Amy mendorong tubuhku dari pinggir bar ke arah kerumunan orang orang yang berkeringat dan menempel satu sama lain yang membuatku jijik, tapi sepertinya tubuhku berkata lain. Aku mulai menutup mata dan membiarkan tubuhku mengikuti alunan musik yang terdengar sampai aku merasakan seseorang berada di depanku yang tubuhnya hampir menempel dengan tubuhku. Aku membuka mata dan terlihat dihadapanku seorang lelaki yang ku akui cukup tampan dengan senyum di bibirnya. Aku mulai melingkarkan lenganku di leher pria yang tidak lebih mabuk dari diriku itu dan aku juga merasakan tangannya memegang erat pinggangku.

Tapi lama kelamaan aku merasakan tangannya mulai bergerak kebelakang yang membuat diriku sedikit tidak nyaman. Aku mencoba untuk sedikit mendorongnya agar ada sedikit jarak di antara tubuh kita tapi bukannya ia semakin jauh tapi ia malah menempelkan tubuhnya ke tubuhku. Beberapa saat kemudian aku merasakan dia mulai meremas pantatku dan disaat itulah aku rasa sudah cukup untuk malam ini. Aku tak ingin berakhir di ranjang orang asing malam ini.

"Berhenti" aku meletakkan telapak tanganku di dadanya dan mencoba mendorongnya tapi dia mengejutkanku ketika dia mulai meremas lagi pantatku yang membuat udara di paru paruku keluar dan memaksakan bibirnya melumat bibirku.

"Mmhh.. Baby.." Dia mulai mendesah dan menggosokkan ereksinya ke tubuhku. Sialan! aku melau meronta agar ia melepaskan lengannya dari tubuhku sampai akhirnya aku merasa sudah tidak ada gunanya lagi aku meronta. Aku akhirnya memejamkan mata dan berharap semua akan berakhir ketika aku membukanya.

Kemudian aku merasakan dia melepas lengannya dengan sedikit kasar. Aku rasa ada seseorang yang menariknya menjauh dariku. Ketika aku membuka mata, aku melihat dia sudah berasa di lantai dengan seseorang dengan kepalan yang siap mendarat kapanpun ditubuhnya. Perlu sedikit waktu untuk aku mengenali orang yang menyelamatkanku, tapi sayangnya, dia sendiri orang yang membuatku menjadi seperti ini.

Tanpa pikir panjang aku langsung berlari menjauh dari harry. Tanpa aku sadari, kakiku membawaku pergi ke area toilet dibelakang bar. Aku segera masuk ke dalam ruangan tersebut. Langkahku sedikit goyah sampai akhirnya tanganku dapat menggapai suatu tumpuan. Tanganku menggenggam pinggiran wastafel, aku mendongakkan wajahku dan melihat bayanganku di dalam cermin. Terlihat rambutku yang sedikit tak karuan dengan maskara hitam yang hancur terkena air mata saat aku merasakan bagaimana pria tadi memegangku.

Tubuhku merinding mengingat kejadian itu kembali, aku bahkan tidak sadar bahwa aku menangis sebelum aku melihat cerminan wajahku di kaca toilet ini. Aku tak habis pikir, apa yang harry pikir ia lakukan? Menghindariku lalu tiba tiba menjadi superhero penyelamat. Aku akui, jika dia tak datang mungkin aku akan menyesali malam ini disepanjang hidupku, tapi aku tidak ingin bantuan. Terutama bantuan dari dia.

Tapi seketika pemikiranku tentang harry terhenti, akupun terdiam. Tubuhku terasa kaku saat aku mendengar suara desahan dari dalam bilik toilet disampingku. Tapi yang membuat tubuhku kaku bukan hanya suaranya, tetapi juga nama yang disebutnya.

Suara itu begitu familiar, dan nama itu sangatlah familiar. Aku mengusap air mataku dengan punggung tanganku dan terdiam. Aku menunggu suara itu datang kembali, tidak mungkin suara itu adalah suara orang yang aku pikirkan. Tidak mungkin, ini tidak boleh terjadi. Tapi sayangnya, semua memang benar terjadi.

"Oh baby, lebih cepat, matthew"

Suara itu, suara yang menghantui semenjak aku mendengarnya. Semenjak aku memergoki harry dengan... Helena...

Dengan mata terbelalak dan pikiran yang tidak karuan, aku membawa tubuhku untuk mendekati stall toilet tempat suara itu berasal. Tanganku tak bisa berhenti bergetar sehingga aku harus menggenggamnya. Jantungku berdegup kencang sebelum akhirnya tubuhku mendorong pintu stall tersebut dengan keras sehingga kunci berkaratnya patah dan memperlihatkan siapa yang berada di baliknya.

Mulutku jatuh terbuka dengan air mata yang lagi lagi jatuh tanpa aku sadari, seketika tempat itu hening, hanya suara baju yang berusaha untuk ia kenakan. Disana berdiri dua orang, satu orang paling aku benci dan satu orang yang paling ku cinta.

Sesaat, aku tidak percaya dengan apa yang ada dihadapanku, mungkin aku berhalusinasi karena alkohol yang aku konsumsi. Tapi ketika aku menatap wajah wanita itu yang penuh dengan kemenangan, aku tau aku tidak berhalusinasi.

Muak dengan apa yang aku lihat, aku merasa ingin muntah, akhirnya aku berlari secepatku. Mengingat bahwa aku mabuk, aku hampir terjatuh tapi akhirnya aku berhasil untuk keluar dari tempat itu.

Untunglah aku menemukan amy sedang duduk di atas mobilnya dengan rokok yang menyala berada di tangannya. Aku langsung menyambar rokok itu dan mulai menghisapnya. Aku mendengar amy menarik nafasnya kaget melihatku merokok seperti ini baru pertama kalinya. Tapi tidak, aku jarang merokok, aku hanya melakukannya untuk menenangkan pikiranku. Dan sekarang aku benar benar membutuhkannya.

"Heya girl, kau pikir itu rokok siapa?"

"Diamlah amy, bisakah kita pergi sekarang?" Rokok tidak membantu sama sekali. Aku ingin pergi sejauh mungkin dari tempat ini. Aku tidak ingin melihat tempat ini lagi selamanya.

"Entahlah, kau terlihat menikmati pria yang tadi bersamamu" jawabnya dengan sedikit senyum di bibirnya.

"Aku mohon amy" dia mendengus tapi akhirnya menuruti permintaanku. Dia berkendara ke arah rumahku dan menurunkanku di depan halaman rumahku.

Harry s POV

Aku melihat seseorang familiar di bar. Ia sedang berdansa dengan seorang pria. Sepertinya mereka berdua sedang mabuk. perlu beberapa saat untuk diriku sadar bahwa seseorang itu adalah jessie. Aku terkejut melihat dia seperti ini, bukan hanya mabuk tapi ia juga sedang bersama dengan pria asing. Terakhir aku ingat, ia masih bersama pacar sialannya itu. Apa yang ia lakukan disini?

Aku terus memperhatikannya sambil menyisip alkoholku sampai akhirnya aku melihatnya mulai mendorong pria itu menjauh. Aku pikir ia hanya tidak nyaman berada terlalu dekat dengan pria itu tapi setelah aku melihat pria itu mula memaksakan dirinya ke jessie dan jessie mulai meronta, aku baru sadar jika jessie berada dalam bahaya. Aku berjalan ke arahnya dengan tubuh yang sedikit linglung karena mabuk. Setelah aku berada di sampingnya aku langsung menarik tubuh pria itu dan menjatuhkannya ke lantai. Aku memukul wajahnya beberapa kali sampai babak belur. Aku memang mabuk, tapi itu tidak mempengaruhi kemampuanku. Aku kemudia berdiri dan menoleh ke arah jessie berdiri tapi kemudian kecewa ketika aku tak melihat dia sama sekali. Aku kemudia kembali lagi ke tempat aku duduk tadi dan memesan satu gelas alkohol untuk yang kesekian kalinya pada malam itu.

Beberapa gelas kemudian, aku mendengar ponselku berdering. Aku menggapainya dari saku celanaku dan pengusap mataku. Apa aku semabuk ini sampai aku berhalusinasi? Aku tidak percaya dengan nama yang terpampang di layar ponselku. Ponselku berdering beberapa detik lagi dan aku tidak membuang waktuku lagi untuk memencet tombol hijau disana. Dengan hati hati bagaikan sebilah kaca rentan, aku meletakkan ponselku disamping telingaku. Dengan suara yang bergetar, aku bertanya pada si pemanggil.

"Jessie?"

-

-

-

Maafkeun ini ga jelas parah, but.. I mencoba untuk update 💞💞
Comment pleasee!!!

Sibling Fucker ☞ ⓗⓢTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang