"Boys, boys! Ada apa ini?" Ia menautkan alisnya pada Taehyung.

Kejadian itu masih berlanjut di belakangmu, yang membuatmu gugup.

"Taehyung kau pikir apa yang kau lakukan?" Wendy mungkin menunjukmu.

"Aku ingin membawanya pulang dan bicara dengannya," katanya yang tiba-tiba terdengar sangat tenang.

"Kalau begitu pergi -" Ucapan Wendy dipotong oleh Jimin.

"Tidak! Dia tidak seharusnya bicara padanya, dia hanya memanfaatkannya yang belum melupakan si sialan ini! Taehyung, satu-satunya yang perlu kau lakukan adalah pergi!" Jimin mendekat lagi namun Wendy menahannya.

"Ayolah Jimin, kurasa kau juga terlalu banyak minum alkohol malam ini. Ayo pergi." Wendy menarik bajunya, mencoba membuatnya berjalan.

"Aku sangat waras." Kau mendengar Jimin bergumam namun Taehyung sudah mulai melangkah. Berjalan cepat.

Keadaan ini aneh. Entah ini pengaruh alkohol atau kau yang kelelahan, kau tidak tahu tapi entah bagaimana kau tidak menyadari apa yang sedang terjadi. Setelah beberapa waktu perasaan mual itu timbul dan posisimu yang berada di pundak Taehyung tidak membantu.

"Aku punya dua kaki Taehyung," kau mendesah, merasa pusing.

"Jadi?" Ia tetap berjalan, tangannya melingkar erat di pinggangmu yang ada di pundaknya.

"Jika kau terus berjalan seperti ini, aku takut akan muntah. Dan muntahku akan berakhir di punggungmu."

Ia lalu berhenti dan akhirnya membiarkanmu turun. Segera ia memegang tanganmu dan kembali melangkah.

"Kau membawaku ke mana?" Kau akhirnya bicara.

"Ke tempatku," jawabnya.

"Tidak. Aku mau pulang!"

"Kau akan tinggal di tempatku malam ini!"

"Tidak!"

"Kau mau kubopong lagi?"

"Tidak!"

"Kalau begitu jalan," katanya mulai melangkah lagi dan menarikmu.

Ia sudah pindah. Apartemen barunya tampak lebih kecil namun masih cukup besar untuk satu orang tinggal di situ. Saat kau melangkah masuk Taehyung berjalan ke dapur mengisi segelas air untukmu. Ia menuntunmu ke ruang tamu dan menyuruhmu untuk duduk.

Perlahan kau meneguk air itu sementara Taehyung melakukan sesuatu di kamarnya. Setelah beberapa menit akhirnya ia kembali dengan pakaian di tangannya. Untungnya itu bukan baju perempuan -pakaian Krystal, melainkan pakaiannya sendiri. Ia meletakkannya di sebelahmu untuk membuatmu mengerti kalau itu untukmu. Kau terus meneguk air yang diberikan padamu sampai akhirnya Taehyung duduk.

"Apa kau putus dengannya?" Suaranya rendah.

Kau mengangguk. Taehyug terdiam dan terlihat memikirkan sesuatu.

"Seberapa banyak yang kau dengar?" Kau bertanya setelah meletakkan gelas kembali.

"Cukup," gumamnya.

"Apa maksudnya 'cukup'?"

"Semua."

Matamu terbelak dan segera kau memandangnya untuk pertama kali setelah kau memasuki apartemennya. Ia segera mengalihkan pandangannya, menatap lantai.

"Se-semua apanya?"

"Kau masih mencintaiku," ia mengangkat pandangannya dan matamu jadi berair lagi.

Sekarang ia tahu. Terkadang kau ingin ia tahu namun di sisi lain kau juga tidak ingin ia tahu. Kau sangat rapuh sekarang dan kau takut ia akan mengambil kesempatan. Lagi. Bukannya menjawab kau justru berbaring dan mengambil bantal, membawanya dalam pelukanmu. Sekarang kau lebih memilih keheningan dan kesendirian. Seperti yang biasanya. Itulah batas di mana kau belajar untuk merasa nyaman saat ini.

Perfect ➳ KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang