-9-

10.8K 801 20
                                    

Sorry typo bertebaran!!! 

So, I need your comments. And thanks for reading!!


Magenta POV

Aku sudah kembali dari rumah Daveeta. Senangnya memiliki koponakan cantik yang cerewet. Mirip sekali seperti ibunya saat masih kecil dulu, sebelum kejadian itu terjadi. Sebelum masa kelam itu hadir dalam hidup Daveeta hingga membuatnya berubah dingin dan pendiam. Senangnya melihat Kayla, anak Daveeta yang berusia tiga tahun itu. Walaupun pada akhirnya aku lagi-lagi harus beradu mulut dengan si Kutu Kay yang dari dulu tidak pernah berubah. Masih tengil dan protektif. Tapi aku bahagia melihat kebahagiaan keluarga adikku itu. Dan aku berharap bisa mendapatkan kebahagiaan yang sama dengan mereka, bersama kekasihku. Orang yang aku cintai. Clarissa.

Ica... Ini sudah jam delapan malam. Masih ada waktu untuk bertemu dengannya. Dan sepertinya tidak akan bisa bertemu lagi dengannya esok hari, karena sudah dipastikan, Mom tidak akan ijinkan aku untuk keluar rumah lagi.

Buru-buru aku mengambil ponselku dan menghubunginya.

"Ica!"

"Ya... ini siapa?" tanyanya setelah akhirnya panggilanku dijawab olehnya.

"Aku, Genta."

"Ada apa, Genta?" tanya suara disana terdengar ceria.

"Apa kamu sedang di rumah saat ini?"

"Iya."

"Kirimkan aku alamat rumahmu sekarang!" pintaku padanya yang terdengar perintah. Aku sudah tidak sabar lagi ingin bertemu berdua dengan wanitaku.

Setelah mematikan panggilanku, tidak lama Ica mengirimkan alamat rumahnya melalui pesan. Dan tanpa menunggu lagi, aku langsung menuju alamat yang tertera di layar ponselku itu. Berharap pertemuan malam ini akan terus berlanjut sampai ke alam mimpi.

**

Clarissa POV

Kenapa Genta meminta alamat rumahku? Apa terjadi sesuatu yang mendesak sampai dia memintanya seperti orang yang terburu-buru. Apa tadi saat bertemu ada yang salah denganku? Sudahlah, aku sudah tidak ingin berpikir lagi hari ini. Cukup Viko yang tadi sudah menguras pikiranku. Membuatku takut akan perasaannya yang masih ada untukku.

Sudah jam sembilan malam dan waktuku untuk tidur. Biarpun ini malam minggu, tetap saja seperti malam biasa untukku. Tidak ada rencana untuk bersenang-senang di malam minggu. Tapi malam-malam begini ada yang memencet bel rumahku.

Aku sedikit berhati-hati melirik siapa yang datang ke rumahku di malam-malam begini. Apalagi aku seorang diri saat ini. Bi Tatik tidak ada di rumah sampai hari Senin nanti. Dulu memang aku berani tinggal sendiri, tapi dulu tidak ada yang tahu kalau rumah ini masih berpenghuni. Karena saat itu aku tinggal seperti hantu di rumah ini.

Aku lihat orang yang sedang berdiri di depan pagar rumahku, masih berusaha terus memencet bel di samping pagar itu. Maklum saja kalau dia tidak bisa masuk dan mengetuk pintu rumahku, karena setiap malam pagar itu akan selalu digembok oleh Bi Tatik ataupun aku.

Aku buru-buru membuka pintu rumahku dan berlari menuju orang yang ada di balik pagar itu. Menatapnya tidak percaya dengan apa yang saat ini menjadi fokus utama penglihatanku.

"Magenta?"

"Hai, Ca!!" Sapanya dengan senyum yang aku rindukan sejak seminggu ini.

"Ada apa malam-malam begini ke rumahku?" Aku masih tidak percaya dengan kedatangannya. Dan masih saja berdiri di balik pagar tanpa mencoba membukanya.

Couldn't BackWhere stories live. Discover now