Part 14 - Past 1

2.5K 133 5
                                    

Beberapa orang berpikir jika keputusan Gavin melamar Aiden adalah keputusan yang salah. Mengingat dirinya benar-benar berada di dunia yang berbeda dari Aiden.

"kenapa kau lama sekali?" tanya Aiden, wajahnya begitu polos dan selalu ada semu merah di pipinya ketika berbicara dengan Gavin. Gavin langsung mengangkat ramen yang telah terbungkus rapi di dalam kantung plastik berlogo restauran tempat mereka makan tadi. Senyum Aiden mengembang lebar, "Danu pasti senang." katanya bersemangat.

Sementara Gavin menahan nafasnya ketika melihat raut wajah Aiden yang begitu bersinar. "apa ada yang salah?" Aiden menyadari perubahan Gavin yang tiba-tiba menghentikan seringai sialannya sejak keluar dari restauran itu. Gavin menggeleng pelan dan membukakan pintu mobil untuk Aiden, namun gadis itu enggan untuk masuk.

"ada apa?" tanya Gavin. "tutuplah kembali." kata Aiden. Gavin mengangkat alisnya heran, gadis itu selalu mempunyai tingkah laku yang tidak terbaca.

Gavin menutup pintu mobilnya, lalu tangan ramping Aiden meraih gagang pintu dan membukanya, "nah, begini."

Gavin hampir saja tersedak melihat apa yang baru dilakukan Aiden. Gadis itu tidak ingin Gavin sekedar membukakan pintu mobil untuknya. Seketika Aiden sudah masuk ke dalam mobil dan menarik kantung plastik di tangan Gavin, ia tersenyum dan menutup pintu mobilnya. Gavin masih terdiam di tempatnya hingga Aiden mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya ke kaca jendela, ia mengisyaratkan Gavin untuk segera masuk ke dalam mobil juga.

Di mobil, tampak Aiden yang asyik berceloteh tentang rasa mie yang baru saja ia makan di restoran. Pengalaman pertama yang mengasyikkan, katanya. Celotehannya penuh dengan komentarnya tentang makanan dan pengalaman makannya yang tidak biasa. Di sampingnya, ada Gavin yang tidak fokus menyetir akibat pikirannya yang mencoba memulai dari mana obrolan yang 'cukup' pantas untuk merujuk ke arah Serra.

Sesekali mata gelap Gavin melirik ke arah Aiden yang terus terus tersenyum memikirkan ekspresi adiknya ketika ia memberikan mie ramen Gavin yang telah mengembang itu. 'Bagaimana aku bisa menyiram air panas pada seekor anak kucing?' batin Gavin pilu.

"apa Danu akan senang?" tanya Gavin dengan nada serendah-rendahnya.

"hm? tentu saja! Aku sudah mengatakannya berkali-kali."

Yahh Gavin hanya berusaha membuka obrolan yang 'bersih'. "oh- kau tahu? Koki di restoran tadi- apa kau memperhatikannya?"

Kau bisa melihatnya dengan jelas bagaimana Gavin hampir membanting setirnya mendengar pertanyaan Aiden. "ada apa?" tanya Gavin. "cantik. sekali lihat pun orang sudah tahu jika ia sangat cantik. Bagaimana bisa gadis secantik dia menjadi koki?"

oh? Bukankah ini sebuah keberuntungan untuk Gavin? dirinya tidak perlu bersusah payah menyusun kata-kata tentang Serra. "apa salahnya menjadi koki? Kau juga pengantar susu." tenggorokannya terasa agak tercekat mendengar ucapannya sendiri.

Aiden menengadah ke atap mobil, "yah- kau benar. Tapi gadis itu sangat cantik."

"apa salah seorang gadis cantik menjadi koki?"

Kali ini Aiden merasa perasaan bersalah merayap dari perut ke dadanya. "kau benar lagi."

"itu pertanyaan." Entah kenapa ada rasa tidak rela ketika pekerjaan Serra dipertanyakan, meskipun itu keluar dari mulut Aiden.

"aku tahu."

"lalu?"

Aiden mendenguskan nafasnya, "itu tidak salah. Bahkan suatu hal yang keren."

"apa kau ingin tahu rahasiaku?"

Dalam sekejap raut lesu Aiden berubah semangat, "apa? apa? apa?"

"dia adalah mantan kekasihku."

Gavin adalah satu dari sekian banyak orang yang selalu menunjukkan raut keheranan ketika bersama dengan Aiden. Dan kali ini, Gavin merengutkan dahinya tanpa melihat ke arah Aiden yang setelah mendengar pengakuannya ia justru ber-'wuahhh' ria. "apakah itu benar? wuahhhh aku tidak percaya. Bagaimana bisa dia mau denganmu?"

Dan Gavin adalah satu dari sekian banyak orang yang selalu ingin meninju wajah Aiden ketika bersama dengannya. "aku itu hampir sempurna."

"ck ck ck.." Aiden menggelengkan kepalanya.

"aku ingin berkencan lagi dengannya."

Suara rintik air yang semula sedikit mulai memperbanyak volumenya. Deru mobil mewah Gavin tampak mengisi ruang di dalam mobil yang tiba-tiba terasa tegang.

Aiden menatap Gavin yang serius memperhatikan jalanan, "apa?" suara lirihnya teredam hujaman air hujan yang memukul tubuh mobil Gavin.

Beautiful You [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang