Part 1 - Aiden PoV

11.8K 551 13
                                    

"Jadi.. Bagaimana menurutmu?"

Aku mengedipkan mataku berkali-kali. Rasanya seperti ada kotoran yang masuk ke dalam mataku. Pria tampan yang tinggal di alamat tempat tujuan pengiriman paket ku ini terlihat gagah dan sangat menawan setelah ia berpakaian dengan kemeja hitam dan celana bahan abu-abu. Rambutnya yang hitam kelam berjatuhan serasi dengan mata onyx nya. Aku menggeleng cepat. Bagaimana bisa aku memikirkan hal itu sekarang? Aku sungguh mesum!

Maksudku.. Seharusnya aku mempertimbangkan pernyataan lamarannya. Dia melamarku tiba-tiba dan menyeretku masuk ke dalam ruangannya yang serba kayu dan bernuansa kopi. Aku harus mengatakan jika sebenarnya aku memang juga sedang mencari calon suami saat ini, umurku sudah 24 tahun dan aku ingin menikah muda. Itu impianku!

Tapi..

"Kenapa kau diam saja? Apa aku begitu berat untuk dipertimbangkan?"

Aku tersentak dan menjadi gugup karena ulah suara berat-nya yang mengalun tiba-tiba. "Ti-tidak seperti itu. Ta-tapi.. Aku punya keluarga yang-"

"Tenang saja. Semua kebutuhan ekonomi keluargamu akan terpenuhi. Asalkan kau bersedia menikah denganku."

Ehhh? Apakah- Apakah dia sekaya itu? Aku merasa rahangku benar-benar jatuh ke bawah. Tapi.. jika aku menerimanya, aku akan terlihat sangat materialistis.

"Tidak usah banyak dipikirkan. Kau hanya harus menerima atau tidak."

Glek. Aku meneguk ludahku dengan berat.

Tapi setelah itu, entah apa karena urat maluku copot, aku mengangguk berkali-kali dengan semangat.

*****

"JANGAN MENUNDUK! APA KAU PURA-PURA TULI?! APA YANG AKAN KAU PERTANGGUNG JAWABKAN JIKA BARANGNYA HILANG?! ITU BERISI ELEKTRONIK SEHARGA MOTORMU!!"

Sial sekali si Lionel. Bos macam apa dia yang kerjaannya hanya makan dan bertindak saat ada masalah saja?

"KAU SUDAH 4 KALI MELAKUKAN KESALAHAN SEPERTI INI! JIKA INI BERLANJUT TERUS PERUSAHAAN KURIR KITA BAKAL BANGKRUT CUMA UNTUK BAYAR GANTI RUGI BARANG YANG HILANG KARENA KAMU!!"

Seharusnya kan dia berusaha menyeimbangkan keberhasilan jasa kurir ini kan. Tapi aku harus tetap pura-pura tuli tepat seperti yang ia katakan barusan. Jika dia memaksaku menjawab, aku akan jawab 'ya' dan 'tidak' saja. Itu cukup untukku.

"JAWAB AKU, SIALAN!!"

Dan untuknya.

"Maaf pak."

Pak Lionel membuang nafasnya dengan kasar, lalu kembali menatapku dengan tajam. "Keluar kau."

What the..?!

"Eh?"

"Ah eh ah eh. KELUAR!!"

Aku mengedip-ngedipkan mataku berkali-kali. Apa aku bebas kali ini? Oh oke sebaiknya aku buru-buru keluar sebelum pria tua itu berubah pikiran. Aku segera berbalik badan dan berjalan menuju pintu. "Aiden."

"Ya pak?" aku menghentikan langkah dan kembali menengok ke belakang.

Ku lihat Lionel memasukkan sesuatu dari dalam tas kerja nya ke sebuah amplop coklat di tangannya. Setelah itu, ia menengok dan melemparkan amplop itu padaku.

"Hampir saja aku lupa memberikanmu uang pesangon. Maaf soal itu, dan segera pergilah."

HAHHHH????

*****

Si tua Lionel sialan!! Bagaimana bisa dia memecatku seperti itu? Cih. Lalu sekarang bagaimana? Aku bingung. Apa yang harus ku lakukan? Aku harus bekerja dimana lagi? Gaji sebagai pengantar susu dan koran tidak cukup memenuhi kebutuhan ku dan keluarga ku. Ayahku sudah lama meninggal. Dan ibuku bekerja sebagai pengupas kacang mete di rumah. Hahhh... Aku harus menghitungnya.

Beautiful You [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang