6. Kapten Satria

48.7K 2.9K 119
                                    

Kinan sedari tadi memainkan telepon miliknya. Beberapa kali sudah ia mencoba menghubungi supir yang biasa mengantarkannya namun juga tidak terhubung. Hari sudah hampir malam. Acara sosialisasi di sekolahnya juga belum usai seakan menjadi malam yang begitu panjang. Memang kehadiran tim Pasukan Khusus menjadi motivasi yang baik untuk membangkitkan rasa cinta tanah air. Hanya saja tidakkah bosan mendengarkan orang berbicara selama itu?

Kinan berdecak singkat. Kemana semua orang sampai tidak ada seorang pun yang ada di lorong sekolah? Kinan seakan berbicara dengan dirinya sendiri.

"Oh ya, orang-orang sedang melihat tentara ganteng di aula!"gumamnya yang tidak jelas.

Tidak begitu lama seseorang berdiri menghalangi penerangan lampu Taman sekolah. Kinan menatap lelaki itu hanya sesaat kemudian memalingkan wajahnya kearah lain. Ia masih saja terfokus dengan telepon miliknya berusaha untuk menghubungi supir rumahnya. Panggilan kali ini juga tidak di angkat. Kinan mengerang pelan. Sekarang bagaimana caranya ia pulang sedangkan dirinya tidak membawa dompet.

"Pulsamu habis? Aku bisa saja memberikan pulsa yang aku punya untuk membantumu."Satria kini mengeluarkan telepon miliknya dengan senang hati untuk dipinjamkan.

Kinan menggeleng pelan. "Pulsa saya ada tapi tidak tersambung."

Satria mengerutkan keningnya. "Saya rasa ada yang salah dengan telepon mu itu. Sekarang saya akan memperbaikinya."

Kinan yang percaya langsung menyerahkan teleponnya kepada Satria yang sepertinya bisa memperbaikinya. "Coba kamu benerin. Soalnya saya benar-benar darurat."

Satria tersenyum jahil. Ternyata gadis yang ada di hadapannya ini benar-benar tidak mengerti bagaimana seorang lelaki ingin bersikap cari perhatian. "Saya sudah memiliki nomor kamu deh. Soal membentulkannya sepertinya telepon kamu tidak rusak. Hanya saja supir kamu tidak mendengar panggilan itu atau mungkin telepon supir mu ketinggalan."

Kinan mengerutkan dahinya tidak percaya. Jadi lelaki yang ada di depannya ini hanya berpura-pura untuk mendapatkan nomornya? Kinan mengambil dengan paksa telepon miliknya itu. "Saya salah karena sudah berbicara dengan kamu."

Kinan kemudian masih mencoba menghubungi supirnya. Dihiraukan saja Satria yang tersenyum kearahnya. Sesekali Satria berbicara dengan asal agar Kinan mau mendengarkannya. Lama tidak didengar, akhirnya Satria mendorong telepon milik Kinan hingga terlempar keatas. Dalam waktu hitungan singkat, ditangkaplah telepon itu yang membuat Satria harus mengambilnya tepat dibelakang Kinan. Secara tidak sengaja Satria seakan memeluk Kinan.

Kinan membeku. Harum tubuh lelaki yang ada di depan nya tercium dengan jelas. Sedetik kemudian Kinan menjauhkan badannya. "Kamu mau apa? Saya tidak ingin mencari masalah dengan orang lain."sahut Kinan dengan datar.

"Aku hanya ingin berbicara banyak denganmu seperti seminggu yang lalu. Saat kau sama sekali tidak mengenaliku. Sekarang aku ingin bertanya, kau sudah kenal denganku?"

Kinan memutar bola matanya malas. "Kau tentara kan? Aku sudah tau pekerjaan kamu. Kau bukan mata-mata seperti yang aku kira sebelumnya. Kau juga bukan penculik saat pertama kali kita bertemu. Itu alasan kau kenapa selalu membawa pistol di saku kanan belakang mu."

Satria tertawa dengan singkat. Gadis ini memiliki ingatan yang cukup kuat. "Kenapa kau tidak bergabung dengan murid lainnya di aula?"

"Kenapa kau kemari?"Balas Kinan dengan datar.

"Aku kemari karena sudah selesai memberikan materi. Sekarang kenapa kau tidak mau mendengarkannya? Sepertinya kau harus diberikan pengetahuan tentang rasa kepedulian terhadap tanah air."

Kinan kemudian terduduk di kursi yang menjadi fasilitas sekolahnya itu. Kinan menatap langit hitam yang tidak terlihat bintang sedikitpun. "Karena ada aku atau tidak disana, orang tidak akan peduli denganku. Mereka menjauhiku lalu ketika mereka butuh, mereka mendekatiku. Aku hanya bingung saja. Jadi lebih baik aku disini."

Ok, CAPTAIN! [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang