu penasaran tentang hal itu?" Sahut Jimin. Yoongi kembali menyeruput minumannya. "Aku kan hanya bertanya. Kalau tidak mau jawab ya sudah."

Jimin ikut menyeruput minumannya dalam tenang. Matanya tertuju ke depan. Tapi tatapannya kosong. "Kalau aku jawab iya. Memangnya kenapa?" tanya Jimin balik.

AmnesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang