Chapter 3

90 5 0
                                    

Perlahan Ashley membuka matanya dan bangkit duduk dari tidurnya. Lalu ia merentangkan kedua tangannya yang terasa sedikit kaku. Sampai tiba-tiba ada sebuah suara menyapanya.

"Hai, Sayang. Baru bangun?" sapa seseorang di belakang Ashley.

Ashley menengok ke belakang dan menjumpai Mamanya yang sedang berjalan ke arahnya.

"Oh, Mama." ucap Ashley dengan suara yang sedikit serak, khas suara orang bangun tidur.

"Tertidur berapa lama, hm?" tanya Mama.

Ashley melirik ke arah jam yang ditempel di dinding di atas tv, dan menunjukkan pukul 17.35.

Ashley menyengir kuda "Sekitar 1 jam-an, Ma."

"Kamu mandi dulu gih. Biar seger." Kata Mama sambil duduk di sofa yang sama dengan Ashley dan duduk di sebelahnya.

"Cuci muka aja ya, Ma. Soalnya tadi pulang sekolah, Ashley udah mandi."

"Ya udah, sana cuci muka." Usir Mama halus.

Ashley beranjak dari sofa, menuju ke kamar mandi yang terletak di dalam kamar tidurnya.

Setelah cuci muka, ia membuka ponselnya. Hanya sekedar memastikan, apakah ada notifikasi dari salah satu sosmed-sosial media-nya atau tidak. Dan nyatanya ....

jeng jeng jeng

Tidak ada satupun notification dari aplikasi socmed manapun yang ada di ponsel pintarnya itu.

Ia pun lantas keluar, meninggalkan ponselnya di atas nakas. Dan kembali turun ke lantai bawah.

Ashley berjalan menghampiri Mamanya yang sedang menonton tv.

"Kak Evan kemana, Ma? Kok sepi?"

"Tadi siang, katanya dia mau jemput temannya ke bandara."

"temannya? Siapa? Kak Bobby, atau Kak Sam?" Ia mengingat-ngingat siapa saja teman dekat Kakaknya. Karena tumben-tumbenan Kakaknya sampe jemput ke bandara segala. Kecuali kalo sama orang-orang terdekatnya.

Ashley mencoba untuk mengingat-ngingatnya lagi. Temen deketnya Kak Evan kan cuman Kak Bobby sama Kak Sam. Soalnya yang sering main ke rumah cuman mereka berdua. Lagipula setau ku, Kak Bobby sama Kak Sam lagi ga di luar negeri. Ucap Ashley dalam hati.

Emang bener, teman Evan yang sering main ke rumah ya cuman mereka berdua. Bukan sering lagi malah. Bahkan Ashley pun udah deket banget sama mereka. Mereka berempat sering main bareng. Kayak TODan, maen monopoli, nonton bareng, nyanyi-nyanyi bareng, nyeritain kisah asmara mereka, nyeritain masa kecil mereka, nyeritain temen-temen mereka yang satu sekolah maupun beda sekolah. Tiba-tiba Ashley teringat dengan cerita yang selalu ia dengar dari ketiga cowok tampan itu.

"Aah! Temen Kak Evan yang dari luar negeri itu?" Tanya Ashley antusias.

"Iya. Temennya yang baru pulang dari luar negeri. Yang sering diceritain sama mereka." Jawab Mama. "Kamu kenapa? Kok antusias gitu nanya-nya?" Lanjut Mama.

"Gapapa, Ma. Cuma penasaran aja, kayak gimana, sih, sosok temen Kak Evan yang sering diceritain itu." Ashley melipat tangan sebelah kirinya didepan perut dengan jari telunjuk tangan kanannya mengetuk-ngetuk dagunya. Tanda ia sedang berfikir.

"Kamu belajar gih. Besok kan-"

"Hai."

Perkataan Mama terpotong karena tiba-tiba terdengar suara di belakang sofa yang diduduki oleh kedua perempuan yang sedang berbincang-bincang itu, bersamaan dengan sebuah lengan melingkar di bahu Mama dan juga Ashley.

"Kok ga ada yang nyaut, sih?" Evan menemparkan kepalanya ditengah-tengah bahu Mama dan Ashley, sambil menampilkan wajahnya yang sengaja dibuat se-cemberut mungkin.

"Biasa aja kali Kak, mukanya, ga usah kaya gitu juga." Ashley menahan dirinya agar tidak tertawa, saat melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh Evan.

"Kakak ga bisa biasa, Dek. Soalnya Kakak luar biasa." Tawa Evan menggelegar, seusai mengucapkan kata-kata ke-percaya diriannya.

"Serah lah serah." Ucap Ashley. "emm ... Kak, kata Mama, tadi siang Kakak jemput temen Kakak yang baru pulang dari luar negeri itu, ya?" Akhirnya ia putuskan untuk bertanya kepada Evan, karena mulai penasaran.

"Iya. Emangnya kenapa?"

"Ngga kenapa-napa, sih. Cuma nanya doang." Ashley bingung harus jawab apa. Karena ia tidak mau dibilang 'kepo'.

Ashley bergumam didalam hati. Mendingan nanya-nya dicicil aja, deh. Biar ga ketauan 'kepo-nya'. :D (dikiranya hutang apa, pake dicicil segala:v)

***

Bersambung ...

Cerita ini hanya fiktif belaka. Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh, tempat dan juga masih banyak kesalahan dalam menulis. Saya masih pemula, jadi harap dimaklumi.:)

He Is My Brother's FriendWhere stories live. Discover now