Luhan terlonjak kaget mendapat bentakan dari Kai. Luhan hanya menunduk tidak berani untuk melihat kearah Kai.

Kyungsoo berusaha mendekatkan kursinya pada dinding pembatas. Ia berusaha menjangkaunya dengan hati-hati agar para lelaki bertubuh tegap itu tidak mengetahuinya. Sesekali ia berhenti untuk menarik nafas dan memandang kearah pintu takut jika tiba-tiba ada yang datang memergokinya. Setelah perjuangan yang melelahkan Kyungsoo dapat mencapai dinding yang menjadi tujuannya. Kini rencana kedua, setelah berada didekat dinding Kyungsoo berbalik membelakangi dinding pembatas memposisikan ikatan tali pada tangannya di pingir dinding. Setelah merasa pas Kyungsoo menggesekkan tali pengikat tersebut pada pinggiran dinding secara vertikal. Menggesek naik turun untuk memotong tali.

Meski lelah Kyungsoo tetap berharap usahanya kali ini akan berhasil. Berada di ruangan itu selama satu minggu, dua minggu, tiga minggu entahlah ia -Kyungsoo- tidak tahu berapa lama ia berada disini. Yang jelas berada ditempat yang seperti ini membuat Kyungsoo seperti berada di neraka apa lagi jika wanita keji itu mendatanginya. Rasanya ia ingin mati saat itu juga. Selama satu jam Kyungsoo berjibaku dengan tali dan dinding akhirnya ia dapat melepas ikatan tali tersebut. Dapat ia lihat jika pergelangan tangannya lecet dan ada bekas memar disana.

Setelah ikatan tangan selesai Kyungsoo langsung melepas ikatan pada kakinya. semua beres, sekarang rencana selanjutnya Kyungsoo berusaha menajamkan pengelihatannya di dalam gelap, mencoba mencari celah untuknya kabur. Dengan langkah yang pelan akibat tubuhnya yang melemah, Kyungsoo mengitari ruangan tersebut dan sebisa mungkin tidak menimbulkan suara.

Brak

Pintu dibuka dengan kasar hingga menyebabkan suara yang keras. Membuat Kyungsoo terlonjak kaget.

"Mau berusaha kabur sayang."

Tubuh Kyungsoo menegang mendengar suara itu. Oh tidak ia telah ketahuan. Rutuknya dalam hati.

Kyungsoo memincingkan matanya saat sinar lampu menyala di ruangan itu. Ternyata selama ini ruangan itu memiliki penerangan dan sengaja tidak dinyalakan. Setelah matanya terbiasa dengan cahaya lampu, matanya mengintari ruangan tersebut. Ruangan luas yang sedikit kotor, dengan dinding yang sebagian mengelupas, plafon yang bolong, di pojok kiri dekat pintu terdapat drum-drum besar. Ia tidak tahu tempat apa itu dulu, yang pasti Kyungsoo dapat melihat jika di pojok kanan atas terdapat CCTV yang diyakini untuk memantaunya selama ia dikurung disini.

Kyungsoo menatap wanita yang melihatnya dengan mata yang memancarkan sarat akan kebencian yang mendalam. "biarkan aku pergi" ucap Kyungsoo dengan nada sedikit parau.

Wanita itu berjalan mendekat kearah Kyungsoo. Dengan ketukan sepatu yang menggema ke seluruh ruangan. Wajahnya terlihat menyeringai, meremehkan. "Aku tidak akan membiarkanmu pergi, sebelum aku melihatnya menderita" wanita itu langsung mencengkeram rahang Kyungsoo dengan kuat, matanya berkilat dan terlihat sangat menakutkan. "Tidak akan pernah Kyungsoo,bahkan aku tidak keberatan untuk membunuhmu hanya untuk melihatnya menderita dan mati secara perlahan-lahan" lanjutnya sambil melepaskan tangannya dari rahang Kyungsoo, hingga gadis itu terhuyung hampir terjatuh.

Kyungsoo meringis merasakan sakit itu. Meski ia sering mendapatkan perlakuan seperti ini, tapi tetap saja itu sangat sakit. Air matanya meleleh membasahi kedua pipinya yang terlihat menirus. "Ajhuma, aku tidak tahu kesalahan apa yang di perbuat eomma padamu tapi,tidak seharusnya ajhuma berbuat hal menjijikan seperti ini" Kyungsoo dengan susah payah berbicara.

Ia memang tidak tahu akar permasalahnya apa. Yang ia tahu bahwa dirinya disini hanyalah korban dari kesalah pahaman atau mungkin alat untuk balas dendam kepada ibunya.

Plak

Tamparan keras mendarat dipipi Kyungsoo. Menyisakan cairan merah yang mengalir dari sudut bibirnya.

WE [KAISOO]Where stories live. Discover now