"hmm yaudah kalau gitu aku besok pulang ke surabaya aja kalau gitu."

"Jangan!" pekik Puri.

"katanya enggak. Kok aku gak boleh pulang?"

"biarin. Gak boleh pokok. Besok kamu harus nemenin aku ketemu dokter Hasbi buat cek up."

"Iya-iya istriku sayang."

"Istri dokter Hasbi cantik ya dit. Dokter hasbi juga ganteng. Pasti anak mereka nanti kalau cewek cantik banget kalau cowok pasti ganteng banget."

"Nurul emang cantik, tapi menurutku masih cantik istriku. Dan peringatan buat kamu ya yang ini terakhir kali kamu muji cowok lain." kata Radit memeluk Puri posesif.

"ini juga terakhir kamu muji cewek lain Dit."

"Gampang. Aku gak bakal muji cewek lain, istriku yang terbaik."

"heleh gombal." kata Puri dengan pipinya mulai bersemu merah.

"loh jujur lho ini."

"Terserah deh. Mbak Nurul hamilnya udah berapa bulan Dit?"

"Hmm... Gak tau juga aku yang. Lupa aku dulu Hasbi ngomongnya kapan."

"kamu mah emang pelupa. Hmm kira-kira cewek atau cowok ya?"

"Cewek atau cowok itu sama aja yang. Yang penting itu bayi mereka sehat."

"iya sih Dit. Semoga Allah memberi kelancaran untuk kehamilan mbak Nurul. Dan calon anak mereka kelak akan menjadi anak yang sholih sholihah."

"aamiin."

"Semoga Allah juga memberiku kesempatan untuk menjadi ibu." kata Puri.

Radit hanya diam meski dalam hatinya ia pun mengamini doa istrinya. Radit memeluk istrinya erat.

"kamu kenapa diam Dit? Kamu dengerin aku ngomong kan?"

"ah... Iya aku denger kok. Aku ngantuk aja tadi. Udah jam 12 Ri kita tidur ya. Aku udah ngantuk berat ini." kata Radit pura-pura menguap.

"yaudah ayo. Selamat tidur suamiku. Semoga mimpi indah." kata Puri sembari mencium pipi suaminya. Kegiatan wajib mereka menjelang tidur.

"selamat tidur istriku. Semoga mimpi indah." kata Radit mencium kening, hidung, pipi, dan bibir istrinya.

Radit memandang istrinya yang mulai terlelap. Tangannya membelai anak rambut Puri. Airmata Radit mulai membasahi pipinya. Bayangan kenangan beberapa bulan yang lalu kembali terngiang diingatannya.

Flash back

"Sekarang rencana loe apa? Loe udah berhasil buat putri tidur loe bangun. Meneruskan pernikahan ini atau...." tanya Hasbi pada sahabatnya Radit. Radit menaikkan satu alisnya.

"Maksud loe? Ya gue akan meneruskan pernikahan ini lah. Gue mencintainya. Dia memang belum bisa mencintai gue tapi gue yakin suatu saat nanti dia akan membalas cinta yang gue berikan."

"loe yakin? Meskipun dia akan lumpuh seumur hidupnya, meskipun dia gak akan pernah bisa memberimu keturunan?"

"maksud loe?"

"ya gue emang gak bisa memastikannya. Tapi dari hasil yang telah didapat, saraf di daerah muskuloskeletal bawah akan sulit berfungsi dengan baik. Kalaupun bisa kembali itu akan memakan waktu yang sangat lama. Dan setelah koma 2 tahun lamanya, sistem reproduksinya mengalami kekacauan Dit. Dan secara medis dia tidak akan mempunyai anak. Semua kembali pada takdir Allah. Allah yang membangunkan Puri. Dan gue yakin keajaiban-ajaiban lain akan datang pada kalian."

"Thanks loe udah kasih tau gue hal ini. Tapi gue gak akan mundur. Gue bukan pengecut. Gue bakal temenin istri gue sampai kapanpun. Jangan loe kasih tau masalah ini sama siapapun. Cukup hanya gue yang tau."

"tapi orang tua Puri perlu tau keadaan anaknya."

"please gue mohon jangan. Mereka sangat senang anaknya telah kembali. Jangan buat mereka bersedih."

"Baiklah kalau itu emang mau loe. Gue salut sama loe Dit. Puri beruntung punya loe."

"loe salah. Gue yang beruntung punya dia."

"terserah eloe lah. Yang penting gue beruntung punya Nurul. Gue bakal bantu sebisa gue. Gue bakal cari informasi ke temen-temen gue siapa tau diantara mereka ada yng bisa bantu menyembuhkan Puri."

"thanks ya."

"sama-sama Dit. Gue sahabat loe sudah sepantasnya gue nolong loe sebisa gue."

"yaudah gue pergi ya. Thanks Bi." kata Radit sembari menyalami sahabatnya.

"bagaimanapun kamu, apapun keadaanmu. Aku akan selalu ada buat kamu Puri. Kita hanya milik Allah. Allah berhak mengambil apapun yang Dia inginkan. Dan semoga kamu pun ikhlas dengan keadaanmu saat ini. Semoga keajaiban-Nya datang lagi untuk kita." batin Radit saat keluar dari ruang dr. Hasbi

HujanWhere stories live. Discover now