Pemberontakan

313 42 0
                                    

Sebuah helikopter mendarat di atap gedung pusat perbelanjaan kota. Anton turun diikuti dua pengawal setia di belakangnya. Di depan, sebuah tangga menanti dengan dua petugas berseragam militer menjaga pintu di belakangnya. Mereka menghentikan Anton melangkah mendekat dan meminta tanda pengenal. Anton tersenyum, merogoh saku dalam jasnya menunjukkan tanda pengenal dekat-dekat ke depan wajah kedua petugas penjaga. Sekilas saja mereka melihat tanda pengenal tersebut dan langsung tampak panik. Segera mereka memberi hormat dan menggesekkan kunci kartu pada pintu di belakang. Pintu itu terbuka disertai bunyi denting. Anton dan pengawalnya masuk. Salah satu petugas pun masuk dan mengeluarkan kunci yang tergantung di lehernya, membuka papan di bawah tombol lift yang berisi alat pemindai identitas. Petugas itu meminta lagi tanda pengenal Anton sesopan mungkin lalu meletakkannya di alat pemindai. Setelah dikonfirmasi lift pun tertutup dan bergerak turun tiga puluh lantai dalam hitungan detik. Ketika pintu lift berdenting dan terbuka aula putih berkubah megah menyambut Anton. Sebuah pilar di tengah ruangan begitu besar menopang langit-langit yang telah dibangun agar tidak runtuh. Menjaga pondasi agar tetap kokoh menopang segala kehidupan di atasnya. Emblem lingkaran dengan peta nusantara dan garuda besi hitam di dalamnya mengawasi dan menjaga pilar agar tidak goyah. BRAIN yang dipahat di bawahnya adalah sekutunya, agen-agen tak kasat mata yang bergerak di balik layar.

Anton tersenyum kepada resepsionis wanita di balik meja yang melingkari pilar dan menunjukkan tanda pengenalnya, "Inspeksi mendadak, tunjukkan semua aset yang ada dalam fasilitas."

Resepsionis itu langsung gugup mendengarnya. Tidak ada pemberitahuan dari Jenderal dan dengan kehilangan Tangan maka tempat ini tak punya sosok pemimpin untuk dimintai arahan. Dua petugas keamanan di belakangnya hanya saling lihat heran. Siapa yang tidak tahu arti dari lima bintang dalam tanda pengenal yang ditunjukkan Anton. Tidak bisa berpikir jernih, resepsionis itu hanya mengikuti apa yang diperintahkan. Dengan cepat dia mengetikkan sesuatu pada komputernya dan menuntun Anton beserta kedua bawahannya menuju pintu di sudut kiri ruangan. Tepat di baliknya seseorang berjubah putih sudah menunggunya. Pria ini tingginya mungkin dua meter. Sambil membetulkan letak kacamatanya yang terlalu besar untuk wajah kurusnya dia tersenyum lebar pada Anton. Pria ini mencoba menjabat tangannya, memperkenalkan dirinya sebagai salah satu peneliti fasilitas, namun Anton mengaitkan tangannya di belakang. Sesaat wajahnya terlihat masam lalu tersenyum lebar kembali seperti tak ada apa-apa. Dengan ramah dia memulai turnya berkeliling fasilitas tempat aset berada atau lebih tepat jika di bilang penjara. Satu persatu dia membawa Anton pada tiap aset. Membacakan profil aset dari tablet yang dibawanya dengan kaku dan membosankan. Bocah berkaki empat, perempuan dengan bokong gajah, pemuda berkeringat kristal, dukun gadungan dengan pendengaran tajam, atau kakek mesum yang mampu melihat tembus pandang hanya sebatas pakaian.

"Menurut laporan, kalian mendapatkan aset baru yang menarik. Aku ingin melihatnya." Anton mencoba menahan kantuknya.

"Oh, benar! Mari, akan saya tunjukkan."

Pria itu menuntun Anton lebih jauh ke dalam fasilitas. Menuruni beberapa tangga hingga akhirnya berhenti depan sebuah pintu besi. Pria yang memandu Anton sejak tadi menggesekkan tanda pengenalnya pada panel di sebelah pintu. Ketika mereka masuk sebuah ruang monitoring dengan layar-layar lebar memenuhi ruangan. Semua orang dalam ruangan mengenakan jubah putih yang sama dengan pria di depan Anton. Pria ini terus saja tersenyum lebar memuakkan. "Mari, mari, akan saya tunjukkan aset terbaru kami dan aset lainnya yang menakjubkan."

Anton dibawa ke ujung ruangan. Seluruh sisi dinding ini dipasang cermin satu arah. Di baliknya empat tabung menjadi objek utama pengamatan dengan empat orang yang melayang di dalamnya dengan selang menutupi mulut dan hidung dalam cairan biru terang yang memenuhi tabung. Risa salah satunya. Paras cantiknya tampak tenang terpejam. Dalam keadaan tanpa busana seperti objek lainnya. bekas luka tembakan di bahunya sudah tertutup meninggalkan bekas lepuh melingkar berakar.

BakatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang