(1) Permulaan - Jaket

1.9K 85 5
                                    

Ini adalah karya pertamaku. Mohon dukungannya. 

Vote dan komentarnya sangat aku butuhkan.

Maaf kalau penulisannya aneh. Hehehe.

###


Awal tahun 2017.

Saat ini virusnya sudah menyebabkan kematian di berbagai kota. Puluhan ribu orang telah menjadi korban. Orang-orang tidak berani keluar rumah. Bahkan kemampuanku tidak berguna. Aku terpisah dari kedua orang tuaku.

Semua bermula dari hari itu.

Hari di mana aku bertemu dengannya.

Dia telah mengubah hidupku.

***
November 2016
......

Akh, kesiangan. A

Aku bangun kesiangan.

Bodohnya...

Aku terlambat. Hari ini aku harus pergi ke suatu acara pementasan teater di daerah Jakarta. Aku terlalu lelah dengan latihan kemarin. Ya, latihan kemarin sungguh melelahkan. Mereka benar-benar membuatku harus memutar otak untuk memberikan penampilan yang terbaik akhir bulan ini. Yang jelas, hari ini aku tidak bisa merasakan apa yang aku rasakan ketika aku berada di sisinya. Mendengar tawa manisnya serta senyuman.

Senyuman.

Dia pergi ke luar kota. Mengikuti tantenya, menghadiri seminar tentang tari.
yah, dia.

Aku belum berani menyebutkan namanya.

Duniaku memang tidak pernah jauh dari seni. Orang tuaku keduanya seniman. Ibuku pelukis, ayahku musisi dan entah mengapa, aku sangat menyukai dunia seni peran.
Sejak kecil aku sering berkeliling kota untuk melihat pemeran-pemeran lukisan. Juga untuk menonton penampilan dari ayahku dengan grupnya. Aku tidak pandai pelajaran lain. Aku lebih sering berbuat sesuatu semau-mauku.

Dia pun begitu. Aku menyukai nya karena dia pun menggeluti dunia seni.
...

Hari ini, aku hanya hadir untuk membantu. Aku tidak ikut tampil di atas panggung. terlalu sibuk dan pusing dengan tugasku di sekolah binaanku. Pekerjaanku memang di dunia teater, tapi teater sma. Bermain dan bekerja bersama anak-anak muda. Begitu hidup juga aku bersama mereka.

"Zo. Tolong kau belikan lakban. Ini uangnya. Bonnya jangan lupa," seseorang menyuruhku untuk membeli lakban.

Aku keluar dari komplek tempat pertunjukan seni itu, mencari lakban. Padahal aku tidak tahu persis, di mana aku bisa mendapatkan nya. Mau tidak mau, aku pun mencari ke sana ke mari.

Aku berjalan menyusuri daerah cikini, jalan raden saleh. Melihat kesibukan ibukota di pagi hari. benar-benar sibuk. Akhirnya aku menemukan tempat fotocopy, di sana pasti jual lakban. Benda kecil yang saat ini cukup penting untuk melancarkan jalannya pementasan.

Entah perasaanku saja, atau memang ada seseorang yang mengikutiku dari tadi...

Seseorang di seberang jalan, memandangiku dari kejauhan. Aku tak melihatnya secara langsung karena aku tahu dia pasti pergi jika ketahuan. Aku melihat dari etalase milik tempat fotocopy ini, bayangannya sangat jelas terlihat.

Dia berambut cukup panjang, walau ditutupi oleh jaket hoodie kalau bahasa anak sekarang. Jaket berwarna ungu, cukup mencolok, terlalu mencolok dengan celana 3/4 berwarna biru muda dan sepatu adidas putih.

Mungkin sedang lari pagi.
Tapi kenapa berhenti?
Kenapa memandangiku?

Aku beranikan diri untuk memandangnya secara langsung.
Yap.
Seperti yang kupikirkan tadi.
Dia langsung pergi.

Aku sedikit mengejar, sekedar meyakinkan diriku, apakah dia memang benar-benar mengikuti dan memperhatikan aku? Atau hanya perasaanku saja?

Jaketnya tertulis

"remember me?"

###
baca sampai bab 6
semoga tidak mengecewakan
terimakasih

ZoeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang