20 (The War -1)

Mulai dari awal
                                    

Aku terdiam, berusaha meresapi kata-katanya. "Aku bukan takut untuk berperang, aku hanya takut mengulai kesalahan lagi saat aku pergi dari sini."

Ada senyum tipis di bibir Noland, tak pernah kulihat senyumnya setulus itu dari bibir tipisnya. "Jangan khawatir, istana ini akan di jaga oleh para penjaga perbatasan terbaik di Bixon." Noland menoleh ke arah jendela.

Spontan kuikuti tatapannya. Ada ribuan pasukan yang tengah berjalan mendekati istanaku, kemunculan mereka bersamaan dengan cahaya teleportasi yang jumlahnya terus bertambah. Sebuah bendera berlambangkan sayap yang berkibar diantara barisan pasukan itu. Sontak mulutku sedikit terbuka, "itu pasukanmu?" Aku tak menyangka Noland akan bertindak sejauh ini.

"Meskipun ini sebenarnya tidak pantas terjadi di Bixon, tetapi akan kupantaskan apapun demi membantumu." Aku suka caranya berbicara. Aku tak salah memilihnya sebagai temanku, aku tak pernah salah karena percaya padanya. "Aku sangat menyukaimu, kau tahu itu, meski Julian telah mengalahkanku tapi aku takkan pernah menyesal melakukan semua ini untukkmu." Kejujuran itu sangat jelas terpancar di matanya.

"Noland..." Kugigit bibir bawahku, sekuat tenaga menahan rasa haru, hingga air mataku akhirnya jatuh kembali. Tanpa sadar aku bergerak cepat dan menerjangnya dengan pelukan. "Terima kasih, terima kasih untuk ini. Aku yakin suatu hari kau akan menemukan gadis yang pantas untukmu. Maaf, aku bukan gadis yang bisa membalas semua ini dengan seharusnya." Aku gemetar dalam pelukannya, sedih karena aku merasa tak bisa memberikan apa yang seharusnya berhak ia dapatkan.

"Jangan menangis, aku tak sejahat itu. Aku membantumu karena kau adalah temanku, aku membantumu karena aku kagum akan keberanianmu, aku membantumu karena..." Noland menarik nafas, meski ragu, namun akhirnya satu tangannya menyentuh punggungku "...kau adalah orang yang dicintai oleh sahabatku."

Aku mengurai pelukan kami, terkejut sekaligus terharu. "Kau--,"

Noland menghembuskan nafas beratnya lalu mengangguk. "Yeah, sebenarnya aku sudah tahu bahwa bukan dia yang membunuh adikku, semua ini hanya salah paham, aku diselimuti kemarahan sehingga aku tak mampu mendengarkan penjelasannya. Tetapi aku terlalu terluka, Julian sudah terlanjur kecewa padaku, lalu banyak perselisihan diatara kami perihal wilayah pemerintahan di Voldent. Saat dia kehilangan Elena, dia berubah menjadi pribadi yang gampang marah, aku tahu dia mengalami banyak tekanan." Noland sedikit mundur selangkah lalu melihat sekitar ruangan. "Di sini, di ruangan ini, tepat saat aku mengatakan padanya bahwa aku akan meninggalkan Voldent karena aku merasa sudah tidak ada lagi yang bisa kupertimbangkan di sini."

"Aku memutuskan untuk melepaskan pengendalian petirku dan akhirnya bergabung pada Dark Pierson, dimana kami adalah musuh sesungguhnya dari seluruh kerajaan yang ada di Bixon."

"Musuh?"

"Yah, kau tahu, keberadaan Dark Pierson membatasi seluruh pergerakan kerajaaan. Kami penyeimbang, kami membatasi seluruh perbatasan, kami membuat beberapa aturan. Kami menghukum. Kami mengatur seluruh kerjadaan di sini agar mereka berkuasa di wilayahnya masing-masing."

Kini aku semakin paham, dan aku baru ingin meresapi lebih dalam ucapannya, namun sebuah gemuruh menyeramkan terdengar dari kejauhan. Bulu kudukku merinding mendengar sebuah raungan keras, mirip seperti raungan monster.

Aku dan Noland berlari ke dekat jendela, melihat pemandangan diluar sana yang tampak makin kacau, awan makin menggelap dan cahaya oranye bercampur kilatan-kilatan petir di sana tampak semakin jelas. Perangnya semakin panas.

"Highest Volcano, iblis penjaganya sudah meraung! Mereka akan menghancurkan seluruh Bixon, kita harus ke sana." Noland mengulurkan tangannya padaku, ajakan untuk berteleportasi.

The Last SaverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang