-2-

16.4K 944 11
                                    

Sepuluh bulan aku kuliah melanjutkan pascasarjanaku di Perth. Sesekali aku mengunjungi Kak Nia yang memang berjarak dua jam dari tempat tinggalku. Aku memilih untuk tinggal di flat kecil yang sangat murah. Memang agak kumuh, tapi sungguh flat tempatku tinggal benar-benar bersih dan nyaman, terlebih orang-orangnya ramah. Walaupun tidak semuanya ramah, tapi ada beberapa tetanggaku yang sungguh baik dan ramah.

Ada Albert dan istrinya Queen yang usianya mungkin seusia kakek dan nenekku, yang aku sendiri tidak pernah lihat mereka sejak aku lahir ke dunia. Mereka berdua sudah menganggapku seperti anaknya. Mereka memang tinggal berdua dan anak-anak mereka sudah menikah dan tinggal di tempat yang berbeda.

Albert dan Queen, itu yang sedikit membuatku canggung saat memanggil mereka. Apalagi di Indonesia tidak sopan jika memanggil nama saja kepada orang yang lebih tua. Tapi ini sudah menjadi kebiasaan dan aku sudah mencoba untuk membiasakannya, walau terkadang aku pernah tidak sengaja memanggil mereka dengan sebutan kakek dan nenek, hingga membuat mereka bertanya arti dari panggilanku itu. Aku kira mereka akan marah dengan panggilan yang aku buat itu, tapi ternyata mereka senang dengan panggilan itu. Mereka bilang aku mengingatkannya pada cucu mereka yang ternyata memang seusiaku.

"Kenapa kamu memilih tinggal di flat ini Clare?" tanya Ben padaku. Itu panggilanku semenjak aku tinggal di Perth. Dan aku yakin mereka akan sulit memanggilku dengan nama Ica. Karena nama itu terdengar asing bagi lidah mereka.

Ben, tinggal tepat di depan flatku. Usianya tiga tahun lebih muda dariku. Tampan dan pekerja keras. Tapi dia bukan tipeku. Karena entah sejak kapan aku tidak punya tipe ideal untuk seorang pria. Yang pasti aku menginginkan pria yang setia, yang hanya mencintai dua wanita di dunia, aku dan ibunya. Atau mungkin tambah satu lagi, yaitu neneknya.

"Flat ini lebih murah Ben dibanding tempat lain. Memang kenapa kamu tanyakan itu?" tanyaku sambil menatap hidangan makan malam yang disediakan Queen di atas meja. Ya... tiap sebulan sekali Queen mengundang kami, tetangganya untuk berkunjung dan makan malam bersama. Dan yang biasanya hadir hanya aku dan Ben. Terkadang Terry dan Franda, hanya saja mereka berdua sibuk dengan pekerjaan malamnya yang aku tidak tahu apa. Yang pasti aku tidak ingin ikut campur masalah pribadi mereka.

"Tapi flat ini jauh dari kampusmu. Apa tidak masalah?" tanya Ben lagi.

"Nope. Selama aku bisa berhemat, itu tidak masalah untukku. Kamu sendiri kenapa memilih flat ini?" tanyaku balik.

"Karena ada kamu!"

"Euuyuuuuh!" Padahal aku tahu Ben sudah lebih dulu tinggal di flat ini dibandingkan aku dan dia selalu menggodaku. Dia selalu seperti itu pada siapapun, dan aku menganggapnya seperti adikku sendiri, atau mungkin kakak. Karena dia lebih sering memperhatikanku dibanding diriku sendiri.

"Ben! Apa di tempatmu ada lowongan pekerjaan?" tanyaku di sela-sela makan malam yang lezat ini.

"Memang kenapa?"

"Aku ingin bekerja di waktu luangku, ingin mencari pengalaman kerja di tempat lain." Itu alasanku. Padahal waktuku sudah cukup padat. Dengan pekerjaanku yang sesekali diminta membuatkan skenario oleh temanku di Indonesia, ditambah usaha yang Bunda wariskan, dan beberapa usaha online shopku yang sebagian besar ada di Indonesia tapi masih aku kelola dari sini. Dan aku sungguh tidak kekurangan suatu apapun, bahkan masih ada lebih yang aku miliki. Hanya jika aku merasa sendiri, terkadang aku mengingat rasa sakit yang pernah aku rasakan karena pria itu. Karena itu aku ingin menyibukkan diriku hingga aku tidak terpikir lagi tentangnya. Bahkan ini sudah hampir satu tahun tapi rasa sakit itu masih saja ada. Walaupun aku sudah melupakan semua kesalahannya bahkan melupakan rasa cintaku yang pernah singgah di dalam hati.

"Sepertinya kafe di dekat kantorku sedang ada lowongan. Tapi kenapa kamu ingin bekerja? Bukankah studimu itu sungguh sulit?" tanya Ben.

"Sedikit sulit, tapi aku masih mempunyai kakak angkatku untuk bertanya, apalagi Prof. Roland cukup membantuku menyelesaikan tesisku."

Couldn't BackWhere stories live. Discover now