Alfa menghela nafas. Tak menjawab pertanyaan Andriel dan segera melangkah menuju bangkunya.tak Menghiraukan Andriel yang masih terus memanggil namanya.

"Fa..tunggu.. gue mau lo jelasin, apa maksud lo nuduh Alina." Andriel menarik tangan Alfa untuk menatapnya.

Alfa menaikkan dagunya menantang Andriel. "oh lo butuh penjelasan? Kalau gue jelasin emang lo bakal percaya? Enggakkan?" tanya Alfa melepaskan tangan Andriel dan berlalu berjalan menuju bangkunya.

Dia sangat kecewa ketika untuk pertama kalinya Andriel tidak mempercayainya. Riel jelek...

Alfa melirik kearah pintu. Ia mearasakan seperti ada seseorang yang telah mengawasinya. Dan sedetik itu juga tatapannya bertemu dengan laki-laki yang sama seperti dikolam dan diperpus kemaren. Alfa segera beranjak dan berlari keluar kelas untuk mengejar laki-laki itu yang kembali kabur darinya dan berharap tahu siapa laki-laki itu.

Andriel menatap Alina yang kini menatap Alfa yang berlari keluar kelas. Andriel mengusap pipi Alina dengan lembut dan memaksa agar Alina tersenyum."Jangan dengerin Alfa ya? Aku percaya kamu," Andriel kembali mengecup kening Alina dengan lembut.

***

Alfa berlari dengan kencang, berusaha menghentikan langkah laki-laki misterius itu. Untung koridor sekolahnya masih sepi jadi kemungkinan untuk mendapatkan laki-laki itu sangat besar.Dan... dapat. Alfa berhasil mencengkram lengan laki-laki itu dan memaksa laki-laki itu berhenti.

"Hey, lo siapa sih? Dan kenapa gue selalu ngerasa kalau lo ngintai gue." Tanya Alfa. Nafasnya terengah, namun tetap berusaha menahan lengan laki-laki itu. Dan seolah tersadar sesuatau Alfa langsung menatap tajam laki-laki itu. "jangan bilang kalau lo yang ngasih racun sama anak gue? Ayo ngaku lo?" paksa Alfa dengan mata berkaca-kaca. Pompi dan Pimpi, dua anaknya, telah mati beberapa hari yang lalu dan hal itu belum ia beri tahu kepada Andriel. Ayahanya sempat mengatakan kalau kedua anaknya mati karna ada yang memberikan racun. Hal itu terlihat dari bau amis dan buih-buih yang banyak pada air kolam. Air kolam yang jernih dan kerbersihannya selalu dijaga Alfa terlihat sangat kotor dan airnya berwarna coklat.

Laki-laki itu akhirnya memutar tubuhnya menatap Alfa. Menatap Alfa dengan tatapan yang sebenarnya lembut. Namun berusaha terlihat dingin. Laki-laki itu menghela nafas yang dan menatap Alfa dengan tatapan yang lebih lembut dari pada sebelumnya.

"Gue gak suka... lo deket sama Andriel, lo suka sama Andriel."Alfa menatap laki-laki itu dengan tatapan aneh. Lalu melepaskan tangan laki-laki itu.

"tapi kenapa lo mesti bunuh anak gue, ha!!!" Tanya Alfa histeris. Air matanya menetes membasahi pipi tembemnya.

Laki-laki itu tersenyum dan menghapus air mata yang membasahi pipi Alfa. "maafin gue ya, gue janji bakal ganti ikan yang telah gue bunuh. Dan lo bebas minta apapun sama gue."

"janji?" tanya Alfa parau. Menangispun nggak ada gunanya. Toh kini kedua anaknya yang telah ia rawat selama tiga tahun udah mati, jadi buat apa dia menangis.

"iya..."

"loe.. siapa sih?"

"Pengagum rahasia lo,"

***

Alunan musik sendu yang tengah Alfa putar dari ponselnya, membuat Alfa menghela nafas untuk kesekian kalinya. Ia meletakkan kepalanya di atas meja dengan tatapan kosong. Sejak kemarin ia merasa hidupnya jatuh sangat dalam. Tiga janji sudah Andriel ingkari, dan kemarin Andriel kembali berjanji.

"Hai?"

Alfa sedikit melirik kearah seorang laki-laki yang kini berdiri dihadapannya. Alfa sontak terlonjak saat melihat siapa yang berdiri dihadapannya saat ini.

Alfandri Où les histoires vivent. Découvrez maintenant