9. Melanggar Perintah

39.6K 2.4K 8
                                    

Kinan membeku. Dilhatnya lelaki itu benar-benar berjalan menjauhi dirinya. Tanpa memikirkan bagaimana keadaannya saat ini, lelaki itu seenaknya saja berlalu. Kinan menghela napas kecewa. Tadinya ia berpikir hari ini akan menjadi hari yang menyenangkan. Tadinya ia pikir untuk pertama kalinya jantung nya berdetak setelah pernah merasakan sakit. Tadinya ia berpikir jika lelaki itu akan bersama dirinya hingga petang menikmati wahana yang membuat diri menjadi senang.

Mungkin Kinan hanya bisa berangan-angan. Mungkin saat ini ia merasakan kecewa. Senyuman yang terlukis kan dengan indah ketika ia kembali bertemu dengan lelaki itu mendadak sirna. Sekarang dirinya hanya bisa membeku menatap lelaki itu pergi tanpa bisa ia melarangnya.

Kinan menikmati semilir angin yang menerpa seorang diri. Menatap kearah laut biru yang seakan memberikan ketenangan. Kinan tersenyum miris ketika mengingat bagaimana lelaki itu pergi setelah menerima panggilan.

Satria
Maaf jika aku pergi secara mendadak.

Pesan itu berhasil masuk ke dalam notifikasi yang diterima oleh Kinan. Sedetik kemudian gadis itu menghapus pesan itu. Mungkin sudah seharusnya gadis itu tidak mengikuti kata hatinya.

"Tentara yang tidak bisa menepati janjinya."gumam Kinan dengan lirih.

Gadis itu berjalan tanpa tujuan. Kinan hanya seorang diri Sekarang. Berjalan tanpa arah ingin kemana. Berjalan tanpa tau akan berakhir dimana. Gadis itu berjalan seorang diri sembari melamun. Hingga tanpa sadar ia sudah menabrak seseorang lelaki yang tidak dikenal. Lelaki yang seakan sedang menghindari sesuatu.

"Maaf, saya tidak sengaja."ucap Kinan dengan menyesal. Namun mata gadis itu tidak berhenti menatap lelaki tua yang mencurigakan itu. Lelaki itu menenteng sebuah tas yang seakan berisikan sesuatu hal yang besar.

Kinan menggelengkan kepalanya untuk menghilang pikiran negatifnya. Awan sudah nampak berubah menjadi kelabu. Namun langkahnya tetap tanpa arah. Segala wahana yang tersedia di sekitarnya seakan sebagai penghias suasana. Suasana hatinya benar-benar sudah hancur. Kinan sudah tidak berniat lagi menaiki wahana itu seperti yang ia bayangkan.

Sebuah panggilan masuk membuat dering teleponnya berbunyi. Kinan segera mengangkat panggilan itu dengan segera.

"Ada apa lagi,Mi? Kenapa lo telpon gue?"ucap Kinan yang melihat nama Mia sebagai lawan berbicara yang ia ajak.

Terdengar suara kebingungan dari sana. "Itu, Non. Udah mau hujan. Non Kinan tidak pulang?"

Kinan langsung berbicara. "Gue masih mau disini. Emangnya kenapa? Lagian gue mau jalan-jalan sekalian refreshing otak."

"Aduh, Non. Sebaiknya non pulang deh dari sana soalnya Mia takut kalau-----"

Belum sempat Mia berbicara banyak dengan Kinan,gadis itu langsung memutuskan sambungan teleponnya secara tiba-tiba. Kinan langsung mematikan teleponnya agar tidak ada yang menganggu dirinya. Pasalnya suasana hatinya sedang tidak baik dibandingkan satu jam sebelumnya.

Kinan melihat wahana rumah kaca. Gadis itu berniat untuk memasukinya. Dengan menenteng slingbag putih miliknya itu, ia bergegas memasuki rumah kaca itu. Diambillah kartu yang tadi ia beli sebelum memasuki tempat rekreasi ini. Sedetik kemudian senyuman nya kembali mengembangkan. Meskipun ia mencoba melupakan tentara itu.

***

Satria mendengar perintah Letnan Jendral Purnomo dengan serius. Satu persatu informasi ia dapatkan dengan mudah. Kali ini kasus yang akan ia hadapi masih berhubungan dengan pengeboman yang dilakukan di gedung mall beberapa minggu yang lalu. Rupanya masih banyak yang harus ia jadikan target agar Negara ini menjadi aman. Akhir-akhir ini memang pihak TNI AD ataupun Kepolisian sedang berkordinasi membentuk sebuah tim yang saling bekerja sama satu dengan yang lainnya.

Ok, CAPTAIN! [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang