- 13 -

9.7K 749 3
                                    

Di malam hujan, di akhir minggu ini... Aq penuhi janji... hehehe.. *Lebay dikit ^_^

Sorry typo...Klo ada yang salah komen aja & kasih tau dimana salahnya (tp maaf gak bisa langsung rubah)

Hari ini Genta datang ke rumahku. Seperti biasa, setiap weekend dia selalu datang ke rumah untuk berkunjung dan kami akan melakukan apapun di rumah. Menonton tv, memasak bersama, atau bahkan tidak segan-segan Genta membawa pekerjaannya ke rumahku. Dia bilang tidak ingin kehilangan waktu setiap harinya tanpaku. Padahal sudah berkali-kali aku memintanya untuk ke rumah dan lakukan aktifitasnya di rumah. Berkumpul bersama keluarganya selama dia masih memiliki keluarga utuhnya. Tidak sepertiku yang selalu berharap untuk memiliki keluarga yang utuh. Dulu. Sebelum Ben dan kakek hadir dalam hidupku.

Sekarang, biarpun Ben dan kakek tidak tinggal bersamaku, aku selalu merasakan kehadiran keluarga di sisiku. Terlebih kakek yang tidak pernah berhenti menghubungiku tiap hari. Katanya cemas karena aku tinggal seorang diri. Bahkan kakek meminta Ben untuk tinggal bersamaku. Tapi dengan keras Genta menolaknya, walaupun tidak secara langsung tertuju kepada kakek. Tapi penolakan keras langsung Genta tunjukkan pada Ben yang tadinya dengan senang hati tinggal bersamaku. Dan ancaman Genta sangat berefek pada Ben. Dia mengancam Ben jika tinggal bersamaku, maka dia akan ikut tinggal bersama. Jelas-jelas itu membuat Ben berpikir ulang. Katanya daripada aku diterkam srigala saat tengah malam, lebih baik aku dibiarkan sendirian. Toh di rumahku tidak hanya aku seorang.

"Kamu bawa kerjaan lagi?" tanyaku pada Genta yang sudah fokus sejak tadi dengan laptop yang selalu dia bawa kemana-mana.

"Mengontrol perusahaan yang di Perth, Hon! Ada beberapa masalah yang terjadi di sana," jelas Genta.

"Kenapa tidak datang saja ke sana?" Aku meletakkan segelas kopi untuk Genta di samping laptopnya.

"Kalau aku ke sana, aku tidak yakin kamu akan baik-baik saja di sini. Apalagi Ben selalu membuntutimu." Selalu seperti itu.

"Ada yang datang!" ucapku sambil setengah berlari menuju pintu depan setelah mendengar suara bel rumahku berbunyi.

"Kalau itu Ben, maka langsung saja kamu tutup pintunya, Hon!!" teriak Genta saat aku sudah berada di depan pintu dan membuka pintu rumahku.

Ada Viko dan Revan berdiri di depan pintu rumahku. Di luar sudah ada Bi Tatik yang sedang menutup gerbang rumahku. Sepertinya tadi mereka sempat bertemu di luar setelah Bi Tatik aku minta untuk membelikan beberapa bahan makanan untuk dimasak saat makan malam.

"Hai, Ca!!" sapa Viko kaku. Terlihat sangat kaku.

"Hai!!" balasku datar. "Hai Jagoan!!" sapaku pada Revan yang sudah nyengir kuda menatapku. Aku membalas cengiran kudanya itu dengan senyumanku. Tidak pernah bosan untuk menatap Revan yang terlampau imut, walaupun ingin sekali menendang Daddynya ke bulan. Bukan karena aku benci. Melainkan karena aku benar-benar sudah tidak ada rasa apapun padanya. Tidak ada keinginan untuk dekat ataupun menjalin hubungan apapun dengannya, walaupun sebatas teman. Mungkin jika dia sudah memiliki pasangan, itu bisa aku terima. Selama dia sudah tidak memiliki perasaan terhadapku.

Aku pengecut dengan perasaannya? Bukan!! Aku justru sangat tegas dengan perasaanku yang menolak perasaannya itu. Hanya saja, aku tidak ingin menyia-nyiakan waktunya hanya untuk mengejarku. Masih banyak wanita di luar sana yang pasti sangat tertarik padanya. Melihat wajah dan profesinya, siapapun tidak akan menolak. Apalagi ada si kecil yang lucunya minta dicium.

"Siapa Honey?" tiba-tiba Genta muncul di belakangku, sebelum aku meminta Viko dan Revan masuk ke dalam rumah.

"Bapak Viko dan anaknya, Genta," jawabku pelan. Aku lihat Viko sangat terkejut dengan kehadiran Genta di rumahku dan dengan panggilan 'Honey'-nya itu.

Couldn't BackWhere stories live. Discover now