30. Senyuman yang hampir terukir

27.4K 1.7K 14
                                    

Kinan terdiam saat Ayu, kakak dari ibunya sukses mengeluarkan kalimat yang mencelos.

"Tante sudah bicara dengan dia. Kinan, kondisi kamu tidak sepenuhnya pulih. Kamu ke pantai malem-malem udah gitu gerimis. Kamu nggak mikirin keadaan tubuh kamu kayak gimana?"ucap Ayu lagi. Kali ini Kinan benar-benar tidak bisa menjawab apapun.

Kinan menghela napas membiarkan tantenya itu bicara sesukanya.

"Tante lebih suka kamu sama Raka. Tante lebih percaya dia daripada lelaki itu."kata Ayu kembali dengan tegas.

Kinan berdecak singkat. "Kinan sama Raka udah lama nggak saling bicara."

"Kalian berdua putus?"tanya Tante Ayu yang kini penasaran.

Kinan mengangguk malas. Moodnya kali ini benar-benar berantakan. "Raka yang pergi menghilang entah kemana. Dia yang buat keputusan secara sepihak. Dia ninggalin Kinan."

"Ada alasan lain yang bikin tante nggak yakin sama lelaki itu."ucap Ayu kembali dengan datar.

Kinan terkekeh pelan. "Kinan awalnya juga nggak yakin. Tapi Satria sendiri yang bikin Kinan yakin."

"Kamu itu masih labil, Kinan. Tante nggak mau kamu salah bergaul kayak gitu. Tante hanya percaya dengan Raka."

Acara sarapan pagi yang benar-benar menguras hati. Kinan malas mendengar ocehan tante nya itu. Bagi Kinan berteman dengan siapa saja tidaklah sulit. Kinan hanya ingin berteman dengan Satria. Teman baru yang ia kenal secara tidak sengaja setelah ditinggal begitu saja oleh Raka. Kinan percaya kepada Satria karena lelaki itu berkali-kali melindungi dirinya dari hal yang membahayakan.

Semalam Satria memang mengantarkan Kinan ke rumah. Itu alasan kenapa Tante Ayu berbicara seperti ini kepada Kinan. Tante Ayu khawatirkan keadaan Kinan. Nyata nya semalam Kinan pingsan karena hidungnya kembali mengeluarkan cairan darah.

"Tante belum mengenal Satria jadi bicara kayak gitu."ucap Kinan dengan sinis.

Ayu menoleh kearah Kinan yanh duduk di meja makan. "Seorang tentara itu bukan untuk pelajar seperti kamu. Tugasmu ya belajar! Jangan dekat-dekat dengan seorang tentara."

"Lalu kenapa Tante masih membawa nama Raka disaat orang yang paling dipercaya itu malah nyakitin Kinan?"

Ayu menghela napas sejenak. "Karena Raka tau segalanya tentang kamu. Termasuk dia tau kenapa alasan kamu selalu mimisan secara tiba-tiba."

Kalimat itu sukses membuat Kinan menjadi membeku. Keheningan terjadi beberapa saat hingga akhirnya Kinan memutuskan untuk berangkat sekolah.

"Tante, Kinan berangkat dulu. Udah dijemput."ucap Kinan dengan singkat. Sebenarnya omongan Tante Ayu ada benarnya tapi tetap saja ia sudah sakit hati dengan sikap Raka.

Kinan bergegas ke arah jalan raya depan rumahnya. Sebuah mobil hitam sudah terparkir disana. Seseorang lelaki tengah menunggunya disana. Lelaki itu menggunakan pakaian casual seperti biasanya, hanya kali ini ia memadukan warna biru dengan abu-abu. Kinan tersenyum kearahnya begitupun juga lelaki itu.

"Kamu abis diceramahin sama Tante kamu?"tanya Satria dengan canggung.

Kinan mengangguk. "Sedikit. Biasalah soal perbedaan pendapat gitu."

"Gara-gara kejadian semalam ya? Jujur aja aku juga khawatir. Tapi aku nggak ada niatan untuk buat kamu nunggu sampai sebegitunya. Aku minta maaf."

"Kan aku udah bilang kalau aku masih disana karena ingin sendiri. Lagian setelah aku pikir emang akunya yang nggak nurut sih. Tante jadi nyalahin kamu, deh."balas Kinan dengan lirih.

Ok, CAPTAIN! [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang