Alya tersenyum dan menggeleng.

"Enggak apa kok. Aku tahu kamu sibuk. Aku justru bersyukur bisa mengambil waktu seorang CEO tanpa susah payah membuat janji. Bahkan CEO-nya sendiri yang membuat janji. Keren, kan?" kata Alya dengan nada jahil.

Nanda tertawa. "Itu memang sangat keren."

"Jadi, bagaimana ceritanya kamu bisa menjadi CEO seperti ini dalam waktu enam tahun?"

Nanda tersenyum. Dia masih ingat enam tahun yang lalu. Ketika hidupnya perlahan mulai berubah. Ketika akhirnya ibunya memutuskan untuk meninggalkan ayahnya—yang Nanda sendiri merasa lelaki itu tidak pantas dipanggil ayah—dan pindah ke Bandung. Nanda hanya sebentar berada di Bandung sebelum akhirnya satu tahun kemudian dia berangkat ke Singapura.

Bagaimana bisa?

Ibu Nanda, Tya, dulu sangat dekat dengan seorang dosen. Saking dekatnya, dosen itu sudah menganggap Tya sama seperti anaknya. Begitu juga dengan Tya. Tapi, beberapa tahun setelah lulus, Tya tidak pernah lagi kontak dengan dosen itu. Namun suatu saat Tya bertemu kembali dengan dosen itu dan Tya menceritakan kehidupan menyedihkan. Mantan dosennya itu merasa iba dan dia mengajak Tya beserta Nanda untuk tinggal di rumahnya. Sekarang, lelaki yang dulu pernah menjadi dosen Tya di PTN itu masih menjadi dosen juga. Bukan di Indonesia. Tapi di Singapura. Itu bukan satu-satunya alasan Nanda pindah ke Singapura. Selama satu tahun di Bandung, Tya sangat dekat dengan anak kandung dosennya itu. Namanya Yanuar. Singkat cerita akhirnya Yanuar yang saat itu sudah terkenal sebagai salah satu pengusaha muda sukses di Indonesia dan negara tetangga menjadi ayah tiri Nanda.

Sejak saat itu Nanda tidak sekolah lagi. Yanuar mendidik Nanda langsung untuk menjadi penerus perusahaannya. Nanda dikirim pergi ke Singapura dan diajari langsung cara mengurus cabang perusaan ayah tirinya yang ada di sana. Saat itu umurnya masih delapan belas tahun. Nanda begitu semangat, karena itu dia sangat cepat belajar. Umur dua puluh, Yanuar mulai mempercayakan penuh cabang perusahaan di Singapura menjadi tanggung jawab Nanda. Namanya mulai terkenal. Di Singapura juga di Indonesia.

Sayangnya itu tidak berlangsung lama. Hanya sekitar satu tahun, Yanuar menarik Nanda kembali ke Indonesia. Bukan karena Nanda membuat masalah besar di Singapura. Bahkan Nanda membawa kenaikan pada perusahaan ayah tirinya itu di Singapura. Masalahnya hanya satu. Yaitu kondisi Tya. Hari-hari tanpa anak semata wayangnya di bandung membuat Tya sering murung dan pendiam. Dia sangat merindukan anak satu-satunya itu. Yanuar yang akhirnya merasakan sendiri perubahaan sikap istrinya merasa heran dan bertanya. Saat itu akhirnya Yanuar memutuskan untuk menarik Nanda kembali ke Indonesia. Di Indonesia, Yanuar langsung menunjuk Nanda untuk menjadi CEO induk perusahaannya yang berpusat di Jakarta. Jadi akhirnya mereka kembali pindah ke Jakarta dengan cerita kehidupan yang berbeda.

***

Alya melongo mendengar cerita Nanda.

"Singapura?!!! Astaga! Itu pasti sebabnya kamu punya foto-fotoku, iya kan?"

Nanda hanya tersenyum tipis. Alya masih tidak mengerti.

"Aku enggak pernah melihatmu berkeliaran di sekitarku."

Nanda tertawa. Dia mengeluarkan kacamata hitamnya. "Penyamaran. Aku sangat suka menyamat dengan kacamata hitam."

Alya menatap Nanda heran. Tidak mengerti kenapa lelaki di hadapannya itu sepertinya fanatik dengan kacamata hitam. Tapia da hal yang masih lebih mengherankan di benak Alya.

"Kenapa? Kenapa kamu enggak menyapa atau mengajak mengobrol?"

Itu yang membuat Alya sungguh heran. Kalau jarak mereka ternyata begitu dekat, kenapa Nanda tidak pernah datang menyapanya? Kenapa Nanda tidak pernah muncul dihadapannya? Kenapa dia harus menunggu enam tahun untuk bertemu kembali dengan Nanda?

"Aku sudah berjanji hanya bertemu denganmu saat aku benar-benar menjadi laki-laki sukses."

Jawaban Nanda langsung membungkam mulut Alya beserta pertanyaan-pertanyaan yang berkelebat di benaknya. Satu kalimat itu sudah cukup menjawab semuanya. Dia tidak menyangka kalau lelaki di hadapannya itu sudah sangat berubah. Seratus delapan puluh derajat dikuadrat kalau Alya boleh bilang. Tapi kalau diingat kembali, Nanda memang tidak pernah jadi anak yang buruk. Dia hanya sedang tersesat. Sekarang akhirnya Nanda telah menemukan jalan keluar.

Alya menyeruput milkshake ke-tiganya. Sedangkan Nanda memanggil pelayan, seperti biasa ia tampil dengan kacamata hitamnya. Alya menatap Nanda diam-diam. Wajah Nanda memang terlihat dewasa dan berwibawa. Berbeda dengan dulu yang terlihat tampil dengan wajah kusut dan selalu ditekuk.

Pelayan itu pergi sambil membwa pesanan Nanda. Nanda melirik Alya. Alya tidak sadar bahwa lelaki yang sejak tadi dia lihat sudah menyadari pendangannya. Alya masih tetap saja memandang Nanda sambil menyerput milkshake-nya. Nanda tersenyum. Dia kembali melepas kacamatanya. Alya tersadar.

"Eh..."

Alya langsung membuang wajah saat menyadari bola mata Nanda sudah bals menatapnya. Nanda tersenyum geli. Senang sekali melihat Alya salah tingkah.

"Sebegitu gantengnya ya aku?" tanya Nanda PD.

Alya mendelik menatap Nanda. "Ih geer!"

Nanda hanya tertawa. Alya kembali melanjutkan pertanyaanya.

"Kemu sering bertemu sama orangtuaku ya?"

Nanda terdiam sejanak. Kemudian dia menghela nafas panjang.

"Iya. Aku hampir setiap bulan menggunjungi mereka. Mereka sangat merindukanmu, Alya."

Alya mengangguk. "Kemarin aku bertemu dengan mereka. Semuanya berubah."

Nanda ikut mengangguk.

"Sekarang semuanya sudah berubah ya. Kalau ingat dulu kehidupan kita bagaimana, aku tidak menyangka akhirnya aku bisa duduk di kursi CEO."

Alya kembali mengangguk.

"Iya. Aku juga tidak menyangka akhirnya bisa jadi lulusan terbaik di universitas ternama di Singapura."

Tidak akan ada yang pernah menyangka akan jadiapa dua, tiga, atau enam tahun ke depan. Hari ini bisa saja seseorang berada dibawah. Terpuruk di dalam lubang kegelapan. Tapi besok siapa yang tahu? Satutahun ke depan siapa yang tahu? Bisa jadi seseorang itu besok akan berdirigagah di atas mimbar menyampaikan pidato presiden. Bisa jadi seseorang itumuncul di cover-cover masajalah ternama. Hanya Tuhan yang tahu besok manusia akan jadi seperti apa. Manusia hanya bisa berusaha dan terus bangkit dariketerpurukan. Tuhan pasti akan melihatnya dan Dia yang akan menentukan takdirseperti apa yang pantas untuk hamba-Nya. 

****

Jangan lupa vote dan komennya ya :)   

[2/2] KembaliWhere stories live. Discover now