Bagian 7 (Finding Power)

14.3K 1.2K 133
                                    

            "Seindah apapun masa lalu, itu takkan pernah terulang. Aku takkan pernah hidup kembali untuk merasakan semuanya." - Julian

______________________________________________________________

Hal yang paling membuatku kesal juga merasa aneh saat tidak mendapati Julian bersamaku saat aku pertama kali membuka mata di pagi hari. Aku juga merasa heran saat tidak mendapati para pelayan wanita yang biasanya sudah ada di kamarku dan mempersiapkan keperluan mandiku.

Apa mungkin karena aku sudah menikah jadi semuanya sudah berubah? Sedikit menyebalkan, mengingat aku harus segera bangun dan mandi. Aku akan berendam di air hangat pagi ini.

Saat aku turun dari ranjang, kejadian semalam kembali berputar di otakku membuat pipiku memerah layaknya kepiting rebus, aku bisa melihat pipiku yang berubah warna dari cermin yang ada di meja rias.

Benar-benar memalukan!

Aku sungguh malu jika mengingat semalam aku tidur dalam pelukan hangat Julian. Itu adalah pertama kalinya bagiku tidur bersama pria selain ayahku sendiri. Rasanya benar-benar gila jika membayangkan setiap harinya aku akan begini.

Tak ingin berfikir macam-macam lagi, aku segera menuju kamar mandi dan memutar keran, menuangkan cairan dengan aroma favorit yang begitu segar, bahkan hanya dengan menghirup aromanya aku merasa tenang. Baunya seperti lemon segar yang di campur dengan susu murni. Warna cairannya sudah berubah menjadi warna putih susu, pertanda cairan sudah merata dengan air.

Aku melepaskan pakaianku dan menenggelamkan diriku sampai sebatas dada. Aku duduk sambil menyadarkan kepalaku dipinggiran dinding bak mandi lalu memejamkan mataku, seraya menikmati sensasi hangat dan harum air yang merasuk ke dalam kulitku.

Baru saja lima menit aku memperoleh ketenangan, tiba-tiba aku dikejutkan dengan pintu kamar mandi yang terbuka. Aku langsung membuka mataku dan menoleh, menemukan sosok Julian yang berdiri terpaku menatapku sementara aku salah tingkah dan menutup dadaku dengan kedua tangan.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanyaku dengan wajah yang memanas. Astaga, bisa-bisa Julian masuk, mungkin aku lupa mengunci pintunya.

Julian lalu berkedip seolah tersadar dari khayalannya. "Aku mencarimu," ia masih terlihat gusar. Sama sepertiku yang merasakan wajahku semakin menamanas. Perutku serasa diaduk dan di gelitik sangking gugupnya.

Aku sedikit menundukkan kepala, bersyukur karena air ini berwarna sehingga bagian tubuhku yang lain tidak kelihatan. "Dan sekarang kau sudah menemukanmu," sindirku berharap Julian paham bahwa aku ingin segera ia keluar.

Namun Julian malah menghembuskan nafas, dia seolah terlihat seperti menahan sesuatu sehingga hanya sesekali ia menatapku. "Jika sudah selesai, kau harus turun untuk sarapan. Mulai sekarang tidak ada sarapan, makan siang, ataupun makan malam yang diantar ke kamar, kau harus berbaur. Setelah ini juga aku akan mengenalkanmu dengan seseorang," ucapnya dengan lancar, dan tanpa menunggu jawabanku Julian dengan cepat pergi menghilang, dia begitu cepat, seperti angin. Aku terkadang masih belum percaya bahwa ada manusia yang bergerak secepat itu.

Ohya! Dia seorang Volter.

Aku menghembuskan nafas dan memejamkan mataku lagi, menyandarkan kepalaku kembali dan berharap semoga kejadian memalukan tadi takkan terulang lagi. Tidak. Jangan sampai.

Setelah selesai mandi aku cepat-cepat mengeringkan badan dan memilih baju yang tertata di lemari. Aku mendesah kesal saat mendapati semua baju di sini bermodel long dress dan gaun tebal, kadang aku berharap mereka sedikit lebih modern dengan menyediakanku celana jeans dan beberapa crop tee, itu pasti keren.

The Last SaverWhere stories live. Discover now