4

2.5K 253 3
                                    


Andriel melangkah memasuki ruang kelas yang kini riuh. Tersenyum sekilas saat Alina tersenyum kearahnya. Lalu, Andriel beralih menatap Alfa. Tapi gadis itu hanya tersenyum tipis dan segera mengalihkan pandangannya kearah jendela kaca sebelah kanan. Membuat Andriel menautkan alisnya bingung.

Andriel melangkahkan kakinya menuju tempat duduk disamping Alina dan tepat didepan Alfa. Alfa menghela nafas dan menunduk saat Andriel menyapa Alina dan dengan berani memberikan kecupan selamat pagi dikening Alina. Haha semuanya nyata Fa.. Andriel sekarang bukan Andriel lo lagi, tapi Andrielnya Alina. Bisik batinnya pilu menertawakan tingkahnya yang sedari tadi mendoakan kalau semua ini hanya mimpi buruk.

"Pagi Fa..?"

Alfa tersentak saat Andriel mengusap lembut pelipisnya dan meletakkan cokelat diatas meja Alfa. Andriel menautkan alisnya saat melihat mata Alfa yang bengkak. Andriel segera menahan kepala Alfa yang hampir menunduk lagi. Dan kemudian memperhatikan lagi wajah Alfa.

"Lo kenapa? Kok mata lo bengkak?" Tanya Andriel yang kini meletakkan kedua telapak tangannya dikedua pipi Alfa.

Alfa mengalihkan pandangan matanya kearah Alina. Menatap gadis itu yang kini menatapnya dengan wajah polos. Sedangkan Andriel masih menatapnya dengan alis bertaut.

Alfa dengan senyum tipis dan perlahan melepaskan tangan Andriel dari pipinya. Berusaha terlihat baik-baik saja. "Gak papa. Gue cuma... gak enak badan," alibi Alfa.

"Yaudah kita ke UKS ya?" Andriel segera berdiri dari posisi duduknya dan menyentuh kedua bahu Alfa.

"Enggak-enggak... gue gak papa kok, Riel. Cuma pusing dikit aja," alibi Alfa lagi.

"Beneran?" Tanya Andriel. Lalu meletakkan punggung tangannya pada kening Alfa. Merasakan suhu tubuh Alfa.

"Iya, gue baik-baik aja." Ucap Alfa meyakinkan. Dan menyingkirkan tangan Andriel dari keningnya.

"aku punya vitamin, kamu boleh minum ini biar kamu kembali segar." Alina menyerahkan vitamin dan sebotol air mineral pada Alfa. Gadis itu tersenyum, lalu menyerahkan tissue lagi untuk Alfa.

Alfa menatap Alina dengan ragu. Lalu menatap Andriel yang masih berdiri disampingnya dan menyentuh bahunya. Andriel menghela nafas dan meraih vitamin diatas meja pemberian dari Alina. Lalu, membuka bungkus vitamin pemberian Alina.

"Ayo aaaaa..." Andriel meminta Alfa membuka mulutnya dan membiarkan Andriel menyuapkan sebutir Vitamin.

"Gue bisa sen­­_

Andriel segera mencapit bibir Alfa agar gadis itu diam dan menuruti permintaannya. Andriel kembali meminta Alfa membuka mulutnya dan kali ini Alfa menurut.

Alina tersenyum dan membantu membuka segel botol air mineral yang baru ia beli tadi waktu dikantin. Lalu menyerahkannya pada Alfa yang saat itu baru saja selesai menerima suapan vitamin dari Andriel.

"Gue bantuin," Andriel meraih botol air mineral dari tangan Alina dan meminta Alfa kembali membuka mulutnya.

"Gue bisa sendiri, Riel. Gak usah lebay deh," Alfa berusaha meraih air mineral dari tangan Andriel. Tapi Andriel malah menjauhkan botol itu dari Alfa dan tetap memaksa untuk membantu Alfa minum.

Andriel kembali meminta Alfa membuka mulutnya dan kali ini gadis itu hanya menurut. Lalu meraih tissue dari tangan Alina.

"Makasih ya, Alina" Alfa tersenyum tipis kearah Alina.

Alina hanya menganggukkan kepalanya dan kemudian memberikan roti isi kelapa pada Alfa dan meminta Alfa memakannya untuk sarapan. Andriel tersenyum dan mengusap lembut puncak kepala Alina sebagai tanda terima kasih sudah membantu Alfa yang hari ini sedang tidak sehat. Padahal sebenarnya Alfa baik-baik saja. Hanya saja hatinya yang sedang tidak sehat.

Alfandri Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang