7

3K 262 25
                                    

"yaelah tau semalam lo niat pulang sendiri, mending lo hubungi gue. Jadi semalam beneran lo diantar Andriel?"

Alfa menghela nafas. Axel kembali menemuinya pagi ini dan menanyakan bagaimana cara Alfa pulang kemarin. Dan betapa terkejutnya Axel setelah mengetahui kalau Alfa pulang diantar Andriel yang nyatanya sedang sakit.

Alfa meletakkan tasnya diatas meja, lalu meraih buku paket mata pelajaran pertama. Menghiraukan Axel yang kini kembali menarik bangku Andriel untuknya duduk. Laki-laki itu masih memasang wajah terkejut dan tak percaya dengan semua jawaban Alfa.

"Pagi Alfa?"

Alfa dan Axel secara bersamaan menatap kearah seorang gadis yang baru saja datang. Alfa hanya menghela nafas samar dan kembali membaca buku dihadapannya. Sedangkan Axel masih membalas dengan senyuman.

"Oh iya Alfa? Gimana? Andriel udah baikan?" Tanya Alina. Gadis itu menghadap kebelakang, kearah Alfa yang sibuk dengan buku dihadapannya.

"Tadi malam nganterin Alfa pulang." Alfa segera menatap Axel dengan tajam. Dengan bodohnya Axel menjawab seperti itu. Dan tidak memikirkan bagaiman perasaan Alina yang kemungkinan besar akan cemburu. Hey Alfa! Jangan mikirin perasaan Alina. Tapi pikirin perasaan lo sendiri!.

"Ng-nganterin Alfa pulang? Tapi pas aku pulang kayaknya dia belum siuman?" Tanya Alina.

Axel baru saja akan membuka mulut ketika kakinya secara cepat diinjak Alfa dan ditahan dengan kakinya . Axel segera menatap kearah Alfa dan mendapat tatapan tajam dari gadis itu yang langsung membungkam mulut Axel. Apaan si lo. Ucap Axel bertanya kepada Alfa dengan gerakan mulut tanpa suara. diam atau gue bakal sunat lo. Ancam Andriel tampa suara.

Alfa tersenyum kearah Alina yang saat ini memang wajah cemburu. "Enggak kok, gue dianter sama Bunda Nita," ucap Alfa.

Alfa merasakan kaki Axel bergetar dan menepuk-nepuk lengan Alfa untuk melepaskan injakan kakinya. Dan untung Alfa mengerti.

Alina tersenyum samar, lalu mengalihkan pandangan kearah pintu kelas. Dimana Andriel terlihat melangkah pelan dengan luka lebam hampir diseluruhh wajahnya. Namun luka itu sama sekali tak mengurangi ketampanan yang ia miliki.

"Sakit tahu!" Ketus Axel saat Alfa melepaskan injakan kakinya. Ia menunduk dan membersikan sepatunya dari bekas injkan Alfa. "Fa.. nggak usah colek-colek bisa kali, kalau mau main colek-colekkan nanti aja kalau udah Halal..." ucap Axel tampa menoleh kearah siapa yang telah mencolek bahunya.

Andriel merasa geram sama ucapan Axel, hatinya seperti tidak trima kalau Alfa akan menjadi gadis halal bagi pria lain. "Bangku gue woi!!" triaknya kesal."he, siapa lo seenaknya duduk dibangku gue? Dan apa maksud lo yang mau ngehalalin Alfa-gue ha? Modal apa lo ngomong gitu?" tanya Andriel menggebu-gebu. Ia tidak memperdulikan tatapan Alina bahkan rasa sakit disekujur tubuhnya.

Axel menutup telinganya dengan kedua telapak tangan saat suara Andriel menusuk gendang telinganya. Axel segera memutar kepalanya kebelakang dan mendapati Andriel yang kini berdiri dibelakangnya seraya berkaca pinggang. Mengangkat satu alisnya.

"bermodal hati dan cinta gue yang telah terisi penuh dengan nama Alfa. Cinta itu nggak butuh modal yang besar, cukup dengan keyakinan, kepercayaan dan cinta yang tulus itu lebih dari cukup untuk gue ngelamar Alfa buat jadi binik gue, ibu dari anak-anak gue, dan mantu dari mak gue." Jawab Axel dengan percaya diri. Ia menatap Alfa yang hanya memasang wajah datar. " gue balik kekelas ya Fa, ntar istirah gue datang dan kita kekantin bareng." Axel tersenyum dan mengelus sekilas pipi tembem Alfa yang telah menirus.

Alfa,Alina dan Andriel mentap langkah Axel yang telah menghilang ditelan tikungan pintu kelasnya.

Andriel merasah ada yang salah dengan perasaannya ketika ia mendengar ucapan Axel. Hatinya seolah tidak terima kalau nanti Alfa akan menjadi istri dari pria itu. Hatinya sungguh-sungguh tidak terima, tapi kenapa?

Alfandri Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin