SM-4

3.9K 254 3
                                    

"Sen, gue harus pergi. Gue nggak bisa terus-terusan di Apartemen lo kayak gini."

Sena memutarkan bola matanya malas. "Prilly, dengerin gue ya! Lo itu sahabat gue, jadi lo bebas mau tinggal di Apartemen gue kapan aja tanpa rasa nggak enak!"

"Bukan masalah itu, gue sih kalau nggak ada masalah kayak gini mah udah tinggal di sini kali." jawaban Prilly sontak membuat Sena terkekeh.

"Yaudah, terus lo maunya apa?"

"Gue mau pergi aja, gue bisa kok. Lo jangan ngeraguin gue, Sen. Kalau gue masih di sini dan ketahuan sama bokap gue bahaya, bisa-bisa lo kebawa-bawa dalam masalah ini."

Sena menghela nafasnya dalam. "Emang lo tau, sekarang lo mau tinggal dimana?" Prilly hanya menggeleng pelan.

"Tapi lo tenang aja, gue pasti dapet tempat tinggal. Gue punya uang kok buat ngekos rumah kecil."

"Yaudah, terserah lo. Tapi inget! Kalau ada apa-apa lo harus hubungin gue, oke?" ucap Sena tegas. Prilly langsung mengangkat tangannya dan hormat pada Sena. Dan mereka berdua sama-sama tertawa.

***

"Apa gue ke rumahnya Ali ya?" gumam Prilly pelan.

Prilly melajukan mobilnya menuju rumah Ali, lebih baik ia memulai semuanya dari awal. Menjadi wanita mandiri.

Tak butuh lama bagi Prilly, ia sudah sampai di rumah Ali. Prilly membuka pintu mobilnya dan keluar dari dalam mobil. Prilly melangkahkan kakinya menuju rumah Ali. Di ketuknya pintu cokelat tua itu.

"Iya, sebentar." terdengar suara itu, suara lembut Mama Ali. Seulas senyuman terpancar pada wajah Prilly saat pintu kayu itu terbuka dan memperlihatkan seorang wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik.

"Prilly?"

"Iya, Tante. Ini Prilly, Ali nya ada? Atau dia lagi kerja, Tan?" tanya Prilly sambil tersenyum.

"Dia lagi kerja Prill, bentar lagi juga pulang. Dia tadi kebagian shift pagi jadi pulangnya sore."

Prilly hanya mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. "Eh iya, ayo masuk, Prill." ajak Karin sambil menarik tangan Prilly masuk kedalam rumahnya.

"Mau minum apa Prill?"

"Nggak usah Tante, nggak usah repot-repot." ucap Prilly sopan.

Karin menggeleng. "Enggak, kok Sayang. Nggak repot,"

"Air putih aja Tante."

"Yaudah, kamu tunggu sebentar ya."

Prilly lagi-lagi hanya mengangguk, apa ia harus menceritakan semuanya pada Ali? Atau ia harus menyembunyikannya?

Saat Prilly tengah asik melamun, tiba-tiba ada seseorang yang mengagetkan dirinya. "Prilly?"

Ia menoleh kearah lelaki jangkung itu, siapa lagi jika bukan Ali? Dengan cepat Prilly bangkit dari duduknya dan memeluk Ali erat. Ali mengerutkan dahinya, ia lalu membalas pelukan Prilly. Perlahan ia mendengar suara isakan dari bibir Prilly.

"Kamu kenapa, Prill?" tanya Ali khawatir. Prilly menggeleng dalam dekapan Ali.

Pelukan ini, seperti pelukan 3 tahun yang lalu yang kembali hadir saat ini. Pelukan hangat seseorang yang sangat di rinduinya, bahkan yang teramat di cintainya.

About Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang