Bagian 7

3.3K 142 0
                                    

Puri tau, omongan Radit memang benar, Intanpun beberapa kali mengatakan hal yang sama. Begitu juga dua sahabatnya Hilma dan Fika. Tapi rasanya sakit mengingat bahwa David telah pergi jauh tak terjangkau.
"Aku tau Ri, David berharga buat kamu. Kamu mencintainya sangat dalam. Tapi tolong berhenti menangisinya. Berhenti menyiksa tubuhmu. Davidpun tak akan pernah rela kamu meratapinya sejauh ini." Kata Radit lagi. Puri hanya menatap Radit tajam
"Loe kenapa baik sama gue? Loe rela buang-buang waktu loe buat gue."
"Kenapa??? Gue sendiri juga bingung kenapa gue mau buang-buang waktu gue cuma buat cewek kacau kayak loe gini. Udah kacau mellow lagi." Kata Radit disambut tatapan tajam Puri. Radit tertawa terbahak-bahak melihat tatapan Puri
"Raditya Alfiansyah Habib! Gue gak sekacau dan semellow itu." Kata Puri geram.
"Puri Rahmatika Zahara! Sepertinya loe perlu ngaca dan lihat seberapa mengerikan loe sekarang. Udah deh berhenti galauin orang yang udah meninggal. David gak butuh airmata loe tau nggak. Dia itu cuma butuh doa loe doang."
"Omongan loe tuh meskipun bener tapi nylekit tau gak. Pantas aja jomblo terus."
"Oh sorry gini-gini gue jomblo terhormat."
"Lagakmu Dit jomblo terhormat." Kata Puri mengejek
"Nah gitu dong. Loe lebih manis kalau galak gitu."
"Loe mau mencoba merayu gue?"
"Mungkin. Eh tapi enggak deh. Gak ada untungnya ngerayu cewek kacau dan mellow kayak loe."
"RADIT!!!"
"Hahhaha... bercanda Ri. Tapi loe emang tambah manis kalau senyum apalagi kalau keluar wajah galakmu itu. Ah gue mulai laper. Pulang yuk." Kata Radit bangkit.
Puri menatap mata Radit dalam. Sambil tersenyum Puri ikut bangkit membersihkan sisa pasir pada bajunya.
Mereka berjalan beriringan menuju parkiran. Dan menaiki motor Radit dan berlalu pergi menuju rumah makan seperti yang dikatakan Radit. Sepanjang perjalanan menuju tempat makan Radit berceloteh, mencandai Puri tanpa henti. Berkali-kali Puri mencubit pinggang Radit karena geram.
"Akhirnya kamu bisa tertawa juga Ri. Semoga aku selalu bisa membuatmu tertawa. Tak ada lagi airmata. Karena aku tak akan pernah membiarkanmu menangis." Batin Radit saat mereka makan.
Selesai makan Radit langsung mengantarkan Puri pulang karena waktu telah menunjukkan pukul 9 malam.
"Jangan sedih-sedih lagi. Jangan ngelamun lagi. Jangan galau lagi. Kalau gue liat loe sedih, nangis atau ngelamun lagi loe mesti nraktir gue. Harus!"
"Lah kok nraktir? Enak diloe gak enak digue lah."
"Ya biar loe gak ngelamun lagi."
"Iya iya tuan Raditya Alfiansyah Habib. Insyaallah gak bakal galau dan mellow lagi deh."
"Gue pegang janji loe ya. Minggu jadi kemakam David?"
"Iya jadi kalau loe gak ada acara. Kalau loe ada acara gue gpp kok kesana sendiri."
"Gue free kok. Yaudah minggu gue jemput pagi ya."
"Thanks ya."
"Untuk?"
"Semuanya. Gue janji setelah ini gak bakal ngerepotin loe lagi."
"Justru gue bakal marah kalau loe gak mau gue bantu. Udahlah gak usah sok-sok an gak enak sama gue. Kayak sama siapa aja. Gue ikhlas kok bantuin loe."
"Hmm ok kalau gitu. Siap-siap aja gue repotin."
"Ok gue siap kok. Yaudah loe masuk gih. Udah malem."
"Iya. Loe hati-hati ya."
"Assalamualaikum." Kata Radit menyalakan motornya dan berlalu
"Waalaikumsalam." Kata Puri sambil beranjak masuk kedalam kostnya.
"Assalamualaikum." Kata Puri saat memasuki rumah kostnya
"Waalaikumsalam." Kata Intan, Fika dan Hilma kompak.
"Kalian ngapain disini?"
"Nungguin putri galau pulang." Kata Hilma sinis. Puri hanya tersenyum mendengar penuturan sinis Hilma. Sudah biasa.
"Putri galau? Siapa?" Kata Puri sok polos.
"ELOE!!!" Kata Ketiga sahabatnya bersamaan.
"Santai santai. Inget udah malem. Gak usah teriak-teriak juga kalian."
"Habis diajak kemana loe sama Radit? Kayaknya seneng gitu?"
"Palayang liat bintang terus makan." Kata Puri sambil berlalu meninggalkan mereka.
"Hebat juga si Radit bisa buat putri galau senyum lagi gitu." Kata Fika saat puri sudah masuk ke kamarnya.
"Ah jadi kepo gue." Kata Intan sambil berlari menuju kamarnya yang juga menjadi kamar Puri
"Pur... loe gak lagi kesambet kan gara-gara dibawa Radit ke paralayang?" Tanya Intan disambut gelak tawa Puri.
"Kesambet? Enggaklah. Gue disana malah dapet sedikit pencerahan."
"Pencerahan?" Tanya Hilma dan Fika bersamaan. Diangguki oleh Puri.
Puri pun menceritakan apa yang membuatnya kini tersenyum. Tak ada lagi wajah galau ataupun kacau seperti yang disebutkan Radit tadi. Puri juga meminta maaf kepada sahabat-sahabatnya ini karena selama ini telah menyusahkannya.
"Jadi ceritanya udah move on nih?" Tanya Intan setelah puri selesai bercerita
"Move on sih belum tapi aku akan mencoba untuk ikhlas."
"Kita seneng denger loe mau kembali keduniamu yang sebenarnya. Gak ngelamun lagi. Gue juga setuju tuh sama Radit. Kalau kita liat loe ngelamun, nangis atau murung lagi. Loe harus traktir kita." Kata Hilma diangguki oleh Intan dan fika tanda setuju.
"Terserah loe semua deh. Udah loe berdua keluar. Gue mau sholat."
"Putri galau berubah jadi putri galak sekarang. Yuk Fik kita ke kamar." Kata Hilma sambil menarik Fika keluar kamar.
Intan pun memilih untuk membaca novelnya yang sempat tertunda karena kedatangan Puri.

HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang