EIGHTEEN

1.2K 168 7
                                    

"Seungcheol!!" Aku menggedor keras pintu kamar mandi. Sudah hampir satu jam Seungcheol ada di dalam. Siang hari pulau Jeju memang sedikit panas dari biasanya. Seungcheol dan aku baru saja sampai Jeju dua jam yang lalu, setelah beberapa saat kami berada di bandara, kami segera ke villa milik keluarga Seungcheol ini. Biar aku perjelas, kami hanya berdua. Hal ini yang cukup membuatku was-was.

"Sebentar! Aku masih mandi!" Seungcheol menyahuti dengan keras. Aku berdecak di depan pintu kamar mandi ini. Andai saja ada lebih dari satu kamar mandi, aku sudah berendam sejak tadi.

"Aku sudah gerah Seungcheol! Kau lama sekali!"

"Benarkah kau sudah gerah?" Kepala Seungcheol menyembul keluar dari pintu. Aku terperanjat kaget. Memegangi dadaku yang jantungnya sudah memburu. Pada rambut Seungcheol masih banyak busa sampo yang baunya bisa kucium dengan jelas. Segar. Wajahnya yang basah membuatnya terlihat menggoda. Aku menatapnya lekat. Dia mengulas smirk dan mengangkat kedua alisnya dua kali. Berniat menggodaku. "Maukah kau bergabung?"

Aku mengangkat alis kananku. Wajahku mengisyaratkan kebingungan. Ajakan yang dilayangkannya sesungguhnya membuatku tergoda untuk bergabung tapi aku menggelengkan kepala. "Tidak kau mandi saja dulu, akan aku tunggui sampai kau selesai."

Aku berjalan menuju ranjang. Wajah Seungcheol berubah masam, dia menutup kembali pintu kamar mandi dan kembali membersihkan dirinya. Aku menatap pintu kamar mandi yang tertutup, tersenyum atas perlakuan Seungcheol. Aku menatap langit yang terlihat dari kamar kami. Villa yang kami tempati berada tepat dipinggir laut, langsung menghadap hamparan biru antara langit dan laut. Sungguh indah tak terlukiskan.

Suara dering ponsel mengagetkanku. Fokusku teralih pada ponsel paling canggih keluaran baru milik Seungcheol yang sedang berdering. Kulirik ponsel yang dibiarkan tergeletak di ranjang itu. Sosok Junghwa tertera jelas disana. Cantik. Manis. Seksi. Sangat menggoda. Junghwa menelpon Seungcheol. Aku melirik ke pintu kamar mandi yang tertutup. Bimbang. Aku tak tahu harus berbuat apa.

Kuputuskan untuk mengangkatnya. Dengan tangan gemetar. "Hallo." Suara diseberang sana terkesan bergetar. Junghwa terdengar sangat takut. "Sayang! Aku mohon maafkan aku, aku hanya bermain bukan bersungguh-sungguh. Aku bisa membuktikan bahwa aku sangat mencintaimu. Kumohon maafkan aku ..."

Hatiku terasa sakit ketika mendengar suaranya. Tepat dugaanku. Junghwa dan Seungcheol sedang bertengkar. Aku menghela nafas berat. "Junghwa, ini Ahrim, Seungcheol sedang mandi."

"Oh ini Ahrim," kata Junghwa lalu tertawa sinis. "Jika begitu tolong sampaikan kepada Sengcheolku, nanti malam aku akan menghubunginya lagi."

"Baiklah."

"Oh iya satu lagi. Ahrim, aku tak akan membiarkanmu bersatu dengan Seungcheol, karena pada dasarnya Seungcheol adalah milikku. Camkan baik-baik Ahrim. Seungcheol milik Junghwa." Junghwa menekankan setiap kata-katanya agar aku paham bahwa Seungcheol adalah milik Junghwa.

Aku menutup telponnya. Tanganku bergetar, aku meletakkan ponsel milik Seungcheol asal di atas ranjang. Disaat yang sama aku menemukan Seungcheol yang keluar dari kamar mandi. Aku menghela napas sambil menatap Seungcheol. Kudekati dia dan masuk ke kamar mandi. "Seungcheol, nanti malam Junghwa akan menelpon."


---


Aku berjalan-jalan di pinggir pantai, dengan suara deburan ombak menghiasi telingaku. Hembusan angin menerbangkan setiap helai rambutku. Kurapatkan jaket yang aku kenakan. Celana pendekku membuatku merasa semakin kedinginan. Aku duduk di salah satu batu karang yang ada. Menatap laut yang terlihat sepadan dengan langit yang gelapnya mulai muncul. Perpaduan indah yang sangat menenangkan hati.

Soft Of VoiceWhere stories live. Discover now