Brukk!!!!

"Apa?!" tanyakku dengan nada tinggi.

"LO PUNYA OTAKKAN? KE--"

"LO TAU KAN GUE SAYANG SAMA HEADPHONE GUE?!!!--"

"LO LEBIH SAYANG SAMA HEADPHONE LO DIBANDING NYOKAP SAMA BOKAP LO-"

"BODO! MEREKA DAN JUGA KALIAN BERDUA UDAH GAK SAYANG LAGI SAMA GUE. BUAT APA GUE SAYANG SAMA KALIAN!" teriakku.

Plak!

"REYGA!" pekik kak Feyli saat tangan itu mendarat mulus dipipiku. Hebat.

"LO GAPUNYA OTAK! LO BILANG APAA? DASAR GA---"belum sempat bang Reyga melanjutkannya aku melenggang pergi sambil menendang headphone ku yang ia campakkan hingga hancur kearah dinding. Kuanggap itu wajah nya.

Aku memutuskan ketaman dekat rumah sakit. Aku tau aku salah, membiarkan mama dan papa tau keadaan ku. Tapi aku berani bersumpah . aku tak mengatakan jika aku disiksa atau semacamnya. Aku hanya mengatakan aku bosan tinggal dengan mereka dan rindu dengan mama dan papa. Apa salahku?.

Air itu sudah membendung dipelupuk mata buru-buru kuseka agar tak jatuh. Aku telah berjanji untuk tak menangis dalam hal apaapun. Aku tak berguna lagi. Bahkan abangku lebih mementingkan adik temannya daripada aku. Lebih mementingkan uang daripada aku. Bahkan mama papa tak pernah mau menjengukku. Bahkan setelah aku mengirimkan pesan mereka malah memarahi ku.

Flashback on

"Ma Ale bosen disini. Bang Reyga sering marah. Gak peduli lagi sama Ale. Kak Feyli kerja. Mama gak mau dateng? Aku pengen balik kerumah. Aku rindu mama."

Mama? Kataku ketika melihat mama menelpon setelah aku memberinya pesan singkat.

"Halo maaa!! I miss--" belum sempat kulanjutkan mama memotong perkataanku.

"Kamu ngapai ngirim mama pesan itu? Kamu jangan ngerepotin mereka. Kamu nurut aja. Jangan buat masalah, Reyga lagi banyak masalah itu. Kamu maklumi aja. Mama gak bisa kesana. Mama sama ayah sibuk sekali disini..." kata mama langsung mematikan sambungan teleponnya.

Aku mengaga. Aku tak pernah melihat mama sekejam ini. Aku tak pernah mendengar mama sibuk. Apa dunia sudah beda? Atau hanya keluargaku saja yang berbeda. Entahlah.

Flashback off

"Lo Ale kan?" tanya seseorang dihadapanku. Aku hanya berdeham sambil menetralkan perasaanku yang berkecamuk ini.

"Lo kenapa?" katanya. Yang kemudian kutolehkan wajahku.

Zahwa???

"Zahwa?" tanyaku.

"Ia gue Zahwa. Lo kenapa Al. Lo ngapai disini malem malem sambil nunduk gak jelas?" tanyanya.

"Gakpapa." kataku.

"Lo lagi ada masalah ya?" tanyanya yang kubalas dengan berdeham.

"Lo kenapa sih? Baru pulang dari London malah dieman." keluh Zahwa yang kemudian memelukku dari samping.

"Gue lagi dalam masalah berat Wa. Gue cuma pengen sendiri" jawabku dengan nada parau.

Lost StarsМесто, где живут истории. Откройте их для себя