bagian 16

2.9K 136 0
                                    

Tak ada yang tau kemana takdir akan membawa kita. Seperti yang saat ini dirasakan Puri. Siapa yang menyangka bahwa dia telah resmi secara agama dan hukum menjadi Ny. Radit. Seseorang yang tak pernah ia anggap keberadaannya, seseorang itu pula lah yang menyelamatkan hidupnya.

Hari ini Radit dan Puri menyelenggarakan walimatul urus dan syukuran atas kesembuhan Puri. Awalnya Puri menolak karena dia belum sepenuhnya sembuh. Tapi Radit tetaplah Radit yang tak pernah bisa di bantah.

"Kamu capek?" tanya Radit pada istrinya saat acara telah selesai. Puri masih duduk di kursi roda sedangkan Radit berjongkok dihadapannya.

"Enggak kok. Udah pulang semua tamunya?" tanya Puri pada Radit.
"udah. Kamu sekarang istirahat ya. Udah malem juga kan." kata Radit sambil membopong Puri ke tempat tidur mereka.

"Makasih. Makasih untuk semuanya." kata Puri pada Radit.

"Gak ada kata terimakasih dalam persahabatan. Kamu kan yang sering bilang gitu sama aku dulu."

"tapi aku harus berterima kasih Dit. Kamu sudah banyak membantuku. Bahkan kamu mau menerimaku yang lumpuh ini." kata Puri yang langsung dipeluk Radit

"Eh? Kata siapa kamu lumpuh? Kata Hasbi kamu hanya perlu terus berlatih berjalan. Dan kalaupun kamu lumpuh aku gak mempermasalahkannya Ri. Kamu istriku. Aku mencintaimu apa adanya. Bagaimanapun keadaan kamu."

"Aku akan belajar mencintaimu Dit. Ajari aku. Bantu aku."

"pasti. Dengan senang hati Puri. Sekarang kamu tidur ya. Udah malem."

"kamu mau kemana?"

"Hmm mau ngobrol diluar sama bapak sama om-om kamu. Aku kan belum kenal sama mereka. Kenapa? Kamu perlu bantuan aku kah?" tanya Radit lalu diangguki Puri. Puri semakin mengencangkan pelukannya.

"kamu tuh nikahin aku apa mereka sih? Sejak pulang dari rumah sakit kamu tuh sama mereka terus. Sekarang juga. Kenapa bukan mereka yg kamu nikahin aja sih." gumam Puri disambut kekehan Radit.

"Jadi kamu cemburu sama om-om kamu? Mereka cowok lho."

"yaudah deh kalau emang kamu mau keluar. Keluar gih." kata Puri kesal. Dia langsung melepas pelukannya. Dan berbaring memunggungi suaminya.

"yaudah aku gak jadi keluar. Disini aja ngobrol sama istri. Gak baik lho tidur munggungi suami." kata Radit lembut sembari berbaring disamping Puri. Puri pun langsung membalikkan tubuhnya.

"senyum sama suami pahalanya gedhe lho." radit mulai menggoda istrinya. Dengan ogah-ogahan Puri tersenyum pada suaminya.

"Yang ikhlas lah senyumnya." goda Radit lagi.

"Nyebelin." kata Puri sambil memeluk suaminya.

"katanya nyebelin kok dipeluk." kata Radit sambil membalas pelukan istrinya.

"kamu kapan balik ke surabaya?" tanya Puri mengalihkan pembicaraan

"Hmm aku mau disini aja."

"Usaha kamu yang disana gimana?"

"udah ada yang ngurusin warungnya. Selama kamu belum beneran sehat kita gak akan kemana-mana."

"ayah bunda?"

"mereka udah setuju Ri. Aku udah bahas ini sama mereka kok."

"Hmm..."

"kenapa?"

"cuma tanya aja."

"hmm tumben kamu tanyain hal itu? Takut aku tinggal ke surabaya?"

"enggak. Ngapain."

HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang