20 (The War -1)

7.5K 1.1K 122
                                    

VOTE DULULAH BIAR LANCAR PERANGNYA :D Wkwkwkwk 

_

-

-            

Suara detak jantungku saat ini merupakan instrumen mengerikan setelah gemuruh petir yang tak berjeda di luar sana. Ada sebuah ketakutan hebat yang menggumpal di jantungku, mereka berdetak, terasa dan sangat menggaggu. Setiap deberannya menyiksaku.

Nafas ini tak beraturan, keringat dingin di sekitar wajah menjadi pelengkap. Ketakutanku terasa semakin nyata setiap detiknya. Rasa bersalah menekanku sampai ke titik terendah, membuatku benar-benar menjadi sosok yang tak berdaya, tanpa semangat.

Kemampuan berfikirku hilang, kalah oleh ketakutan dan penyesalan. Jangankan memikirkan solusi, bahkan untuk bernafaspun rasanya begitu sulit.

Jika saja aku tidak meninggalkan istana, mungkin saat ini aku masih memeluk bayi-bayiku. Jika saja aku tidak terburu-buru mengambil tindakan, mungkin mereka takkan memanfaatkan keadaan. Jika saja aku tadi menjaga bayi-bayiku, Anna pasti tidak akan terluka. Jika saja aku tidak mengambil keputusan sepihak, Julian pasti tidak akan berperang dengan amarah yang bisa saja menyesatkannya.

Ini semua salahku.

Jelas, salahku.

Apa yang harus kulakukan sekarang?

Apa yang kulakukan sekarang? Berdiam diri di puncak menara sambil menyaksikan pertempuran hanya lewat keadaan dan perubahan warna langit. Bagimana hatiku bisa tenang jika yang kulihat hanyalah kilatan api dan petir yang saling sambar menyambar.

Air mataku bahkan sudah habis, yang ada hanya getaran ketakutan yang luar biasa. Apa yang harus kulakukan sekarang?

"Kenapa kau masih di sini?"

Aku bahkan tak memiliki reaksi terkejut akan kehadiran Noland, aku tahu itu dia, berdiri tepat di belakangku. Aku takkan bertanya mengapa dia tiba-tiba saja ada di sini, bagaimana cara dia tahu aku di sini, karena semua itu sungguh tidak penting lagi.

"Kau tidak berperang?" Pertanyaan Noland terdengar sedikit lebih keras, lebih mirip sebuah protes ketimbang kalimat tanya.

"Jika aku pergi, maka siapa yang akan menjaga istana ini?" Aku benar-benar kehilangan semangat.

"Tidak, Sychelles. Bukan itu alasanmu."

"Memangnya apa lagi yang harus kukatakan!"

"Aku tahu kau takut!"

"Bagaimana bisa aku tidak takut jik—,"

"Lawan, Sychelles!"

Noland menyentuh bahuku, satu tangannya sudah mampu membuatku berbalik. "Apa yang kau takutkan? Aku bersamamu! Bukankah kau juga sudah membuat kesepakatan dengan Poseidon?"

"Kesepakatan itu baru beberapa waktu lalu. Maksudku, semua ini terlalu cepat, aku tidak menyangka bahwa akan secepat ini. Aku bahkan belum siap. Semuanya belum siap!" Ingin rasanya aku meledak detik ini juga, namun aku masih berjuang menahan diri.

"Kesepakatan tetaplah kesepakatan. Kau sudah membuatnya, kami akan membantumu." Noland menyentuh kedua bahuku, tatapannya menyipit, mencari-cari apa yang sebenarnya membuatku takut. "Hei, Sychelles. Lihatlah aku," ucapnya lembut. Aku menganggkat sedikit kepalaku untuk menatapnya. "Kau seorang Ratu, kau pemimpin, bukan?" Aku mengangguk. "Bagus, lalu mengapa seorang pemimpin sekarang takut untuk berperang?"

The Last SaverWhere stories live. Discover now