TEN

1.4K 178 4
                                    

Foto itu, foto yang membuatku harus mengkonfirmasi banyak pertanyaan yang diajukan oleh sebagian pengikut Instagram ku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Foto itu, foto yang membuatku harus mengkonfirmasi banyak pertanyaan yang diajukan oleh sebagian pengikut Instagram ku. Seungcheol mengulas smirk-nya ketika aku mencoba memarahinya. Aku baru saja tersadar dari pingsanku dan ingin pingsan lagi rasanya dan tak ingin bangun lagi. Suamiku ini sangat merepotkanku saja.

"Kak suaminya ya? Ganteng."

"Lah kak Wonwoo gimana kak?"

"Nikah kok nggak ngundang kak:("

"Post foto berdua dong kak."

Dan ocehan mereka yang lainnya. Aku sampai kewalahan membalas dirrect message yang mereka kirimkan. Aku tak masalah jika mereka bertanya sekali lalu mengerti akan keadaanku, namun tak sedikit dari mereka yang justru spam menuntut jawaban dariku. Mereka spam dan itu sangat menyusahkan.

"Ada yang perlu dibantu, Istriku?" kata Seungcheol mengagetkanku dengan suara rendahnya. Dia telah berdiri didepanku, dengan kedua tangannya menumpu badannya yang membungkuk. Wajahnya sejajar dengan wajahku. Dia mengulas smirk-nya lagi.

Aku menyipitkan mataku, memasang wajah jutek. "Kau tak berpikir apa efek dari ini semua ya? Aku cukup lelah menjawab semua pertanyaan mereka," keluhku sembari membanting ponselku di kasur.

"Aku suamimu, Ahrim. Aku juga ingin jika fotoku kau unggah di akun Instagram milikmu," katanya membelai pipi sebelah kiriku dengan tangan kananya. Aku memejamkan mata sejenak. Merasakan sentuhan Seungcheol dikulitku. Mataku melembut seketika, entah setan dari mana yang membuatku mulai luluh dengan sentuhan ringan yang diberikan oleh Seungcheol.

Aku menyerah. Aku tak bisa marah jika Seungcheol sudah menyentuh kulitku. Aku berdiri dan mulai membereskan koperku untuk diisi perlengkapan bulan madu kami. Seungcheol membaringkan badannya dikasur dengan kasar. Memandangi langit-langit kamar hotel yang kami tempati. Aku mulai mengambil satu persatu pakaian yang sudah kami siapkan sebelum pernikahan.

"Kau sudah siap mau honeymoon bersamaku?" tanyanya masih memperhatikan langit-langit kamar. Aku meliriknya sejenak lalu berkutat dengan pakaianku lagi.

"Mau tidak mau aku harus berangkat bukan? Kasihan mama sudah memesan hotel dan penerbangan untuk kita," kataku melipat baju-bajuku.

"Iya benar," katanya terhenti. Seungcheol menghembuskan karbon dioksida dari paru-parunya. "Tapi Paris tidak dekat Ahrim," katanya melanjutkan. Aku berhenti dari kegiatanku melipat baju.

"Lalu? Tak ada yang bicara bahwa Paris dekat dengan Seoul dan Perancis dekat dengan Korea Selatan."

Seungcheol terduduk dan memperhatikanku dalam. "Siapa tahu kau mabuk perjalanan, itu cukup merepotkan," katanya mencibirku. Aku memicingkan mata dan menatap Seungcheol yang tersenyum kearahku.

"Semoga tidak," kataku menolak. Ini semua jauh dari realita. Aku akui memang aku agak sensitif dengan perjalanan udara. Aku lebih memilih mengendarai mobil sendiri atau naik kereta untuk perjalanan jauh. Aku sangat sensitif dengan ketinggian.

Soft Of VoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang