13 June 2015

141 17 3
                                    

Saturday, 13 June 2015

Lebam biru memenuhi wajah Yoongi. Namun, cowok berkulit pucat itu hanya bisa diam di atas kursi. Tubuhnya menghadap pria berwajah nyaris sempurna tampannya.

Tangan Taehyung dihujani oleh keringat. Suara kletak dua kali dari leher Taehyung menambah kesan ngeri padanya, tetapi tidak berefek pada Yoongi sekali pun.

Dalam stadion lapangan basket yang tertutup, mereka saling menatap satu sama lain di tengah. Kepala Yoongi perlahan menunduk, tangannya menyatu di antara kedua paha. Tiba-tiba Taehyung mengerang.

"Taehyung! Youngrin(Samara) bilang jika dia tidak apa! Berhentilah!"

Peringatan dari pacarnya. Taehyung hendak melayangkan bogeman keras ke wajah Yoongi. Jadi, berterima kasihlah pada kekasih Taehyung, Yoongi. Lengan Taehyung langsung jatuh ke sisi tubuhnya, dia memutar kedua bola mata lalu menghela napas.

Walaupun, Taehyung lebih muda, tidak ada sikap sopannya terhadap Yoongi. Dia menghujat Yoongi terang-terangan. Dia membenci seorang pria yang menyakiti seorang wanita.

"Bagaimana bisa sahabatku tidak apa-apa karena ditampar oleh kakaknya yang tidak berguna?!"

Taehyung murka pada Yoongi. Dia mengarahkan tangannya untuk meraih kerah kemeja Yoongi lalu mengangkatnya sedikit, leher Yoongi tercekik. Siluet iblis di mata Taehyung sama sekali tidak membuat Yoongi takut, ia hanya pasrah dan tahu apa kesalahannya. Namun, enggan minta maaf.

"Tae-Taehyung! Aku enggak papa!"

Di ujung lapangan, gadis berwajah imut dan paling muda di antara yang lain berhasil bangkit. Gaeun(Ciarra) yang menjaganya sedari tadi hanya bisa menatap Youngrin dari belakang, dia mendukung apa pun.

Lepas. Yoongi jatuh kembali ke kursi lalu menarik napas sebanyak mungkin. Tubuhnya yang lemas butuh oksigen. Tangan Taehyung bergetar setelah Youngrin berteriak.

Isakan mulai terdengar, perhatian mereka teralih. Youngrin menghapus air mata yang jatuh ke pipi, kemudian ia tersenyum manis dengan mata bengkak dan pipi memar. Tangannya erat-erat mengenggam bagian bawah kemeja biru polos yang ia kenakan.

"A-aku yang salah, aku banyak bertanya sehingga Yo-Yoongi oppa jengkel." kepala Youngrin terangkat, matanya menuju cowok di belakang Taehyung. Mereka saling berkontak. Keduanya memiliki luka di pipi. Walaupun, Yoongi lebih parah.

Taehyung memunggungi Yoongi, tetapi dia tahu kalau Youngrin dan Yoongi saling bertatapan. Ia belum sanggup melihat Youngrin yang pipinya merah karena ditampar sehingga Taehyung menghalangi kontak mata kedua kakak-beradik itu.

"Seharusnya kakakmu melayanimu dengan sabar."

"Hoy, bung!"

Tiba-tiba suara asing yang baru didengar oleh mereka menggema di stadion. Keempat manusia yang sudah mendiami stadion basket selama dua jam menoleh pada pintu bernomor tiga. Cowok dengan dandanan superberantakan berdiri di sana dengan seringaian.

"Aku butuh tempat ini, pergilah. Aku sedang bicara baik-baik."

Yoongi menyipitkan mata. Dia tahu soal cowok itu karena Yoongi sudah lama bermain basket di stadion tersebut. Bisa dikatakan jika cowok di sana adalah ketua preman di wilayah tersebut. Cowok yang ingin ia hajar.

Gaeun bangkit lalu menarik Youngrin untuk menepi. Rasa kewaspadaannya dalam diri seperti berlonceng. Dia tidak mau seorang perempuan atau pun dirinya terlibat pada pertikaian.

"Eoh? Enggak keluar juga? Apa perlu aku mengusir kalian dengan cara kasar?" tanya cowok itu menyaku tangannya lalu memandangi empat manusia tersebut dengan sombong. Tidak ada yang tahu jika di dalam kantung celana tersebut ada sebuah pisau lipat.

Fantastic ThangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang