Bagian 8

2.9K 138 0
                                    

Sesuai janji yang telah Radit ucapkan, hari ini dia mengantar Puri kembali ke makam David untuk berziarah. Pukul tujuh pagi Radit telah sampai didepan kos Puri. Berkali-kali ia menarik nafas dalam. Jantungnya masih saja terus berdetak lebih cepat setiap dia bertemu dengan Puri padahal Radit telah sangat lama mengenal wanita yang mampu menarik hatinya. Bahkan sampai saat ini Radit tak mampu mengatakan yang sejujurnya kepada Puri perihal hatinya. Entah tau sampai kapan dia harus memendam rasanya, melihat gadis yang dicintainya mulai bisa tersenyum sudah cukup untuknya. Dan Raditpun merasa dia sama sekali tak mampu menggeser David dihati Puri. Nama itu seakan terpatri kuat tak jarang membuat Radit iri dan cemburu.
"Dit? Nglamunin apaan sih?" Tanya Puri membuat Radit salah tingkah.
"Hah??? Enggak kok. Udah siap?"
"Siap dong. Yaudah yuk berangkat." Kata Puri sambil memakai helmnya.
Raditpun menyalakan motornya dan mulai menjalankannya setelah Puri naik. Disepanjang jalan mereka mengobrolkan banyak hal. Radit seakan memiliki segudang ide agar perjalanannya tidak membosankan. Tak jarang Puri menghadiahi cubitan pada pinggang Radit saat Radit mulai memunculkan kata-kata menyebalkannya.
Tak terasa mereka telah sampai dimakam David. Puri dan Radit berjalan menuju makam David. Dari kejauhan tampak sepasang suami istri yang juga tengah berziarah dimakam David.
"Assalamualaikum Mi, Bi." Kata Radit sambil menyalami sepasang suami istri.
"Waalaikumsalam. Dit? Kamu apa kabar Dit?" Tanya wanita setengah baya itu
"Alhamdulillah Mi baik. Umi sama Abi gimana? Sehat kan?"
"Ya seperti yang kamu lihat lah le. Semenjak kepergian David, Umi jadi tambah kurus. Susah kalau disuruh makan. Kalau Abi alhamdulillah sehat. Oh iya ini siapa? Pacar kamu?"
"Ah sampek lupa. Ini Puri Mi, Bi. Bukan pacarku kok. Dia temen deketnya David Mi, Bi."
"Puri? Jadi kamu gadis yang bernama Puri?" Kata Umi sambil memeluk Puri erat.
"Sebelum David menghembuskan nafas terakhirnya, dia sempat menyebutkan namamu nduk." Kata Abi menjelaskan. Umi David sampai sesegukan sedang Puri hanya mampu menangis dalam diamnya.
"Abi sangat yakin kamu gadis yang sangat spesial buat David meskipun David tak pernah cerita tentang kamu. Tapi abi ucapkan terimakasih nduk karena kamu mau menjadi bagian dari hidup David. Dan abi mewakili David minta maaf kalau David pernah berbuat salah sama kamu." Kata Abi lagi.
"Sudah ya nduk. Kita jangan nangis lagi. Kasian David disana kalau kita terus meratapi kepergian dia. Umi sudah ikhlas dengan kepergian David. Umi juga berharap kamupun bisa ikhlas. Ya nduk." Kata Umi sambil menghapus air mata Puri. Puri hanya bisa mengangguk dan mencoba untuk tersenyum.
"Yaudah sekarang kita baca yasin sama tahlil aja untuk David." Kata Abi diangguki oleh Puri, Umi dan Radit.
"Dit... kalian mau langsung pulang ini? Gak mampir rumah dulu Dit?" Tanya Abi saat telah selesai membaca tahlil.
"Iya bi. Langsung pulang kayaknya. Udah sore nih bi. Takut kemalaman dijalan. Nanti deh lain waktu kalau pas senggang kita usahain maen kesini." Kata Radit saat berjalan beriringan dengan Abi meninggalkan makam David.
"Janji lo ya kalian maen kerumah umi sama abi. Umi suka kesepian kalau ditinggal abi kerja. Apalagi kak Dian kan tinggal disurabaya ikut suaminya." Kata umi sambil memeluk Puri.
"Insyaallah mi. Kalau umi kesepian, umi boleh telpon Puri kok." Kata Puri sambil tersenyum
"Terimakasih sayang. Pasti umi akan sering telpon kamu setelah ini."
"Siap Umi. Yaudah ya mi Puri sama Radit pulang dulu. Takut kemalaman soalnya. Umi jaga kesehatan. Jangan suka lupa makan."
"Pasti sayang. Setelah ini umi gak akan telat makan lagi. Umi janji."
"Yaudah ya bi. Radit pamit."
"Hati-hati dit bawa anak gadis orang." Kata Abi sambil tersenyum jahil.
"Iya bi. Umi Radit pamit ya." Kata Radit sambil menyalami sepasang suami istri itu. Begitu juga dengan Puri.
"Kalau umi mu saja bisa mencoba untuk ikhlas lalu kenapa aku masih terus terpaku dalam kesedihan ini Vid. Yah, aku akan melanjutkan hidupku seperti pesan ibumu. Semoga aku bisa ikhlas seperti ibumu. Aku akan tetap mencintaimu Vid. Entah sampai kapan." Batin Puri saat dalam perjalanan.
"Ri... loe baik-baik saja? Diem mulu dari tadi." Kata Radit khawatir.
"Iya... gue baik-baik aja kok dit. Gak usah sok khawatir gitu deh."
"Heh ini gue serius ya."
"Iya Radit. Gue gpp kok."
"Jangan bohong sama gue deh Ri."
"Gue gak bohong Radit. Gue baik-baik aja kok. Sangat baik malah. Beneran deh."
"Bener loh ya????"
"RADITTTT!!!! Awas dit." Teriak Puri saat sebuah mobil menyeberang tiba-tiba.
Radit yang saat itu tak terlalu melihat jalan tak mengetahui bahwa didepannya ada sebuah mobil yang hendak menyeberang secara tiba-tiba. Kecelakaan tak terelakan. Motor Radit menabrak keras bagian samping mobil Pajero putih itu. Tubuh Puri terlempar jauh kepalanya terbentur pinggiran aspal. Sedangkan Radit terlempar ke depan membentur bagian atas mobil mewah itu.

HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang