BAB 1

1.1K 25 3
                                    

Wanita itu hanya menatap sinis keributan yang diciptakan sepasang muda-mudi yang bahkan masih menggunakan seragam putih abu-abu mereka. Laki-laki tersebut sudah basah kuyup setelah mendapatkan amukan dari sang pacar, sedangkan si-sephia hanya meringkuk dan menunduk malu mendapatkan tatapan puluhan pasang mata pengunjung cafe yang cukup ramai siang itu. Tidak heran, sekarang masih menunjukkan waktu bagi para pegawai kantor di sekitar cafe tersebut untuk mengistirahatkan otak dan otot mereka setelah seharian bekerja.
Wanita berambut hitam sebahu itu juga termasuk salah satu penonton drama singkat dari remaja SMA tersebut. Aurelia Naura Zafarani, wanita 20 tahun berkulit putih dengan mata cokelatnya yang berkilauan menerawang, tidak habis pikir dengan kelakuan remaja jaman sekarang yang dengan mudahnya mengatakan kata-kata cinta, mengumbar janji sehidup semati, dan dengan mudahnya mendepak kekasih mereka setelah mendapatkan cinta yang baru untuk berlabuh. Naura tidak pernah percaya tentang apa itu cinta sejati, cinta sejati itu hanya omong kosong yang hanya merupakan dongeng pengantar tidur bagi anak-anak yang masih memiliki mimpi bertemu dengan prince charmingnya suatu hari nanti. Baginya, cinta hanya luapan nafsu dari para lelaki hidung belang, kesempatan emas bagi para penggilas harta, dan style para remaja yang berlomba-lomba menunjukkan eksistensinya.
“Hey”, tepukan pelan di bahu Naura menyadarkannya ke dunia nyata. Para pengunjung cafe sudah tidak sebanyak tadi, bahkan remaja-remaja SMA korban sinetron tadi sudah menghilang entah kemana. Naura baru sadar sudah cukup lama dia melamun.
“Hey, elo ketinggalan sinetron terbaru,” Sahut Naura yang tidak bisa menahan kekehannya mengingat kejadian tadi. Gadis berambut hitam panjang bernama Alysa Kirana Mahestri didepannya hanya mengerutkan dahinya bingung.
“Sinetron apaan?”
“Ah, biasaa! Korban dari keganasan cinta.” Ucap Naura sambil melebarkan kedua tangaannya untuk lebih mendramatisir ucapannya di depan Alysa yang masih berkerut bingung.
“Elo kesambet apaan?” Alysa memajukan badan dan menjulurkan tangannya ke dahi Naura yang langsung ditepis Naura dengan mengerucutkan bibirnya, menggerutu. “Ah, udah lupain aja! Lagian elo kemana aja sih? Gue tungguin daritadi sampek kering gigi gue.”
“Lebay lo, baru juga nunggu 15 menit doang. Gue ditahan bentar tadi sama si kribo buat nyelesain laporan praktikum. Gila . . . gak tahu apa dia udah merampas waktu gue untuk menikmati makanan-makanan menggiurkan ini.” Alysa menangkupkan kedua tangannya didepan dada dengan mata hitamnya yang berbinar-binar melihat makanan yang sudah dipesan Naura. Naura hanya memutar bola matanya malas, sudah terbiasa dengan kelakuan sahabatnya yang ajaib.
“Elho mashih kerhja di cafe Rehan?” Ucap Alysa terpatah-patah dengan mulut penuh makanan. Naura melotot ngeri dengan keganasan Alysa dalam urusan makan. Dia tidak tahu dimana Alysa meletakkan makanannya dengan porsi yang super itu dilihat dari bentuk tubuhnya yang slim.
“Kunyah dulu aja kali Al, elo kayak gak pernah makan setaun aja deh. Bikin malu, dasar!” Alisya hanya tersenyum lebar memperlihatkan kulit cabai merah yang terselip di antara giginya yang putih bersih itu. Naura hanya bisa geleng-geleng kepala menyesap kopinya yang sudah tidak panas, tidak lagi berselera menyantap makanannya melihat bagaimana Alysa dengan buas menyantap makanannya.
“Gue masih kerja di cafe Bang Raihan, gue masih betah kerja disana. Pegawai-pegawai disana ramah, dan suasananya bikin mood gue bagus.”
“Alah. .pegawai-pegawai disana ramah” sahut Alysa dengan nada mengejek, “Bilang aja lo masih betah ngeliatin boss lo si Raihan itu. Elo sendiri yang bilang kalo lo ga percaya sama yang namanya cinta, terus lo ngapain nongkrongin cafe si Raihan itu?”
Naura mengehela nafas pelan, sedikit membenarkan ucapan sahabatnya. Dia tidak bisa melupakan perasaan nyaman ketika berada didekat Raihan. ‘Itu tidak bisa disebut cinta bukan? Ya gue hanya ngerasa nyaman sama Bang Raihan, gak lebih. Gue gak boleh jatuh cinta, cinta itu cuma bullshit!’ Batin Naura.
“Bukannya lo harusnya seneng ya, kalo gue bisa cinta sama salah satu spesies Kaum Adam? Itu tandanya gue normal dong? Elo jadi gak perlu kuatir gue jadiin gebetan.” Alysa bergidik ngeri mendengar ucapan Naura, tidak bisa membayangkan apabila sahabatnya menjadi penyuka sesama jenis.  Seakan baru tersadar, Alysa melotot kaget mengingat ucapan Naura.
“Elo beneran cinta sama Raihan?” Hatinya kebat-kebit menunggu jawaban Naura. Naura si cewek yang anti mengatakan kata cinta, yang selalu membantah apabila Alysa menyinggung cowok-cowok yang gencar mendekatinya. . .sekarang tidak membantah sedikitpun ucapan Alysa mengenai perasaan cintanya terhadap Raihan.
“Kenapa lo jadi kepo begini, sih? Udah ah lupain aja. Waktu makan siang kita udah mau habis, gak ada waktu untuk ngomong masalah cinta-cintaan.” Kening Alysa berkerut tidak suka. Matanya memicing mencoba membaca apa yang ada di benak Naura, bertanya-tanya apa yang dirasakan Naura kepada Raihan. Alysa tidak bisa membiarkan Naura mencintai Raihan. Alysa tidak bisa bersikap dia baik-baik saja dengan kenyataan Naura mencintai Raihan. Tidak mengeherankan, Raihan lelaki tampan dengan matanya yang selalu berbinar jenaka tidak akan sulit membuat wanita disekitarnya untuk jatuh cinta. Ya, wanita itu juga termasuk Alysa.
“Kenapa elo jadi bengong gitu. Ayo balik!”
Alysa tersentak dan tergagap, “Eh, iya ayo balik.”

~~~

Naura termenung mengingat percakapannya dengan Alysa di cafe , bahkan dia tidak bisa berkonsentrasi di sisa waktu di kampus tadi. Dasar Alysa sialan! Batin Naura. Dia tidak terima ucapan Alysa mendominasi pikirannya menjadi semakin semrawut. Sentakan keras pintu kaca mendarat tepat di dahi Naura, menyadarkannya dari lamunan sepanjang perjalanan dari kampus ke cafe lotus tempatnya bekerja sepulang kampus.
“Bang Rai hati-hati dong, benjol nih,” Sungut Naura sambil mengelus dahinya yang tertutup poni. Laki-laki bertubuh tinggi itu hanya terkekeh dan mengacak rambut Naura gemas.
“Maaf ya, kamu sih kecil jadi gak kasat mata!”
“Udah berapa kali sih Naura bilang, Naura itu gak kecil. Abang aja yang gigantisme.” Naura merengut dan menghentakkan kakinya kesal. Naura merasa dia memiliki tinggi rata-rata wanita Indonesia, tetapi ketika berdampingan dengan Raihan tingginya hanya mencapai bahu Raihan dan membuatnya terlihat seperti kurcaci. Raihan semakin tertawa mendengar protes Naura. Baginya, mengganggu Naura adalah kegiatan yang paling mengasyikkan untuk menghilangkan stress.
“Udah berapa kali sih Abang bilang, Abang gak peduli,” Sahutnya dengan nada mengejek. Naura menatap Raihan kesal. Percuma meladeni Abangnya, semakin diladeni Naura yang akan stroke mendadak karena darah tinggi. Naura berlalu dari hadapan Raihan menubrukkan bahunya ke bahu kokoh Raihan, berharap dapat membuat Raihan limbung dan menunjukkan bahwa Naura tidak sekecil perkiraannya. Alih-alih membuat Raihan limbung, Naura yang memiliki badan jauh lebih kecil terdorong ke samping dan menabrak tembok coklat penyangga pintu cafe. Hal ini membuat Raihan tertawa semakin keras, mengabaikan tatapan aneh pengunjung cafe dan wajah Naura yang memerah menahan amarah.
“Iiiihh. .ngeselin banget sih!” Sungut naura sambil berlalu, tidak lagi mengujicobakan kekuatan tubuhnya yang memang tidak sebanding dengan tubuh kekar Raihan. Tawa Raihan berubah menjadi senyuman penuh arti yang menampakkan lekukan kecil di kedua pipinya. Tatapannya menerawang, Raihan masih belum mengalihkan pandangannya dari pintu masuk khusus pegawai yang masih memantul pelan ke depan dan belakang setelah dihentak dengan kasar oleh Naura.
‘Semoga kamu selalu bahagia, kecil! Abang akan pastiin, selama Abang hidup kamu akan selalu bahagia.’

#Jangan lupa vote dan comment-nya ya guysss 😚😍

~~151216~~

NAURATahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon