21. Jadian

34.5K 1.9K 9
                                    

Kinan meringis pelan ketika tidak sengaja kepalanya membentur jendela mobil. Sudah lima hari sejak kejadian itu nyatanya kepala Kinan sering kali merasakan pusing. Kinan kembali membetulkan posisi duduknya agar merasakan nyaman. Hari ini adalah hari pertama Kinan kembali bersekolah setelah selama beberapa hari kemarin ia diharuskan beristirahat di rumah untuk memulihkan keadaannya.

Mobil berwarna merah itu menepi kearah kanan. Kinan sudah sampai di depan sekolahnya. Supirnya juga sudah memberitahu Kinan karena sudah sampai. Kinan menenteng tas abu-abu nya untuk segera memasuki kelas. Helaan napas ia hembuskan untuk menghilangkan rasa gugupnya. Rasanya ia tidak percaya diri dengan penampilannya kali ini.

Kinan melewati siswa yang sedang berada diluar kelas. Langkahnya terlihat tergesa-gesa karena ingin cepat sampai kelas. Kinan terkejut ketika seorang mengangetkan dirinya yang sedang ingin memasuki kelas.

"Kinan, dipanggil dari loby sampe sini kagak denger. Lo kenapa buru-buru kayak gitu?"ujar Rani yang kini berada disebelahnya.

Kinan memutar bola matanya malas. "Males diliatin sama orang-orang gegara kepala gue masih di plester kek gini."

"Yaelah, gue kira lo kenapa. Eh iya ngomong-ngomong nih lo nambah temen kan pas acara kemarin?"

Kinan mengangguk. "Cuman beberapa doang."

"Peningkatan yang Bagus berarti buat lo. Eh iya gue denger lo ditolongin sama tentara ganteng yak? Anjir! Nasib lo hoki banget."

Kinan menjitak kepala Rani dengan keras. "Hoki apaan! Gue hampir mati karena jatoh dari atas sampe ke dasar. Untung gue masih bisa bernapas dan ketemu lo. Kalo nggak gue gak tau deh."

Rani kemudian terkekeh. "Ada lo atau nggak kayaknya kelas bakalan berjalan dengan lancar. Lagian kan lo nggak begitu diketahui sama orang."

Kinan hanya mendengus kesal mendengar perkataan Rani yang ada benar nya juga. Kinan kemudian mengambil earphone di dalam tasnya untuk mendengarkan lagu. Suasana hatinya memang sedang tidak enak untuk diajak berbicara. Terlebih lagi kepalanya juga masih pusing ketika hal-hal tertentu.

"Kinan, ada guru baru pengganti Bu Laura. Namanya gue lupa yang jelas dia cantik pake banget. Anak cowok di sekolah ini pada demen. Udah gitu masih muda. Anjir kan?"sahut Rani dengan antusias.

Kinan hanya mengangguk pelan. Jika memang ada guru baru tidak mengapa, lagipula dengan adanya guru baru atau tidak. Nilainya selalu jelek di dalam pelajaran olahraga.

Seorang perempuan yang terlihat muda memasuki kelas Kinan. Senyuman wanita itu ditujukan ke arah murid yang berada di dalam kelas. Wanita itu memanglah cantik seperti yang dikatakan oleh Rani barusan. Memiliki tinggi yang cukup, memiliki kulit yang putih serta hidung yang mancung. Tidak hanya itu, cara penampilannya terlihat begitu modis dan terkesan seperti gaya masa kini. Tidak terlalu terbuka namun tetap elegan. Wanita itu kemudian menuliskan sebuah nama dipapan tulis kelas.

"Perhatian semuanya, kenalkan. Nama saya Silvia. Panggil saja Ibu Silvi. Saya akan menjadi pengganti Bu Laura yang sedang cuti karena akan melahirkan."ucapnya dengan begitu lantang namun matanya memiliki tatapan yang begitu meluluhkan.

Kinan memperhatikan wanita itu. Sepertinya wajahnya tidak begitu asing. Kinan menghiraukan segala pikirannya itu. Kemudian ia kembali terfokus dengan buku catatan yang ia buka.

"Kinan, bener kan dia cantik. Udah gue duga kayaknya bakalan jadi idola disini."ungkap Rani yang sama sekali tidak didengarkan oleh Kinan.

"Biasa aja perasaan. Lo jangan ke ikutan lebay deh."

Rani mendengus kesal. "Dia beneran cantik."

Kinan mengangguk saja. Pikirannya tidak berada di dalam kelas. Pikirannya melayang jauh memikirkan hal lain.

Ok, CAPTAIN! [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang