3

2.6K 251 8
                                    

3 Bulan kemudian...

Alfa, Alina dan seluruh guru dan siswa sekolah ini berdiri memberikan tepuk tangan yang meriah untuk Andriel yang berdiri didepan sana yang baru saja selesai menyanyikan satu lagu hasil karyanya sendiri.

"Ayo Alfa,"

Alfa hanya memasang wajah polos saat Alina menarik tangannya menuju backstage dan menemui Andriel yang baru saja turun. Hari ini adalah hari dimana Andriel berhasil terpilih menjadi perwakilan sekolahnya untuk event musik antar kota.

"Andriel, selamat ya? Gue udah yakin banget lo pasti yang terpilih untuk wakilin sekolah kita." Ucap Alfa saat kedua gadis itu sudah berada dihadapan Andriel yang baru saja mendapat ucapan selamat dari teman-teman dan kedua orang tuanya.

Andriel tersenyum dan menganggukkan kepalanya mendengar ucapan selamat dari Alfa. "Ini juga berkat doa dan semangat dari lo kok, Fa." Alfa tersenyum mendengarnya. Nggak ada pelukan lagi seperti dulu.

"Selamat ya? Tadi permainan gitar kamu keren banget. Kamu pantes menangin semua ini," ucap Alina.

Andriel kembali tersenyum. Bedanya, laki-laki itu tidak mengangguk. Melainkan langsung memberikan sebuah pelukan hangat tanda terima kasih pada Alina. Hal itu membuat Alfa menatap Andriel dengan tatapan yang tidak percaya. Dulu saat Andriel mendapat sesuatu yang mengesankan seperti ini. Orang pertama yang Andriel peluk adalah Alfa. Tapi kini, Andriel tidak melakukannya lagi pada Alfa. Tapi pada Alina. Kamu berubah Riel, kamu bukan Rielnya Alfa lagi.

"Makasih ya? Kamu udah support aku buat ikut seleksi ini. Makasih juga kamu udah jadi pelopor semangat aku. Dan lagu tadi itu aku ciptain khusus buat kamu," ucap Andriel.

Raut wajah Alina tampak terperangah tak percaya dengan apa yang Andriel katakan. Lagu berjudul SEMESTA itu Andriel nyanyikan untuknya. Andriel lalu melirik kearah Alfa yang saat itu menundukkan kepalanya. Sikap yang selalu Andriel lihat ketika ia tengah mencoba untuk merebut hati Alina. Ada apa denganmu Fa..

"Oh iya Alfa. Dipanggil tuh sama Bunda," ucap Andriel.

Alfa hanya menganggukkan kepalanya dan dengan posisi kepala yang masih menunduk, Alfa melangkah pergi. Dan untuk kesekian kalinya Alfa menepis air matanya. Sesak adalah satu kata yang paling mewakili apa yang sedang ia rasakan saat ini.

"Alfa benci aku ya, Riel?" tanya Alina lirih .

"Syuut, jangan mikir yang aneh-aneh. Mungkin Alfa lagi ada masalah makanya sifatnya aneh gitu. Dan aku minta kamu jangan kasih tau sama Alfa tentang hubungan kita ya, sampai waktunya tepat." Ucap Andriel menggenggam tangan Alina.

Alina mengangguk mengerti. Dan kemudian membiarkan tangan Andriel menggeggam tangannya dengan erat. Menatap punggung Alfa yang semakin menjauh.

***

"Hei?" Suara lembut itu membuyarkan tatapan Andriel dari mata Alfa.

Andriel tersenyum dan segera berdiri menyambut kedatangan gadis cantik itu. Dan membantunya meletakkan nampan berisi pesanan gadis itu. Menghiraukan Alfa yang kini masih menatap Andriel dengan mata berkaca. Kenapa jadi cengeng gini sih.

"Makasih udah dibantuin" ucap Alina tersenyum kepada Andriel.

"Sama-sama Alina. Kamu itu gadis spesial, jadi harus diperlakukan secara special juga." Ucap Andriel membalas senyuman Alina.

sreek

Alfa segera beranjak dan melangkah pergi meninggalkan kantin yang mulai penuh sesak. Ia tak Menghiraukan Andriel yang terus meneriakan namanya. Dan tanpa sadar, tangannya terangkat untuk menghapus sesuatu yang secara tiba-tiba jatuh dipipinya.

Alfandri Where stories live. Discover now