Pohon Tua

2.2K 204 27
                                    

Idon turun dari angkutan kota. Membawa sebuah wadah penyimpan makanan yang cukup untuk dua kaktus miliknya, Granda dan Franda. Di areal pertokoan yang cukup luas dengan sebuah gedung bertingkat sebagai pusatnya, di sanalah Idon berada. Pasar terbesar di kota.

Pagi Harinya

"Apa yang kau lakukan?" Franda mengerjapkan matanya yang masih berat. Matahari baru terlihat sinarnya dan Idon sudah sibuk akan sesuatu di kamarnya.

"Aku mencari tempat yang cukup untuk kalian berdua," jawab idon seadanya, sambil terus sibuk mencari sesuatu yang cukup untuk dua kaktusnya.

"Apa kita akan pergi menemui pohon tua itu?" Granda juga bertanya-tanya. Manusia di depannya sudah bangun sebelum mereka melakukan nyanyian paginya

"Wahh! Senangnya. Sudah lama aku tidak keluar dan menghirup udara segar," ujar Franda semangat. "Apa?" dia memicingkan mata pada saudaranya.

Granda sinis melihat Franda. "sudah lama tidak keluar? sejak kapan kita bisa berjalan-jalan."

"Grand... tidak bisakah kau membiarkan aku senang?" ada nada memohon di sana.

"Tidak!" Granda ketus, seperti biasa.

Idon menggaruk kepalanya. Tidak tahan mendengar dua kaktus yang tak pernah akur miliknya. Hari masih pagi dan dia sudah tidak bisa mendengar apa-apa selain pertengkaran mereka. "Lihat, aku sudah menemukannya. Aku akan memasukkan kalian kesini."

Granda dan Franda melihat tempat penyimpanan makanan berbahan plastik di depannya. "Aku tidak akan masuk kesana," tolak mereka hampir bersamaan.

"Kenapa?" tanya Idon tampak bodoh.

"Apa kau buta! Tempat itu kotor dan berdebu. Menjijikkan!" ujar Granda. Franda hanya mengangguk mengiyakan.

Idon mendengus kesal. Baru semalam mereka berbicara dan Idon sudah merasa tak tahan. "Ayolah! Kalian hanya kaktus. Apa yang kalian takutkan dari debu."

"Kau tahu manusia, aku tidak mau duri-duriku yang indah ini kotor karenanya," Franda cemberut, matanya menatap kasihan pada durinya.

"Oh ya. Satu lagi, kami bukan 'hanya kaktus' kami punya nama kau tahu!" Granda menimpali.

Ohh, Idon benar-benar ingin mengambil gunting dan memotong mereka berdua sekarang. Tapi tidak, dia tidak sanggup melakukan kekejian. Membayangkan teriakan dan tatapan mata mereka saat dipotong saja sudah cukup membuat Idon mual.

"Oh ya! Siapa nama kalian? Grandaaa dan Frandaaa," Idon mengejek mereka, memainkan bibir mancungnya. "Siapa yang memberi nama kalian seperti itu?!"

"Sama seperti orang yang memberi nama aneh itu padamu Idooon," Granda membalasnya.

"Hei! Jangan sekalipun menghina ibuku!" Idon menunjuk Granda tepat depan wajahnya.

"Dan kau jangan pernah berani menghina Ibu kami seperti itu!" balas Granda menghadapkan duri di kepalanya ke wajah Idon, dan Franda hanya mengangguk.

Idon menghela napas panjang. "Baiklah! aku minta maaf. Sekarang aku akan membersihkan tempat makanan ini, lalu setelah itu kalian akan masuk kedalamnya. Bagaimana?"

BAKAT

Idon berjalan-jalan di pasar. Membawa dua kaktus dalam wadah khusus transparan. Beberapa orang melihat Idon dengan heran. Tapi, tiga makhluk itu tidak perduli pada sekitar. Semuanya asik melihat pasar yang terkenal serba ada. Ratusan toko dengan bermacam barang yang dijajakan, para pedagang yang berusaha menarik pembeli ke kiosnya, pedagang kaki lima yang terlihat kepanasan, dan kesibukan lainnya. Tentu saja dua kaktus yang terlihat paling bersemangat. Franda terus saja berkomentar akan apa pun yang dilihatnya. Memanggil Granda berulang kali untuk melihat sesuatu yang menurutnya patut dilihat. Granda mencoba tidak memperdulikan saudaranya. Dia asik memperhatikan yang lain, yang lebih menarik dibanding Franda. Tapi, semua keasikan itu harus rusak di persimpangan pasar.

BakatWhere stories live. Discover now