Kausalitas

8.3K 1.6K 108
                                    

Maminya Si Zian garang abis. Nenek sihir😨😈😧.

Jempol Brianda gemetaran ketika hendak menekan ikon send. Bolehkah ia mengumbar ini? Bolehkah ia mempermalukan Zian gara-gara ibunya seperti nenek sihir? Manusiawikah ia jika itu dilakukan?

Memang Si Perfeksionis itu menyebalkan, tapi Brianda tak tega kalau harus menjatuhkannya dengan berita tersebut.

Aldavan : hasil pelacakannya apa, Bri? Tell us!

AndroRR : woy, Briiii! Apa alasannya? Ada apa sama si kupret itu?

Brianda menelan ludah lalu menghapus ketikannya.

AndroRR : sianjay, Brianda nyahut kek. Read by 3 nih.

AndroRR : p

AndroRR : p

AndroRR : p

AndroRR : p

AilaElektrika : jangan nyampah!

AndroRR : eh mamih ail muncul. Mau tanggung jawab ama kaki gue, ya? Hehe

Brianda : iya tuh ail. Kakinya si andro pengkor gara2 lo tendang. Tanggung jawab lo

AndroRR : Lah, jangan ngalihin pembicaraan, Bri. Itu si zian kenape?

Si Zian ternyata.... Brianda memainkan jempol di benda pipihnya. Sixpack banget!

Setelah mengetik kalimat tersebut, Brianda langsungmemasukkan ponsel ke tas. Saat ini teman-temannya belum boleh tahu aib Zian. Palingtidak sampai kebenaranya terbukti.  

*
*
*

Beberapa saat yang lalu. Ketika Brianda melakukan pelacakan.

Cewek tomboi ini menendang ban sepeda dengan kesal. Di saat genting begini, kenapa roda dua ini malah kempes? Aih, padahal penguntitannya hampir sukses!

Gadis berambut pendek itu menoleh ke beberapa arah. Ah, sial! Di mana bengkel terdekat? erangnya sambil menggiring sepeda.

Karena kakinya capek, ditambah tempat tambal ban belum ketemu, maka Brianda membuat rencana lain. Ia istirahat sebentar. Isi perut dulu. Barulah meneruskan pelacakan. Lantas dihampirilah penjual es campur yang berada sepuluh meter dari posisinya.

"Es campur satu, Bang," kata Brianda yang diangguki sang penjual.

Dirasanya pembeli yang antre masih banyak, Brianda memutuskan untuk duduk di kursi yang tersedia. Sambil menunggu, ia menganalisa letak dirinya berada. Namun, ketika dirinya asyik membaca plang di komplek ini, matanya jatuh pada sosok yang memperhatikan sejak tadi. Bukan Brianda gede rasa, tapi instingnya memang kuat. Pria berdada bidang itu terus saja melihat ke arahnya.

Ketika mata mereka sempat bertemu, Brianda merasa tak asing. Dan sebelum ia menatap sekali lagi, kotak ingatannya langsung terbuka. Waduh! Itu kan guru olahraganya di SMP! Ah, pura-pura tak melihat saja kali, ya. Biar aman.

"Brianda, ya?"

"Eh, Pak Ferial." Brianda nyengir lalu mencium punggung tangan pria di hadapannya. "Bapak kok di sini?" tanyanya basa-basi. "Tinggal di sini, Pak?"

"Bapak ngajar les karate di komplek ini."

Brianda mengangguk. Selain menyandang status sebagai guru olahraga, Pak Ferial pun memang pembina eskul karate. Guru yang satu ini adalah incaran para siswi. Selain jago olahraga, mukanya juga ganteng. Dan yang paling utama, dia masih lajang.

Underground RascalWhere stories live. Discover now