Treat You Better

433 14 1
                                    

"Cause I know I can treat you better than he can. And any girl like you deserves a gentleman." --Shawn Mendes, Treat You Better.

                                  &&&

Pagi ini diriku terbangun karena bel apartement yang terus saja berbunyi sejak tadi. Sebenarnya, hari ini aku mendapatkan hari libur dari bossku. Jadi bersantai sampai sore dikasurku adalah hal terbaik.

Ini masih terlalu pagi untuk bertamu. Setelah membuka kenop pintu, aku melihat Dahyun, berdiri menatapku dengan matanya yang sembab dan lebam diwajahnya.

"Dahyun?"

Dia pun langsung berhambur kepelukanku begitu saja, dan aku merasakan kaus yang sedangku kenakan basah. Bahunya mulai bergetar, isak tangisnya lalu memenuhi pendengaranku.

Tanganku langsung merengkuh dirinya erat. Badannya lumayan hangat.

"Masuk dulu, jangan disini menangisnya."

Setelah dirinya duduk disofa dengan keadaan yang masih menangis, buru-buru aku melangkah ke dapur untuk membuatkan cokelat panas.

Seketika kantukku yang tadi melanda menjadi hilang. Tentu saja, diriku penasaran apa yang terjadi.

Selesai membuat cokelat panas, aku langsung menuju keruang tamu yang Dahyun singgahi tadi.

"Minumlah agar kau tenang. Lalu ceritakan padaku semuanya." Dahyun menuruti perintahku lalu meminumnya.

Ponselku bergetar menandakan seseorang menelfonku. Tertulis nama Nayeon disana. Ragu-ragu aku mengangkatnya. Setelah menggeser tombol warna hijau itu, suara Nayeon langsung terdengar panik.

"JB Oppa! Dimana kau sekarang?"

"Di apartementku. Ada apa?"

"Apa... Dahyun ada disana?"

Hening seketika. Aku tidak tau harus menjawab apa. Lalu aku menatap Dahyun yang masih meminum cokelat panasnya.

"Ya, dia ada disini."

"Bagaimana keadaannya? Dirumahnya tadi sangat berantakan. Sepertinya terjadi sesuatu."

"Keadaannya..... buruk. Aku akan memberitahumu nanti." Tanpa menunggu jawaban Nayeon disebrang sana, aku langsung menutup telfonnya.

Dahyun langsung menatapku sayu. Aku membenci mengakuinya melihat dirinya serapuh ini. Kulitnya yang putih semakin pucat, pipinya yang semakin tirus, matanya yang sayu, serta lebam-lebam itu.

Aku benci diriku sendiri melihatnya seperti ini. Karena aku tidak bisa menjaganya dengan baik. Rasanya ingin sekali aku membunuh bajingan gila itu. Ini pasti ulahnya, siapa lagi yang tega berbuat seperti ini.

"Apa ini gara-gara si brengsek Junhoe?"

Dahyun tidak mau menjawabku melainkan menundukkan kepalanya menatap gelas yang sudah setengah habis.

"Jawab pertanyaanku dan tatap aku, Kim Dahyun!" Kini suaraku sedikit naik jika sudah berurusan dengan bajingan itu.

Bahunya kini naik turun dan bergetar, menandakan dirinya menangis.

Aku membuang nafasku kasar. Sedikit bersalah karena sudah berteriak padanya. Tidak seharusnya aku marah.

"Maaf."

"Maafkan aku, oppa." Suaranya lirih.

"Ini semua salahku. Seharusnya aku mendengarkan kata-katamu."

"Seharusnya, aku bersamamu sekarang. Bahagia bersamamu."

Isaknya semakin besar. Hatiku terluka, patah, dan sakit melihatnya seperti ini. Bahkan diriku saja tidak tega menyakitinya. Melihatnya menangis seperti ini pun aku tidak tega.

"Maka, kembalilah padaku. Tinggalkan dia, aku bisa memperlakukanmu dengan baik."

"Aku tidak bisa."

Dahyun menatapku dengan air mata yang berlinang. "Kenapa?"

"Aku sudah buta olehnya. Sampai mati pun aku akan tetap mencintainya."

Kata-kata itu selalu saja menjadi alasan. Kalimat penolakan yang sudah dia katakan berkali-kali yang mampu membuat dadaku sesak. Aku benci diriku ini yang tidak bisa berbuat apa-apa setelah kalimat itu keluar.

Hanya membatu ditempat dan menatap cinta pertamaku yang sulit digenggam.

           
                                    &&&

Halo! Semoga ceritanya ga ngebosenin yaaㅠ____ㅠ

Jangan lupa tinggalkan jejak ya vote dan komen. Huhu masukkan dr kalian berharga bgt.

Terima kasih juga yang udah sempetin baca:")

#salamketjup

In The Mood For Love ✔Where stories live. Discover now