1 √

571 69 54
                                    

***

Tahun 2095, Bumi.

Pemburuan Phises telah berakhir, ketakutanku selama bertahun-tahun sudah berakhir.

Phises adalah orang langka di bumi, itulah alasan mengapa kaum kami selalu diincar oleh pihak intelegent.

Kaum Phises mungkin hanya ada sebanyak 1/4 orang di bumi, namun itu terlalu banyak menurut mereka—manusia—yang merasa iri. Phises memiliki keseimbangan dalam melaksanakan tata kehidupan.

Jujur, tidak egois, cerdas, pemberani, pekerja keras. Phises memiliki itu semua. Phises dianggap orang paling berbahaya di muka bumi, karena jika satu Phises saja bisa memengaruhi jalan kehidupan di bumi, apalagi sekumpulan Phises?

Sudah 1000 tahun yang lalu pemburuan Phises dimulai, namun baru tahun ini bisa dihentikan.

Tinggal dua Phises yang tersisa—Aku ... dan Alex.

***

Elena Johanson's Pov

Kacau, bumi ini mendadak kacau. Tapi aku bersyukur karena orang-orang dengki telah dimusnahkan. Aku—Phises yang tersisa. Aku bersumpah akan mencari Phises-Phises baru yang akan kudidik, agar mereka tidak seperti Arnold—Phises yang buruk. Arnold adalah alasan mengapa pemburuan Phises dilakukan. Arnold adalah Phises terkutuk, ia memiliki tujuan untuk memusnahkan manusia dan menjadikan bumi sebagai planet Phises, di mana dirinyalah yang akan menjadi otak para Phises.

Mual. Perutku sangat mual saat membayangkan suatu saat nanti Arnold akan memengaruhi otak kami, para Phises.

Aku pun mual saat membayangkan bahwa manusia biasa akan membinasakan kami para Phises.

Kubuang jauh-jauh pikiran burukku. Semuanya telah usai, bumi telah terselamatkan.

Kini, hanya aku dan Alex yang tersisa sebagai Phises.

*

Kusandarkan punggungku pada reruntuhan bangunan yang menimpa rumahku. Kutarik lututku agar mendekati dada, lalu kubenamkan wajahku di dalamnya. Perlahan, air mataku mulai menetes karena mengingat semua yang telah hilang dari kehidupanku. Ayahku, ibuku, mereka terbunuh dalam pertempuran kejam ini.

Mengapa aku? Mengapa aku yang harus menanggung penderitaan ini? Aku bukan siapa-siapa di sini. Aku bukan orang jahat. Aku bukan kelompok picik Arnold. Aku bukan siapa-siapa, tapi aku yang menanggung beban terberat di sini. Aku selamat, tapi aku sendirian. Aku selamat, tapi tak ada yang bertahan untuk diriku. Aku selamat, tapi aku tak tahu harus melakukan apa saat ini. Ini semua terlalu memuakkan.

"Elena ...." Seseorang memanggil namaku.

Sesegera mungkin aku menghapus air mataku, lalu mendongakkan kepalaku untuk melihat pria yang sedang berdiri di depanku ini.

"Alex ... " ya aku masih memiliki seseorang. Dialah Alex—kekasihku.

Ia menundukkan kepalanya. Aku tahu ia merasakan hal yang sama untuk saat ini. Hampa. Bayangkan saja, di bumi ini hanyalah kami yang tersisa. Lantas apa yang harus kami lakukan? Membuat peradaban kembali? Atau mengakhiri semuanya dengan bunuh diri? Tapi, kukira hal kedua bukanlah hal yang benar.

Alex berjongkok di depanku, lalu menangkup wajahku dengan kedua tangannya. Ia tersenyum padaku. Tapi, aku tahu bahwa senyuman itu bukanlah senyuman yang ia tunjukkan saat ia berbahagia.

"It's okay."

Ia bergeser untuk duduk di sebelahku. Kini, punggungnya menempel pada tembok yang sama. Ia menengadahkan kepalanya untuk menatap langit malam ini. Hari ini terasa begitu panjang untuk kami berdua.

Ia melingkarkan sebelah tangannya di pundakku, lalu menarikku mendekatinya. Ia tahu bahwa aku saat ini sama sepertinya. Kami lemah untuk saat ini.

"It will be okay."

Ia menyandarkan kepalaku pada dada bidangnya. Kini, aku bisa mendengarkan detak jantungnya sedikit lebih normal. Tak secepat beberapa jam yang lalu, saat kami sedang bertarung dengan kaum jahat itu.

"Stay with me." Hembusan angin meniup rambut kotornya. Rambutnya yang melayang-layang di udara membuatnya semakin tampan. Oh, aku menyukainya.

"I won't be leaving. I promise. I love you."

Kecupannya mendarat di puncak kepalaku. Dengan itu, aku merasakan kembali bagaimana rasanya hidup. Ia memberikanku motivasi untuk hidup lebih lama. Untuk menikmati hidup berdua dengannya. Untuk membalas dendam kaum yang telah menghancurkan keluarga kami.

*

Kami terbangun di bawah bangunan setengah runtuh ini. Bangunan yang sebelumnya adalah kantor pemerintahan, kini sudah tak berbentuk lagi. Setidaknya tempat ini adalah tempat terbaik untuk kami tinggali sementara. Karena tak ada tempat yang lebih baik di daerah luluh lantah ini.

Alex berlenggang menuju keluar bangunan. Aku pun mengikutinya. Aku menghampirinya, lalu bergelayut di tangan kanannya.

"Apa yang harus kita lakukan?" Aku menatap ke depan dari punggungnya.

"Kita akan berkelana."

"Maksudmu?"

"El, apa kau yakin hanya kita yang selamat di sini?"

"Al, aku pikir begitu. Lihatlah ke sekelilingmu ini!"

Aku menunjuk ke sekitaran daerah luluh lantah ini, menunjuk beberapa mayat yang tergeletak dan sebagian dari itu sudah tak berbentuk.

"Ini mengerikan, Alex. Apa kau pikir masih ada yang hidup selain kita?" Aku berpindah untuk berdiri di depannya.

"El, aku yakin ada seseorang atau mungkin sekelompok orang di luar sana yang masih selamat. Bisa saja ada yang bersembunyi selama pertempuran, lalu mereka selamat!"

"Tapi di mana?"

"Kita akan mencarinya!"

"Tapi, Alex ..."

"Kita.akan.mencarinya!" Ia menegaskan setiap perkataannya.

Okay, aku mengalah. Kini alisnya mulai naik dan rahangnya terlihat mengeras. Bibirnya pun terlihat mengerucut. Dia marah. Dan aku salah.

2096

Perjalanan kami sudah berlangsung selama satu tahun. Dan perjalanan ini sudah membuktikan bahwa perkataan yang Alex lontarkan setahun yang lalu adalah benar. Dan aku yang salah. Kini, kami telah menemukan sebuah desa yang telah kembali ke kondisi semula. Mungkin, hanya desa inilah tempat yang telah diperbaiki setelah pertempuran besar setahun yang lalu.

Kuakui bahwa perkembangannya sangatlah pesat. Lihatlah ladang-ladang di sini sudah dipenuhi oleh sayuran, buah-buahan, pohon teh, dan beberapa tumbuhan pokok lainnya. Selain itu, mereka juga sudah berhasil membuat PLTA di dekat sungai, sehingga desa inilah yang menjadi pusat perhatian di bumi ini. Hanya inilah tempat satu-satunya yang diterangi selain oleh sinar bulan dan matahari. Penduduk di sini pun sudah membangun rumah-rumah sederhana yang layak ditempati.

Aku bersyukur bahwa satu tahun yang lalu aku telah mengalah pada pernyataan Alex. Aku telah berpikir bahwa aku salah. Aku tidak egois karena aku ikut mengembara bersama Alex. Sungguh, ini hari terbaik setelah selama satu tahun aku tak merasakan kebahagiaan hakikiku. Terimakasih, Tuhan.

"Elena ... cepat masuk ke dalam rumah. Ini sudah malam, sayang!"

Oh, Alex telah memanggilku.

T. B. C

SecondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang