Chapter 2 • Memang Bukan Milik Kita

9.4K 936 12
                                    

• ALIA •

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

• ALIA •

Memaafkan.

Satu kata yang sangat dalam, terlontar dari mulut Ben yang membuatku masih berpikir hingga saat ini. Entah karena apa tetapi hari ini dengan melihat sosok Riza kembali aku seperti Alia setahun yang lalu saat Riza menghilang. Saat pulang dari Starbucks Ambarukmo, aku mengurung diri di kamar, menangis di tempat tidur and do nothing hingga sekarang. Bahkan aku pun bilang pada Ayah kalau aku hanya ingin tidur seharian karena lelah wawancara dengan narasumber bahan penelitianku untuk interview sekolah S-2 ku nanti. Forgive me, God, aku berbohong pada ayahku.

Ayah memang terkesan tidak ingin terlalu ikut campur tentang hubungan percintaanku dengan seseorang. Literally, Ayah harus tahu dengan siapa aku berhubungan dan orangnya jelas. Ketika kejadian Riza meninggalkanku tanpa sebab, ayah kebetulan sedang dinas di Kalimantan selama dua minggu dan sepulang dari Kalimantan aku memberi tahu ayah kalau hubunganku dan Riza sudah putus. ayah tidak pernah menanyakan kenapa, dan aku senang ia tidak bertanya. Karena aku sendiri pun tidak tahu bagaimana harus menjelaskan padanya.

Hubunganku dan Riza dulu bisa dibilang baik sekali. Kami jarang bertengkar. Riza sangat suka mengalah padaku yang memang keras kepala. Aku orang yang cukup cuek, tetapi Riza sangat perhatian. Kami melengkapi satu sama lain. Aku bertemu dengan Riza, di perpustakaan kampus. Kami kuliah di kampus yang sama hanya saja jurusan kami berbeda. Aku mengambil Psikologi sedangkan Riza mengambil jurusan Teknik Informatika, sejak pertemuan itu kami saling berkenalan dan sisanya tinggal sejarah.

Seharian di kamar menangis dan berpikir ternyata membuatku lapar, setelah mandi dan berganti pakaian, aku menuruni tangga dan menuju meja makan. Aku membuka tudung saji di meja makan dan isinya ternyata kosong. Aku lupa ini hari minggu. Bu Sari, asisten rumah tangga paruh waktu di rumahku tidak datang setiap hari minggu. Aku membuka kulkas di dapur dan melihat apa yang bisa aku makan. Hanya ada beberapa cup yogurt plain, buah stroberi dan kiwi siap makan, lainnya hanya jus kemasan, susu dan air mineral.

Gara-gara kejadian Riza kemarin aku sampai lupa untuk belanja mingguan.

"Lapar ya seharian di kamar terus?" suara Ayah yang tiba-tiba membuatku kaget dan menjatuhkan satu cup yogurt yang ada di tanganku.

Aku berdecak sambil memungut cup yogurt di lantai dan menaruhnya di meja, lalu menuangkan dua cup yogurt ke dalam mangkuk dan mengaduknya dengan buah stroberi dan kiwi.

"Bukannya Ayah harusnya berangkat ke Singapura, ya, siang tadi?" tanyaku sembari mengucurkan maple syrup ke dalam mangkuk dan mengaduknya.

Ayah menggeleng namun wajahnya seperti menyimpan sesuatu.

"Alia, sebenarnya Ayah nggak ingin bicarain ini sama kamu sekarang tapi Ayah rasa kamu lebih baik tahu sekarang.

Elegy of Summer [PINDAH KE CABACA]Where stories live. Discover now