Bagian 18 (Worse)

9.4K 1K 106
                                    


Hari-hari berikutnya kupikir akan semakin baik, atau setidaknya takkan ada masalah lagi, namun lagi-lagi aku salah. Seperti pagi ini saat kudengar beberapa orang-orang istana yang mendadak menghilang. Kebanyakan dari mereka prajurit terkuat, pemimpin pertahanan, dan yang paling mengejutkanku adalah tentang menghilangnya Lady Cara.

Bagaimana bisa?

Meski belakangan aku tak banyak berkomunikasi dengannya karena setahuku dia tengah sibuk melatih kembali prajurit untuk mendapatkan kekuatan mereka kembali, tetapi aku yakin, terakhir kali aku melihatnya dia tampak biasa-biasa saja. Dia tidak gelisah, ataupun sedang terluka. Mana mungkin dia bisa tiba-tiba menghilang atau diculik?

"Sampai kapan kau akan terus memakan seluruh Apel itu?" Anna terlihat kesal setengah mati. Anna sudah seperti gadis depresi karena setiap hari harus berhadapan dengan Jarvis yang segala ulah-ulah anehnya. Jika dibandingankan Julian, Jarvis lebih aktif dan ekspresif.

"Aku menganggumu kau marah, aku sibuk dengan urusanku kau juga marah. Sebenarnya apa yang kau inginkan?" Jarvis menggeleng-geleng sambil menertawakan Anna.

"Setidaknya kau bisa mencoba untuk memikirkan masalah yang terjadi belakangan ini. Bukan malah bersantai!" Anna membalas sambil melipat kedua tangannya.

Bukannya marah karena bentakann Anna, Jarvis justru menatap mata Anna tajam sambil berkata, "sekali lagi kau cerewet, akan kubuat kau melahirkan 7 orang anak seperti Sychelles! Kau pikir Julian saja yang bisa?" Dengan santainya Jarvis menyemburkan kalimat itu seolah-seolah kami sedang tidak berada di satu ruangan yang kami.

Ancaman Jarvis langsung membuat pipi Anna memerah, entah karena marah atau menahan malu. Tetapi, pada akhirnya Anna hanya bergumam tak jelas hingga akhirnya dia menutup mulutnya dan menghampiriku.

Apa lagi yang bisa kulakukan selain hanya membuang nafas, menatap mereka di ruang pertemuan yang sangat luas ini? Saat ini kami sedang menunggu Julian kembali dari pertemuannya dengan para pejabat istana lainnya. Julian melarangku untuk mengikuti pertemuan kali ini dengan setuja alasan yang tak mungkin bisa kulawan. Aku terpaksa menurutinya dan berusaha percaya padanya. Anak-anakku membutuhkanku di sini, aku tidak bisa meninggalkan mereka meski hanya satu jam.

Tanganku tidak pernah menganggur, semenjak pagi tadi aku bergantian menggendong bayi-bayiku dan menyusui mereka hingga tertidur. Namun, Frezee, entah mengapa dia sulit sekali untuk tidur. Tampak gelisah. Dia tidak sakit, hanya saja ada yang mengganggunya. Anak pertamaku yang sangat tampan ini sesekali menangis saat matanya hendak terpejam seolah dia takut memejamkan matanya, seolah ia takut akan mimpi buruk.

Satu-satunya cara untuk membuatnya merasa nyaman adalah dengan membiarkannya tetap berada dalam gendonganku. Aku berusaha melenyapkan rasa pegalku dengan terus menggendongnya, bahkan aku sampai memilih untuk membawa Freeze ke ruang pertemuan di lantai bawah sementara saudara-saudaranya yang lain sudah tertidur lelap di kamar atas. Frezee sedikit lebih tenang dalam dekapanku.

"Dia benar-benar Julian saat masih kecil," Anna berkomentar saat dia duduk di sofa panjang, tepat di sampingku.

Kami berdua menatapi wajah tampan Frezee yang tengah bergerak-gerak lembut memperoleh kehangatan dalam dadaku. Sesekali Freeze menguap namun matanya hanya menyipit, tidak terpejam. Aku sedih melihatnya tak kunjung tidur, tetapi setidaknya dia sudah tidak menangis lagi. "Ya, kau benar. Dia memang Julian. Aku sudah melihat sebuah lukisan bayi Julian."

"Ya, dan lukisan itu dibuat sekitar beberapa ratus tahun lalu." Jarvis langsung menyahut begitu saja, dia berusaha mengingatkan bahwa usia Julian dan aku sangat telak.

The Last SaverWhere stories live. Discover now