"Tadinya bawa. Sekarang sudah tidak."

"Apa?" Seruan Taehyung nyaris menarik seluruh perhatian orang-orang di kelas. Dia segera menutup mulutnya dan melirik ke kanan dan kiri sebelum berbicara lagi. "Rahoon mengganggumu lagi? Kali ini bukumu yang jadi sasaran?"

Namjoon hanya mengendikan bahunya tak acuh dan mulai melahap buku Taehyung,

"Kau harusnya melaporkan itu ke Park Sem. Ini tidak bisa dibiarkan begitu saja."

Namjoon tidak mengacuhkan saran Taehyung. Dia tahu betul melapor tidak akan menyelesaikan masalah antaranya dan Rahoon. Itu hanya akan semakin mengeruhkan masalah saja. Orang dewasa seperti biasa akan mengira bahwa mereka bertengkar seperti dua anak kecil yang berebut mainan dan akan segera berbaikan beberapa menit kemudian. Mereka tidak pernah menganggap penting masalah Namjoon.

Penindasan Rahoon padanya telah dimulai sejak mereka satu sekolah di tingkat SMP. Namjoon pun tidak paham apa kesalahannya sejak awal hingga menjadi target penindasan Rahoon. Apakah karena dia terlalu pandai? Atau karena dia tidak punya orang tua? Itu kan dua hal yang tidak dapat dia ubah lagi.

Namjoon telah memutuskan untuk tidak ambil pusing dengan masalah Rahoon. Dia hidup bukan untuk bergantung pada pendapat orang lain terhadapnya.

☆☆☆☆☆☆☆

Yoongi masuk ke dalam kelas sambil sesekali terkekeh dan menggeleng. Dia masih memikirkan pertemuannya dengan siswa terpandai yang menjadi adik kelasnya mulai tahun ini. Tidak habis pikir bahwa ternyata siswa terpandai pun memiliki hobi yang di luar dugaan. Dia mengira bahwa tipe siswa seperti Namjoon hanya akan peduli pada belajar keras untuk mencapai kesempurnaan nilai. Namun Yoongi harus mengakuinya, tulisan Namjoon yang sempat dia lihat tidaklah buruk, bahkan bisa dikatakan cukup baik. Yah, Yoongi bisa menilai itu. Dia punya pengalaman.

"Apa yang kau tertawakan?" Seorang pemuda bermata lebar dan bulat bak sepasang mata rusa betina menghadang Yoongi tepat sebelum pemuda itu sampai di kursi mejanya.

"Hei, Jin." Yoongi duduk di kursinya. "Aku tadi bertemu dengan siswa yang tahun ini memberi kata pengantar luar biasa di acara pembukaan tahun."

"Maksudmu Kim Namjoon? Anak kelas satu yang katanya punya nilai nyaris sempurna di ujian masuk?"

Yoongi mengangguk ringan. "Yep. Anak itu memang menarik. Unik. Kau tahu? Dia bisa menulis lirik lagu."

Jin tidak menangkap apa yang Yoongi bahas di sini, namun ingatan Jin tentang hari pertama masuk sekolah tahun ini masih segar. Tentu saja. Kenangan itu sangat melekat. Ini pertama kalinya dia mendapat hukuman tercepat dalam tahun belajarnya. Hari pertama sekolah. Semua karena seorang pemuda berambut merah yang tertawa keras mendengar pidato pembukaan yang anak baru itu. Pidato yang membuat seluruh siswa dan guru termangu karena tidak paham dengan apa yang Namjoon ucapkan. Tawa Yoongi yang menggelegar dan suara Jin yang berusaha menghentikan teman masa kecilnya menarik perhatian Park Sem seketika. Park Sem adalah guru BP mereka yang sangat suka menandai siswa yang senang membuat masalah dan karena teman berambut merahnya satu ini, kini Jin masuk ke dalam daftar tersebut. Jin harus membersihkan toilet kamar mandi pria selama seminggu sebagai hukuman telah mengacaukan upacara pembukaan ajaran baru. Bersama Yoongi. Tapi pemuda yang satu ini selicik rubah, dia kabur dari masalah dan menyebabkan Jin harus menyelesaikannya sendiri.

"Jin, kau dengar aku?"

Jin memutar matanya. Suara Yoongi dan kebisingan di kelas mendadak seakan dilenyapkan dengan masuknya seorang siswi berambut panjang yang amat dia kenali. Layaknya sebuah film hitam putih dengan satu titik yang berwarna, pandangan Jin terarah kepadanya, Yun Sohee, gadis yang telah dia kenal semenjak kecil.

"Sohee ya!" Tanpa memedulikan Yoongi yang menginginkan perhatiannya, Jin meluncur dari tempat duduk untuk berada di sisi gadis itu.

"Di mana kau pagi ini? Aku menantimu untuk berangkat sekolah bersama." Mereka juga kebetulan adalah tetangga. Rumah Jin dan Sohee berada di gedung yang sama.

Gadis itu mendecakkan lidah. "Kenapa aku harus berangkat ke sekolah denganmu? Kita bukan anak kecil lagi."

"Tapi ...." Sebelum Jin dapat mengatakan hal lain Sohee berjalan pergi darinya. dia setengah berlari ke arah Yoongi yang duduk di kursi paling belakang dalam kelas.

"Yoongi ...." Ekspresi wajahnya berubah 180 derajat ketika memanggil nama tersebut namun pemuda berambut merah itu tidak terlihat menyukainya. Dia terlihat sangat bosan dan tidak ingin memedulikan penampilan sosok cantik di samping mejanya.

"Pergilah, Sohee. Aku tidak ada mood untuk meladenimu."

Ekspresi wajah Jin berubah masam ketika dia mengawasi interaksi tersebut. Bukan hal yang baru.

☆☆☆☆☆☆☆

Youth Of LilyWhere stories live. Discover now